Curhat Kekecewaan Legenda Timnas Inggris: Seharusnya Saya Bisa Meraih Ballon d'Or

Legenda Timnas Inggris, Gary Lineker, pernah nyaris mendapatkan Ballon d'Or pada 1986.

BolaCom | Benediktus Gerendo PradigdoDiterbitkan 04 April 2025, 09:00 WIB
Gary Lineker (kanan) merupakan peraih golden boot pada Piala Dunia 1986 dengan raihan 6 gol. Ia juga berperan penting membawa The Three Lions mencapai babak semifinal Piala Dunia 1990. Lineker tercatat telah mencetak 5 hattrick untuk negaranya. (AFP/Staff)

Bola.com, Jakarta - Gary Lineker, presenter Match of the Day yang dikenal rendah hati, sering kali merendahkan pencapaiannya sebagai pesepak bola demi mengangkat para pundit yang mungkin memiliki karier yang lebih biasa.

Namun, bagi mereka yang lahir setelah akhir kariernya pada 1994, mungkin sulit untuk memahami betapa luar biasanya pemain yang pernah memperkuat Leicester City, Everton, Barcelona, dan Tottenham Hotspur ini.

Advertisement

Lineker tetap menjadi salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Inggris, dengan momen paling berkesan terjadi di Piala Dunia 1986. Dalam turnamen tersebut, meski Inggris tersingkir di perempat final, Lineker meraih Golden Boot setelah mencetak enam gol, termasuk hattrick melawan Polandia dan dua gol melawan Paraguay.

Sayangnya, prestasinya sering kali tertutupi oleh dua gol ikonik Diego Maradona dalam pertandingan melawan Argentina.

Setelah penampilannya di Piala Dunia, Lineker finis sebagai runner-up dalam perolehan suara Ballon d'Or 1986. Namun, ia merasa seharusnya ia yang meraih gelar tersebut.

"Saya seharusnya memenangkan Ballon d'Or pada 1986. Jika ada satu hal yang saya sesali, itu adalah itu," ungkapnya dalam wawancara dengan L'Equipe pada 2023.


1986: Transformasi Lineker

Gary Lineker (kiri) menempati peringkat ketiga daftar top scorer timnas Inggris, dengan jumlah 48 gol. Garry pertama kali mencetak gol pada 26 Maret 1985 dan terakhir kali mencetak gol pada 29 april 1992. (AFP/Patrick Herzog)

Tahun 1986 adalah masa yang berbeda, sebelum munculnya Premier League dan banyak perubahan dalam dunia sepak bola. Gary Lineker memasuki Piala Dunia setelah musim luar biasa di Everton, di mana ia mencetak 40 gol di semua kompetisi.

Penampilannya di turnamen tersebut membawanya ke panggung global, dan Barcelona pun segera mengajukan tawaran sebesar 2,8 juta pound setelah turnamen.

Meskipun Maradona absen dari pemilihan Ballon d'Or karena hanya pemain Eropa yang memenuhi syarat, Lineker merasa sangat berhak atas penghargaan tersebut.

"Hanya pemain Eropa yang bisa memenangkan Ballon d'Or, jadi Diego Maradona tidak bisa memenangkannya – yang pastinya akan terjadi jika pemain non-Eropa diizinkan bersaing," jelasnya.


Penghargaan untuk Igor Belanov

Igor Belanov. Eks striker Timnas Uni Soviet yang kini berusia 61 tahun ini mampu meraih Ballon d'Or pada edisi 1986 usai membawa Dynamo Kyiv menjuarai Liga Uni Soviet dan Piala Winners 1985/1986. Namun pada penghargaan Ballon d'Or edisi 1987 dirinya sama sekali tidak masuk dalam nominasi usai kehilangan ketajamannya hingga Dynamo Kyiv gagal mempertahankan gelar di Liga Uni Soviet dan keok di semifinal Piala Champions musim 1986/1987. (twitter.com/footballmemorys)

Meski merasa seharusnya mendapatkan Ballon d'Or, Gary Lineker tidak menyimpan dendam terhadap Igor Belanov, striker Ukraina yang memenangkan penghargaan tersebut.

Belanov, yang saat ini terlibat dalam pertahanan Ukraina, mendapatkan dukungan besar dari jurnalis di Eropa Timur karena penampilannya yang cemerlang di Piala Dunia dan prestasi domestiknya.

"Saya tidak ingin terlalu larut dalam hal itu, tetapi saya seharusnya menerima Ballon d'Or pada 1986. Namun, mengetahui bahwa Belanov menggunakan trofinya untuk menginspirasi tentara Ukraina, saya tidak bisa mengatakan apa pun. Dia pantas mendapatkannya," ujar Lineker.

Gary Lineker bukan hanya seorang legenda di lapangan, tetapi juga seorang sosok yang menunjukkan sikap positif terhadap rekan-rekannya, meskipun dalam konteks yang sangat berbeda.

Kenangan akan penampilannya pada 1986 tetap hidup, menunjukkan bahwa meskipun ada kekecewaan, semangat untuk olahraga dan kemanusiaan tetap diutamakan.

Sumber: Give Me Sport

Berita Terkait