Jose Mourinho: Memenangkan Liga Champions Membuat Anda Abadi

Jose Mourinho mengenang momen-momen emosional dalam karier melatihnya.

BolaCom | Aning JatiDiperbarui 17 April 2025, 20:44 WIB
Pelatih Fenerbahce Jose Mourinho, memberi isyarat sebelum pertandingan perempat final Piala Turki antara Fenerbahce dan Galatasaray di Stadion Ulker, Istanbul, Rabu, 2 April 2025. (Foto Huseyin Yavuz/Dia via AP)

Bola.com, Jakarta - Dalam sebuah wawancara eksklusif dan penuh emosi bersama BBC untuk program spesial Liga Champions, Jose Mourinho membuka kembali lembaran-lembaran paling berkesan dalam karier kepelatihannya.

Bukan sekadar trofi, tetapi manusia dan momen-momen yang membentuk sejarah — termasuk kisahnya bersama Samuel Eto'o.

Advertisement

Mourinho, pelatih yang dua kali mengangkat trofi Liga Champions — bersama Porto pada 2004 dan Inter Milan pada 2010 — berbicara dengan penuh perasaan tentang sisi lain dari kompetisi paling bergengsi di Eropa ini.

Ia tidak hanya mengenang kemenangan, tetapi juga perjuangan-perjuangan senyap yang tak terlihat di balik layar.


Kisah Bersama Eto'o

Samuel Eto'o - Legenda Timnas Kamerun ini pernah disingkirkan Guardiola dari Barcelona setelah bermain lima musim di sana. Memutuskan hijrah ke kota Milan, ia langsung meraih treble winners bersama Inter Milan asuhan Mourinho. (AFP/Giuseppe Cacace)

Satu di antara kenangan yang paling menggetarkan hatinya adalah kisah bersama Eto'o di musim bersejarah Inter, saat klub meraih treble winner.

"Saya sudah melatih ratusan pemain sepanjang karier saya," ujar Mourinho.

"Tapi, saya selalu memperlakukan mereka secara individual. Eto'o adalah contoh luar biasa dari kekuatan mental," lanjutnya.

Jose Mourinhokemudian mengenang laga perempat final melawan Chelsea, di mana Eto;o mencetak gol penentu kemenangan di Stamford Bridge dan tampil brilian sepanjang pertandingan. Namun, cerita sesungguhnya justru terjadi sebelum laga itu dimulai.

"Setiap hari di minggu itu, saya tantang dia," kenang Mourinho.

"Saya bilang: 'Kamu tidak akan bermain. Kamu tidak dalam kondisi terbaik. Saya tidak percaya kepadamu.'. Dan dia memohon: 'Tolong, Mister, biarkan saya bermain'. Tapi, itu semua bagian dari permainan psikologis," ungkapnya. 


Menulis Sejarah

Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal berusia 59 tahun yang baru semusim menukangi AS Roma sejak didatangkan dari Tottenham Hotspur pada awal musim 2021/2022 ini mampu membawa FC Porto dan Inter Milan berlaga di final Liga Champions. Bersama FC Porto ia melakukannya satu kali pada musim 2003/2004 dan berbuah gelar juara usai menang 3-0 atas AS Monaco. Sementara Inter Milan juga dibawanya 1 kali ke final pada musim 2009/2010 dan kembali berujung trofi usai menang 2-0 atas Bayern Munchen. (AFP/Christophe Simon)

Mourinho mengaku sudah mengetahui bahwa sang penyerang asal Kamerun akan bereaksi dengan cara yang ia harapkan. Sebuah 'pertempuran diam-diam; yang kemudian meledak dalam performa luar biasa di lapangan.

"Itu adalah perjuangan senyap yang menghasilkan ledakan gemilang di atas lapangan," ucapnya.

Dalam penutup yang sarat makna, Mourinho menyampaikan kalimat penuh kebanggaan dan filosofi:

"Saya adalah juara Liga Champions dua kali. Semua orang tahu itu — 2004 dan 2010. Siapa pelatihnya? Mourinho. Tidak ada yang bisa melupakan itu. Menjuarai Liga Champions membuat Anda abadi. Anda akan selalu menjadi legenda bagi klub tersebut."

Memang, legenda seperti Mourinho tak hanya menulis sejarah lewat kemenangan. Mereka menuliskannya melalui emosi, melalui cara mereka menghidupkan tekad dan gairah dalam diri para pemainnya.

 

Sumber: Alfapress

Berita Terkait