Mikel Arteta: dari Belajar pada Pep Guardiola hingga Menggulingkan Raja Eropa

Sekelumit kisah perjalanan melatih Mikel Arteta. Dari menjadi asisten Pep Guardiola di Man City hingga sekarang menjadi mimpi buruk sang raja Eropa, Real Madrid.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 17 April 2025, 20:40 WIB
Mikel Arteta, manajer Arsenal, mendampingi tim saat pertandingan melawan Manchester United di Old Trafford, Minggu (9-3-2025). (www,.arsenal.com)

Bola.com, Jakarta - Kemenangan agregat telak 5-1 atas Real Madrid bukan hanya membawa Arsenal ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya dalam 16 tahun, tetapi juga menegaskan jejak Mikel Arteta sebagai pelatih yang kini layak diperhitungkan di level tertinggi.

Dulu dikenal sebagai tangan kanan Pep Guardiola di Manchester City, Arteta kini berdiri di garis depan.

Advertisement

Ia telah melewati jalan panjang penuh keraguan, kritik, dan jatuh bangun, tetapi perlahan mengubah Arsenal menjadi kekuatan yang sanggup menebar mimpi buruk bahkan di markas sebesar Santiago Bernabeu.

Arteta tidak pernah menyembunyikan betapa besar pengaruh Guardiola dalam kariernya. Menjelang leg kedua melawan Madrid, ia mengaku sempat menghubungi mantan bosnya.

"Saya menelepon dia pagi ini karena jika saya ada di sini hari ini, itu sebagian besar karena dia. Pep Guardiola adalah inspirasi besar bagi saya. Saya menjalani empat tahun luar biasa bersamanya dan akan selalu berterima kasih. Tanpa dia, saya takkan berada di posisi ini," ungkap Arteta.

Penghormatan itu mencerminkan fondasi kuat yang ia warisi dari Guardiola, tetapi kemenangan atas Madrid membuktikan bahwa Arteta kini telah membentuk jejaknya sendiri—dengan cara dan gayanya sendiri.


Tidak Menyerah

Manajer Manchester City asal Spanyol, Pep Guardiola (kiri), dan manajer Arsenal asal Spanyol, Mikel Arteta (kanan), berpelukan setelah pertandingan Liga Primer Inggris antara Arsenal dan Manchester City di Stadion Emirates di London pada 2 Februari 2025. Arsenal memenangkan pertandingan dengan skor 5-1. (Glyn KIRK/AFP)

Mengambil alih Arsenal di masa transisi yang sulit, Arteta menghadapi tekanan luar biasa. Tahun-tahun awalnya diwarnai inkonsistensi dan cibiran.

Alih-alih menyerah, ia membangun sesuatu dari dasar—mengembangkan tim muda yang lapar, bermain dengan penguasaan bola, pressing tinggi, dan disiplin taktik.

Perjalanan itu menuntut kesabaran, kepercayaan, dan keputusan-keputusan berani. Ketika peluang juara liga sirna musim lalu, banyak yang meragukan proyek ini akan bertahan. Tetapi, Arteta dan skuadnya tidak pernah kehilangan arah.

Kemenangan di Bernabeu adalah buah dari semua kerja keras itu. Arsenal tampil superior secara taktik, tetapi lebih dari itu, mereka menunjukkan mental yang luar biasa.


Pemainnya Percaya Penuh

Meski demikian, menghadapi Real Madrid di Santiago Bernabeu akan menjadi pertandingan yang tidak mudah bagi tim racikan pelatih Mikel Arteta. (Adrian Dennis/AFP)

Declan Rice, yang kini menjadi pilar utama tim, mengungkapkan:

"Bahkan sebelum saya bergabung, saya sudah merasakan bahwa tim ini sedang berkembang... Kami semua percaya penuh kepada pelatih ini; dia luar biasa," ujarnya.

Kepercayaan itu nyata terlihat di lapangan. Meski Bukayo Saka gagal mengeksekusi penalti dan William Saliba sempat melakukan kesalahan yang berujung gol, Arsenal tidak goyah. Mereka tetap tenang di bawah tekanan atmosfer Bernabeu yang menakutkan.

"Setelah tiga menit bermain di stadion ini, apa pun bisa terjadi. Mereka ahli menciptakan kekacauan dan membangun keyakinan," ujar Arteta.

"Tapi, saya bangga, para pemain saya menunjukkan kedewasaan mereka sendiri," sanjungnya.


Siap Menciptakan Sejarah

Manajer Arsenal asal Spanyol, Mikel Arteta, memberikan instruksi kepada para pemain dari pinggir lapangan selama pertandingan leg pertama perempat final Liga Champions UEFA antara Arsenal dan Real Madrid, di Stadion Emirates, London, Rabu dini hari WIB (9-4-2025). (Adrian Dennis/AFP)

Arteta bukan hanya membentuk identitas permainan, melainkan juga membangun mental juara dalam tim ini.

Ia menyimpulkan dengan percaya diri:

"Perasaan yang kami miliki sekarang itu nyata. Kami siap bersaing dengan siapa pun, dan kami harus terus menjaga itu karena motivasi kami sangat besar," tutur pelatih berusia 43 tahun tersebut.

Bahkan Carlo Ancelotti, pelatih berpengalaman yang telah merajai Eropa, mengakui keunggulan Arsenal.

"Dalam dua pertandingan, Arsenal bermain lebih baik dari kami," aku Ancelotti.

Pengakuan itu, ditambah dengan ketidakpastian masa depan Ancelotti sendiri, makin menegaskan bahwa Arteta kini bukan sekadar mantan asisten—dia adalah mimpi buruk baru bagi raja Eropa.

Dari seorang murid, Arteta kini siap menantang para raksasa. Setelah menyingkirkan sang juara bertahan, kini PSG menanti di semifinal.

Masih panjang jalan menuju trofi, tetapi Mikel Arteta dan pasukannya sudah menunjukkan bahwa mereka siap menciptakan sejarah.

Berita Terkait