Bola.com, Jakarta - Beberapa hari terakhir, salah satu klub kontestan BRI Liga 1 yakni PSIS Semarang menjadi perbincangan publik setelah mantan pemain mereka Victor Guilherme dos Santos Carvalho, menyampaikan pernyataan bahwa tim berjulukan Mahesa Jenar itu masih punya kewajiban membayar haknya.
Untuk mengetahui lebih lanjut, perihal kabar tersebut, Bola.com berhasil menghubunginya dan mewancarai singkat perihal kewajiban PSIS yang belum terbayarkan.
Dalam pembicaraan itu, Victor menyebut dirinya sudah melakukan komunikasi dengan pihak manajemen PSIS sebelum akhirnya membawa masalah tersebut ke badan sengketa FIFA.
Berikut wawancara eksklusif Bola.com dengan pemain yang mencatatakan 15 penampilan dengan torehan gol dan tiga assist selama membela Mahesa Jenar musim 2013/2014.
Awalnya Ingin Selesaikan Secara Damai
Apakah Anda pernah berkomunikasi dengan PSIS terkait kewajiban mereka untuk membayar hak-hak Anda? Sebelum mengambil langkah seperti sekarang.
Ya. Sejak saya mengalami cedera, saya terus berupaya untuk menghubungi PSIS Semarang terkait kewajiban finansial mereka terhadap saya. Alih-alih memenuhi kewajiban kontraktual mereka, klub memilih untuk melibatkan penasihat hukum untuk menunda pemenuhan kewajiban, dengan mengutamakan manuver hukum daripada penyelesaian secara langsung dan damai.
Saat ini, masalah tersebut telah mencapai kesimpulan, dengan FIFA dan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) telah secara resmi memberi tahu klub tentang larangan transfer yang dijatuhkan dan finalitas kasus tersebut. Meskipun telah menegakkan tindakan disipliner tersebut, klub tetap menunjukkan itikad buruk.
Bagaimana tanggapan mereka?
Alih-alih menangani masalah tersebut dengan itikad baik, PSIS Semarang menggunakan strategi hukum yang bertujuan untuk menunda atau menghindari pembayaran. Mereka tidak menunjukkan niat yang sungguh-sungguh untuk terlibat dalam pembicaraan penyelesaian dan tindakan mereka mencerminkan pengabaian yang jelas terhadap kewajiban kontraktual dan peraturan mereka.
Menurut kabar yang beredar, PSIS sedang mengalami kesulitan keuangan. Apakah Anda sebelumnya memberikan fleksibilitas pembayaran?
Ya. Dalam upaya menyelesaikan masalah ini secara damai, saya menunjukkan fleksibilitas dan terbuka untuk menegosiasikan rencana pembayaran terstruktur. Namun, penasihat hukum saya, untuk melindungi hak-hak saya, secara wajar memasukkan klausul penalti jika terjadi ketidakpatuhan di masa mendatang.
Klub menolak persyaratan tersebut, berupaya mengurangi jumlah yang terutang sambil menolak menerima pertanggungjawaban apapun jika terjadi wanprestasi. Perilaku ini membuktikan keengganan yang disengaja untuk mematuhi perjanjian yang mengikat apapun dan menegaskan kurangnya keandalan klub.
PSIS Hadapi Konsekuensi Hukum
Sekarang setelah PSIS tidak menepati janjinya, apa posisi Anda saat ini?
Saya tidak punya ilusi mengenai perilaku klub, karena perwakilannya telah berulang kali gagal bertindak dengan integritas atau keadilan. Pada tahap ini, posisi saya adalah menunggu penegakan keputusan final dan mengikat yang diberikan oleh FIFA dan CAS. Klub sekarang menghadapi konsekuensi hukum alami dari pelanggaran dan ketidakpatuhan yang terus dilakukannya.
Klub-klub di Indonesia kerap mengalami masalah terkait hak pemain. Bagaimana menurut Anda?
Saya sangat menghargai Republik Indonesia beserta rakyatnya. Negara ini memiliki potensi yang besar. Namun, saya sangat yakin bahwa lembaga sepak bola Indonesia layak dikelola oleh para profesional yang mematuhi standar internasional, khususnya yang tercantum dalam Peraturan FIFA.
Pemain adalah pekerja dan berhak atas hak-hak dasar, termasuk upah yang layak, perawatan medis, dan perlakuan yang adil. Semua itu bukan hak istimewa, melainkan kewajiban hukum yang harus dihormati.