Pelukan Sunyi Ratcliffe dan Amorim usai Kekalahan MU di Final Liga Europa

Begini reaksi Sir Jim Ratcliffe saat bertemu Ruben Amorim usai kekalahan pahit MU di final Liga Europa.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 23 Mei 2025, 12:15 WIB
Sir Alex Ferguson, kanan, berbicara kepada Sir Jim Ratcliffe selama pertandingan final Liga Europa antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion San Mames di Bilbao, Spanyol, Kamis (22-5-2025). (Foto AP/Bernat Armangue)

Bola.com, Jakarta - Ruben Amorim dan Sir Jim Ratcliffe terlihat saling memberi pelukan singkat setelah Manchester United (MU) takluk dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa — momen singkat yang menangkap kepedihan di akhir musim yang mengecewakan.

Dalam laga final yang berlangsung di Bilbao, Kamis dini hari WIB (23-5-2025), MU kalah tipis 0-1 dari Spurs. Amorim tampak kecewa, wajahnya mencerminkan hasil dari musim yang gagal membawa perubahan nyata.

Advertisement

Bagi klub sekelas MU, finis di papan bawah Premier League tanpa trofi biasanya cukup untuk membuat kursi manajer ataupun pelatih kepala berguncang hebat. Namun, posisi Amorim tak serta-merta dalam ancaman, mengingat konteks kehadirannya di klub.

Pelatih asal Portugal itu bergabung di tengah musim untuk mengambil alih tim yang sedang terpuruk usai era Erik ten Hag. Ia juga belum mendapat dukungan penuh dalam bursa transfer musim panas, yang biasanya menjadi kesempatan krusial untuk membentuk ulang tim sesuai visinya.

Dalam kondisi seperti itu, kegagalan musim ini pun sulit sepenuhnya disalahkan kepadanya.


Momen Sunyi di Akhir Musim

Pelatih kepala Tottenham, Ange Postecoglou, dan pelatih kepala Manchester United, Ruben Amorim, selama pertandingan final Liga Europa antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion San Mames di Bilbao, Spanyol, Kamis dini hari WIB (22-5-2025). (AP Photo/Manu Fernandez)

Menurut laporan Manchester Evening News, Amorim dan Ratcliffe terlihat berbicara singkat setelah peluit akhir berbunyi.

Keduanya disebut menunjukkan ekspresi muram, dan hanya berbagi pelukan cepat — tanpa banyak kata, tanpa senyuman. Sebuah pertemuan yang wajar saja terasa canggung, mengingat besarnya ekspektasi yang belum terpenuhi.

Amorim tentu menyadari bahwa ia sedang berada dalam tekanan. Final Liga Europa merupakan peluang terakhir untuk menutup musim dengan sesuatu yang positif — bukan hanya trofi, tetapi juga tiket ke Liga Champions.

Kemenangan akan mengubah wajah musim ini dan memberi energi baru pada proyek jangka panjang yang sedang dibangun INEOS.

Sayangnya, kekalahan itu memupus segalanya. Kini, bukan hanya gelar yang hilang, tetapi juga partisipasi di kompetisi Eropa musim depan. Ini akan menjadi pukulan ganda bagi klub, bukan hanya secara prestise, tetapi juga dalam hal daya tarik di bursa transfer.

Meyakinkan pemain untuk bergabung — atau bahkan bertahan — akan menjadi lebih sulit tanpa Liga Champions.


Pilihan Besar Menanti INEOS

Ketua Grup INEOS Inggris Sir Jim Ratcliffe melihat sebelum pertandingan Liga1 Prancis antara Nice dan PSG di stadion "Allianz Riviera" di Nice, Prancis selatan, pada 18 Oktober 2019. Seperti Sheikh Jassim yang ingin membeli Manchester United, Sir Jim Ratcliffe juga merupakan fans Setan Merah. (AFP/Valery Hache)

Ratcliffe dan INEOS kini menghadapi keputusan penting: apakah mereka tetap memberikan kepercayaan kepada Amorim, atau mulai mencari opsi baru untuk membawa klub keluar dari keterpurukan? Ini bukan pertanyaan yang mudah dijawab.

Amorim memang belum membuktikan banyak sejauh ini, tetapi ia juga belum diberi kesempatan penuh untuk membentuk timnya sendiri.

Musim panas mendatang akan sangat menentukan. Baik bagi masa depan Amorim, maupun arah baru MU di bawah kepemilikan dan visi jangka panjang INEOS.

 

Sumber: Give Me Sport

Berita Terkait