Performa Klub-klub Luar Negeri Milik Pengusaha Indonesia: Como 1907 dan Oxford United Paling Memuaskan

Indonesia ternyata juga punya pengaruh besar di sepak bola luar negeri. Ada beberapa orang Indonesia yang kaya raya dan punya klub sepak bola di luar negeri terutama di Eropa.

BolaCom | Vincentius AtmajaDiterbitkan 29 Mei 2025, 06:15 WIB
Ilustrasi - Logo Como 1907, FCV Dender, Brisbane Roar, Oxford United (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Indonesia ternyata juga punya pengaruh besar di sepak bola luar negeri. Ada beberapa orang Indonesia yang kaya raya dan punya klub sepak bola di luar negeri terutama di Eropa.

Siapa yang tak kenal kejayaan Erick Thohir Ketika menjadi pemilik klub ternama italia, Inter Milan. I Nerazzurri merupakan klub besar Italia dengan segudang prestasi mentereng.

Advertisement

Saat itu Erick ditunjuk menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013 menggantikan Massimo Moratti. Kemudian pada 2016, Erick menjual mayoritas sahamnya di Inter Milan.

Erick pun akhirnya digantikan Steven Zhang sebagai Presiden Inter Milan pada 2018 hingga sekarang. Rupanya tidak hanya Erick Thohir, sebagai orang Indonesia yang pernah menjadi pemilik sebuah klub sepak bola di Eropa.

Berikut ini nama-nama lain dan bagaimana rapornya sepanjang musim 2024/2025?

 


Oxford United

Ole Romeny, Marselino Ferdinan, Oxford United. (Bola.com/tangkapan layar Youtube Qxford United Official)

Ketua PSSI, Erick Thohir, bukan nama lawas di dunia sepak bola Eropa. Ia pernah memiliki saham di Inter Milan, dan kecintaannya terhadap si kulit bundar tidak pernah luntur.

Itu dibuktikan dengan keputusannya memiliki saham di Oxford United FC pada September 2021, klub Liga Inggris yang berlaga di League One atau kasta ketiga sepak bola Inggris. Ia tak sendiri, sebab ada Anindya Bakrie yang ikut membantunya.

Oxford juga semakin berwarna Indonesia dengan memiliki pemain andalan di Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan dan Ole Romeny.

Oxford United cukup sukses menjalani Championship Division atau kasta kedua Liga Inggris 2024/2025. Mereka tetap bertahan untuk kembali bermain di kasta yang sama musim depan, setelah finis di posisi ke-17 dengan nilai 53.

 


Como 1907

Sepak bola Italia dan Indonesia dihebohkan dengan keberhasilan Como 1907 promosi ke Serie A 2024/2025. Klub berusia 117 tahun yang kembali mentas di kompetisi kasta tertinggi Italia.

Como 1907 membawa pengaruh besar tentang Indonesia di sepak bola Italia. Saat ini, Como dimiliki Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, yang merupakan bos Grup Djarum, sebuah perusahaan besar di Indonesia.

Mereka mengakuisisi klub tersebut pada 2019 dan sejak saat itu telah membawa perubahan signifikan, termasuk promosi ke Serie A, bersanding satu level kompetisi dengan tim legendaris seperti Juventus, Inter Milan, AC Milan, AS Roma, hingga Lazio.

Rupanya Como 1907 berhasil mematahkan prediksi sebagai tim yang bakal cuma numpang lewat di kompetisi seketat Liga Italia Serie A. Nyatanya Como 1907 tetap bertahan bertahan di Serie A musim depan.

Como bahkan finis di papan tengah, tepatnya peringkat ke-10 dengan nilai 49. Mereka mengoleksi 13 kemenangan, 10 kali imbang, dan 15 kali menelan kekalahan. Como bisa dibilang yang tersukses sebagai tim milik orang Indonesia.

 


FC Verbroedering Dender

Tokoh sepak bola nasional, Sihar Sitorus pada Februari 2018 memberikan pernyataan mengejutkan seputar keberhasilannya membeli klub Eropa. Namun, ketika itu Sihar enggan menyebut secara spesifik nama dan liga di mana klub tersebut bermain.

Pada 23 Juni 2018, barulah Sihar Sitorus untuk pertama kalinya menyebut nama klub Belgia miliknya pada acara konferensi pers talent scouting bertajuk Bola.com From North Sumatra to Belgium di satu di antara hotel mewah di Medan.

Mantan anggota Komite Eksekutif PSSI itu mengaku membeli FC Verbroedering Dender, klub yang sekarang ada di Divisi Dua Liga Belgia itu karena sesuai dengan visi dan misinya memajukan sepak bola nasional.

Wajah Keindonesiaan FCV Dender bertambah dengan menggaet Ragnar Oratmangoen, striker Timnas Indonesia sejak awal musim ini. Klub tersebut finis di peringkat ke-12 dengan nilai 32 pada babak reguler dan memastikan tetap stay di kompetisi kasta kedua Belgia musim depan.

 


Lecce

Taty Castellanos dari Lazio (tengah) beraksi di laga Serie A kontra Lecce di Olimpico, Roma, Italia, Minggu, 25 Mei 2025. (Fabrizio Corradetti/LaPresse via AP)

Pertengahan 2022, Indonesia dan Italia digemparkan dengan foto Raffi Ahmad dan Alvin Sariaatmadja berada di markas Lecce bersama jajaran klub lainnya. Ternyata, tim Liga Italia Serie A itu dibeli oleh Alvin.

Alvin Sariaatmadja, konglomerat yang juga merupakan pemilik EMTEK (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk) membeli sekitar 10 persen saham Lecce, menjadikannya pemilik saham minoritas di klub tersebut.

Alvin tidak sendiri, ia bergabung dengan konsorsium yang terdiri dari Boris Francesco Jean Collardi (bankir asal Italia-Swiss) and which consists of pebisnis lokal Pascal Picci.

Penampilan Lecce di Serie A musim 2024/2025 cukup bikin deg-degan. Mereka sering berada di tepi zona degradasi. Alhasil, tim dengan warna khas merah dan kuning bergaris itu finis di posisi ke-17 dengan nilai 34, sekaligus tetap bertahan di kasta tertinggi Liga Italia musim depan.

 


Brisbane Roar

Rafael Struick mencetak gol pertamanya untuk Brisbane Roar ke gawang Sydney FC dalam laga A-League 2024/2025, 1 November 2024. (Dok. Brisbane Roar)

Pemilik klub Brisbane Roar FC adalah Bakrie Group. Mereka membeli saham klub A-League itu sebesar 70 persen pada 2011.

Setahun kemudian, Grup Bakrie mengambil alih 100 persen kepemilikan klub. Bukan cuma pemiliknya yang orang Indonesia, Brisbane Roar juga pernah diperkuat pemain Merah Putih.

Penyerang timnas Indonesia, Rafael Struick, bergabung dengan Brisbane Roar pada 16 September 2024. Membuat Brisbane Roar semakin kental dengan aroma Indonesia.

Namun perjalanan Brisbane Roar di Liga Australia musim 2024/2025 tak berjalan memuaskan. Mereka hanya mampu finis di urutan ke-12 atau kedua dari bawah dengan nilai 21.

Kabar mengejutkan datang ketika Brisbane Roar memutuskan tidak lagi menggunakan jasa striker Timnas Indonesia, Rafael Struick.

Struick memang hanya dikontrak Brisbane Roar hingga musim 2024/2025 berakhir. Klub yang identik dengan warna oranye itu memutuskan tidak lagi memperpanjang kontrak penyerang Timnas Indonesia tersebut.

Dari 10 pertandingan itu, Rafael Struick hanya mampu mencetak satu gol untuk Brisbane Roar. Satu-satunya gol itu dicetak oleh Struick ke gawang Sydney FC pada 1 November 2024.

Rafael Struick juga sempat diganggu cedera. Hal itu harus diakui cukup mempengaruhi performa Rafael Struick di lapangan.

Sumber: Berbagai Sumber

Berita Terkait