Diskualifikasi dari Liga Europa, Crystal Palace Siapkan Langkah Hukum, Parish: Kami Terpukul

Crystal Palace, juara Piala FA 2024/25, diturunkan dari Liga Europa ke Liga Conference oleh UEFA.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 12 Juli 2025, 08:20 WIB
Bek Crystal Palace asal Prancis #05, Maxence Lacroix (tengah), dan gelandang Crystal Palace asal Jepang #18, Daichi Kamada (tengah kanan), merayakan kemenangan bersama rekan satu timnya setelah pertandingan final Piala FA Inggris antara Crystal Palace dan Manchester City di Stadion Wembley, London, pada 17 Mei 2025. Palace menang 1-0. (Adrian Dennis/AFP)

Bola.com, Jakarta - Crystal Palace resmi mengajukan keberatan atas keputusan UEFA yang mendiskualifikasi mereka dari ajang Liga Europa musim 2025/26.

Klub asal London itu sebelumnya dijadwalkan tampil di kompetisi Eropa setelah menjuarai Piala FA, tetapi justru diturunkan ke Conference League akibat masalah kepemilikan ganda yang melibatkan investor John Textor.

Advertisement

UEFA menetapkan bahwa Palace tidak bisa ambil bagian di Liga Europa karena hubungan kepemilikan dengan Olympique Lyon, klub Prancis yang juga lolos ke kompetisi tersebut lewat posisi akhir di Ligue 1.

Meski Lyon sempat terancam degradasi karena persoalan finansial, keputusan itu kemudian dibatalkan. Hasilnya, UEFA memprioritaskan Lyon sebagai peserta Liga Europa dan mencoret Palace karena melanggar aturan kepemilikan ganda.


Sangat Terpukul, Ketidakadilan Besar

Suporter Crystal Palace memberikan aplaus kepada para pemain tim kesayangannya yang berhasil melangkah ke final Piala FA 2024/2025 setelah meraih kemenangan 3-0 atas Aston Villa dalam laga semifinal yang berlangsung di Wembley, London, Sabtu (26/4/2025). (Glyn KIRK/AFP)

Chairman Crystal Palace, Steve Parish, menyampaikan kekecewaan mendalam atas keputusan tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Sky Sports News, ia menilai keputusan UEFA telah merenggut mimpi besar klub dan para suporternya.

"Jelas kami sangat terpukul. Terutama untuk para suporter. Saya rasa, suporter dari semua klub pun seharusnya ikut merasakan kekecewaan kami karena ini adalah mimpi yang jadi kenyataan," kata Parish.

"Bayangkan, Anda memenangkan trofi, bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, tapi kemudian rasanya seperti menang undian, datang ke loket, dan tak dapat hadiah. Saya kecewa untuk para pemain, suporter, dan staf. Ini hari yang buruk bagi sepak bola. Saya yakin, penggemar sepak bola yang berpikir jernih akan melihat ini sebagai ketidakadilan besar bagi klub, dan saya sangat berharap ada yang bisa memperbaikinya," tuturnya.


Bantah Langgar Aturan Kepemilikan Ganda

Duta Besar Crystal Palace sekaligus mantan pemain, Mark Bright (kiri), dan chairman Crystal Palace asal Inggris, Steve Parish (kanan), duduk di kursi mereka untuk menyaksikan pertandingan semifinal Piala FA antara Crystal Palace dan Aton Villa di Stadion Wembley, London utara, pada 26 April 2025. (Glyn KIRK/AFP)

Parish menegaskan bahwa Crystal Palace seharusnya tidak dianggap sebagai bagian dari model kepemilikan ganda.

Menurutnya, keputusan UEFA yang mencoret Palace dari kompetisi Eropa berdasarkan keterlibatan John Textor adalah bentuk penerapan aturan yang tidak adil.

Sebagai informasi, UEFA menetapkan batas waktu hingga 1 Maret bagi klub-klub yang menghadapi potensi konflik kepemilikan untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

Saat itu, Crystal Palace bahkan belum mencapai babak perempat final Piala FA sehingga tak ada indikasi bahwa mereka akan lolos ke Eropa. Hal ini membuat klub tak sempat memenuhi tenggat waktu yang ditentukan UEFA.


Akan Ajukan Banding, Siap Tempuh Semua Jalur

Para pemain Crystal Palace merayakan gelar juara Piala FA 2024/2025 setelah mengalahkan Manchester City dalam laga final yang berlangsung di Stadion Wembley, London, Inggris, Sabtu (17/05/2025). (AFP/Adrian Dennis)

Terkait langkah selanjutnya, Parish memastikan pihaknya akan menempuh berbagai opsi hukum, termasuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), tetapi ia berharap penyelesaian bisa terjadi tanpa perlu proses panjang.

"Saya rasa UEFA sendiri tidak ingin melihat hal ini terjadi. Klub yang layak tampil di sebuah kompetisi malah dikunci di luar hanya karena alasan teknis yang sangat tak masuk akal," tegasnya.

"Kami akan banding. Meski saya tak ingin mendahului hasilnya, yang jelas kami sedang mempertimbangkan semua opsi. Banding adalah salah satunya. Tapi, yang lebih kami harapkan, sebenarnya, adalah adanya campur tangan dari pihak yang bisa menyelesaikan hal ini secara adil," imbuhnya.

 

Sumber: Express

Berita Terkait