IFAB Pertimbangkan Dua Aturan Baru Jelang Piala Dunia 2026, Termasuk VAR dan Penalti

Kemungkinan ada dua perubahan aturan besar yang akan diterapkan sebelum Piala Dunia 2026.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 29 Juli 2025, 05:30 WIB
Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes, berhasil menepis eksekusi penalti pemain Arab Saudi, Salem Al Dawsari pada laga matchday pertama putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C di King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (6/9/2024) dini hari WIB. (Instagram PSSI)

Bola.com, Jakarta - Menjelang Piala Dunia 2026, International Football Association Board (IFAB) sedang menggodok dua usulan perubahan aturan yang berpotensi mengubah dinamika permainan sepak bola. Meski belum final, kedua aturan ini sudah menuai pro dan kontra, termasuk dari UEFA.

Bola Mati setelah Penalti Diselamatkan Kiper

Advertisement

Perubahan paling kontroversial datang dari skenario penalti. IFAB menilai penalti saat ini memberikan keuntungan terlalu besar bagi tim penyerang.

Untuk itu, mereka mempertimbangkan aturan baru yang menyatakan bahwa bola akan dianggap "mati" apabila kiper berhasil menyelamatkan tendangan penalti. Artinya, tak ada kesempatan bagi pemain penyerang untuk melakukan rebound atau mencetak gol dari bola muntah.

Jika aturan ini diterapkan, penalti akan menjadi momen tunggal tanpa kelanjutan, sekaligus menghilangkan potensi kekacauan akibat pelanggaran masuk kotak penalti sebelum bola ditendang.

Wacana Perluasan Wewenang VAR

Selain soal penalti, IFAB membuka diskusi terkait kemungkinan memperluas peran Video Assistant Referee (VAR).

Saat ini, VAR hanya bisa digunakan untuk meninjau keputusan tertentu, seperti gol, penalti, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas pemain.

Namun, dalam usulan baru, VAR bisa diberi kewenangan untuk ikut campur dalam keputusan lain, seperti tendangan sudut dan kartu kuning kedua, yang selama ini berada sepenuhnya dalam domain wasit di lapangan.


UEFA Keberatan

Foto ilustrasi saat wasit Liga Inggris Kevin Friend melihat Video Assistant Referee (VAR). Keputusan wasit yang menganulir gol di pertandingan pekan ke-6 Liga Inggris 2022/2023 melalui VAR menuai banyak kontroversi. (AFP/Daniel Leal)

Kendati demikian, usulan ini tidak serta-merta disambut baik. UEFA, misalnya, sudah menyampaikan keberatan mereka secara terbuka.

Satu di antara juru bicara UEFA menyebut perubahan ini akan sulit untuk ditoleransi, terutama karena dikhawatirkan akan memperpanjang waktu pertandingan akibat intervensi VAR yang makin sering.

Perdebatan tentang perubahan aturan dalam sepak bola bukan hal baru.

Dalam sejarah, ada aturan yang terbukti membawa dampak positif, seperti kartu merah dan kuning yang mulai diperkenalkan pada 1970, atau larangan back-pass pada 1992.


Merusak Kesederhanaan Sepak Bola?

Kiper Real Madrid asal Belgia #01, Thibaut Courtois, menukik untuk merebut bola selama adu penalti setelah pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions UEFA antara Club Atletico de Madrid dan Real Madrid CF di stadion Metropolitano di Madrid, Kamis dini hari WIB (13-3-2025). (Thomas COEX/AFP)

Namun, tidak semua inovasi disambut baik.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah wacana dinilai terlalu eksperimental dan bahkan dianggap merusak kesederhanaan sepak bola, sebagaimana pernah diungkapkan legenda Liverpool, Bill Shankly, yang menyindir bahwa "sepak bola adalah permainan sederhana yang dipersulit oleh orang-orang bodoh."

Kini, dengan munculnya dua wacana baru dari IFAB ini, publik kembali dihadapkan pada dilema antara menjaga kemurnian permainan atau menerima perubahan demi penyempurnaan.

 

Sumber: SI

Berita Terkait