Bola.com, Jakarta - Fans klub-klub raksasa Liga Inggris seperti Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea pasti selalu menunggu penuh rasa penasaran pada setiap bursa transfer pemain.
Kadangkala, klub bermanuver sangat cerdas sehingga bisa memboyong pemain-pemain top berkulitas dan akhirnya berimbas pada performa klub di musim selanjutnya.
Namun, terkadang klub juga gagal total di bursa transfer. Fans hanya bisa terkaget-kaget melihat kegagalan klub.
Newcastle United saat ini sedang mengalami bursa transfer musim panas yang buruk. Bintang mereka, Alexander Isak, telah menegaskan niatnya untuk hengkang, sementara sang manajer Eddie Howe kesulitan mendapatkan target favoritnya.
Berikut ini delapan jendela transfer terburuk yang pernah terjadi dari klub-klub besar Premier League.
Manchester United (2009)
Cristiano Ronaldo, dalam periode pertamanya di Manchester United, dianggap sebagai pesepak bola Liga Inggris terbaik sepanjang masa.
Ia membawa Setan Merah yang diasuh Sir Alex Ferguson meraih tiga gelar liga berturut-turut. Ronaldo juga menjadi pemain terakhir dari Premier League yang mengangkat trofi Ballon d’Or sebelum Rodri. Saat itu, Ronaldo pindah ke Real Madrid dengan memecahkan rekor transfer dunia.
Kemudian ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa Los Blancos, dengan rata-rata lebih dari satu gol per pertandingan selama sembilan tahun. Ronaldo juga memenangkan empat Ballon d’Or serta empat medali Liga Champions.
Mame Biram Diouf, Michael Owen, dan Gabriel Obertan tidak akan pernah mengisi kekosongan seperti itu, bukan?
Hanya kedatangan Antonio Valencia, calon favorit penggemar, yang menghentikan bursa transfer 2009 menjadi bencana total bagi MU.
Liverpool (2010)
"Saya pikir saya akan bertahan satu tahun lagi dan menganggapnya sebagai musim transisi. Namun, ada saatnya Anda kehilangan antusiasme, Anda melihat para pemain di Timnas Spanyol bermain di level yang berbeda," kenang Fernando Torres tentang kepindahannya senilai 50 juta poundsterling ke Chelsea pada Januari 2011.
“Lalu ketika semuanya tampak gelap, Chelsea datang dan menunjukkan ketertarikan yang nyata.”
Bayangkan beralih dari puncak karier Anda, mengangkat Piala Dunia, hingga kembali ke klub Anda, yang menjual Javier Mascherano (setelah kepergian Xabi Alonso tahun sebelumnya) dan merekrut Joe Cole, Milan Jovanovic, Christian Poulsen, dan Paul Konchesky.
Sementara itu, Liverpool juga mengganti Rafael Benitez dengan Roy Hodgson.
Tak heran segalanya tampak suram bagi Torres, yang tampaknya hanya mampu bertahan enam bulan setelah kemerosotan besar mereka.
Manchester City (2012)
Manchester City mengalami jendela transfer yang buruk pada 2012. Saat itu, Man City berstatus juara bertahan.
Sang pelatih, Roberton Mancini, diberi modal belanja senilai 50 juta poundsterling, yang saat itu masih dianggap nominal yang besar.
Namun, kuartet ternama yang terdiri dari Javi Garcia, Matija Nastasic, Jack Rodwell, Scott Sinclair, dan Maicon kesulitan meningkatkan level City. Akhirnya mereka mengalami kegagalan yang menyedihkan untuk mempertahankan gelar.
Robin van Persie dan Eden Hazard dikabarkan memilih Manchester United dan Chelsea daripada tawaran dari City pada musim panas itu. Betapa berbedanya, ya?
Tottenham Hotspur (2013)
Christian Eriksen adalah rekrutan yang sensasional. Namun, Paulinho, Roberto Soldado, Etienne Capoue, Vlad Chiriches, dan Nacer Chadli sama sekali tidak masuk dalam daftar tersebut.
Erik Lamela seharusnya berada di tengah-tengah skala tersebut, setidaknya karena kontribusinya dalam permainan kotor dan mencetak gol.
Liverpool (2014)
Ada tema yang muncul di sini. Manchester United mengejar Cristiano Ronaldo. Tottenham mengejar Bale. Di ujung lebih jauh, Barcelona memburu Neymar.
Newcastle mungkin akan menerima rekor transfer Inggris yang sangat besar untuk Isak, tetapi menginvestasikan kembali uang itu untuk pengganti yang memadai akan jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Tanyakan saja Liverpool, yang membeli Rickie Lambert, Lazar Markovic, dan Mario Balotelli setelah menjual Luis Suarez ke Barcelona. Aduh.
Adam Lallana, Dejan Lovren, dan Emre Can cukup berguna, setidaknya. Dan Divock Origi menjadi pahlawan kultus Kop yang sesungguhnya. Jadi tidak seburuk 2010, tetapi masih cukup buruk.
Arsenal (2015)
Jika dipikir-pikir kembali, ini adalah titik krusial di hari-hari terakhir masa kepemimpinan Arsene Wenger, dan penurunan Arsenal.
Setelah pindah ke Emirates, Arsenal sudah terbiasa kehilangan pemain kunci.
Namun setelah pemain-pemain seperti Ashley Cole, Thierry Henry, dan Cesc Fabregas hengkang, musim panas 2015 Wenger mempertahankan inti skuadnya.
Melihat Alexis Sanchez dan Mesut Ozil di puncak performa, The Gunners tampak siap bersaing.
Arsenal berhasil melakukannya selama dua pertiga musim 2015/2016, ketika semua klub besar tradisional mengalami kesalahan besar dan Leicester City berhasil mewujudkan kisah dongeng.
Menengok ke belakang, mereka mungkin saja telah menghancurkan impian The Foxes seandainya bukan karena kelesuan dan kurangnya ambisi di musim panas 2015.
Petr Cech datang dengan pengalaman memenangkan gelar, tetapi di tengah penurunan performa. Hanya Cech saja yang mereka datangkan. Nasib Arsenal mungkin akan berbeda jika memboyong lebih banyak pemain lagi.
Chelsea (2017)
Bayangkan saja Jose Mourinho tertawa kecil saat melihat Antonio Conte memgalami sesuatu yang mirip dengan apa yang disebut pelatih asal Italia itu sebagai “musim Mourinho” pada musim 2017/2018.
Conte telah menegaskan The Blues harus menghindari terulangnya kegagalan Chelsea dalam mempertahankan gelar juara di musim 2015/2016, yang mungkin merupakan pertanda buruk bagi masa depan mereka.
Chelsea malah tidak pernah benar-benar mencapai posisi papan tengah klasemen.
Tidak seperti kesulitan mereka di bawah Mourinho, yang tampaknya dipicu oleh krisis di balik layar, kejatuhan Conte dapat ditelusuri kembali gara-gara pengeluaran musim panas yang besar.
Mengganti Diego Costa yang menyebalkan dengan Alvaro Morata yang bak malaikat tampak seperti keputusan yang buruk sejak awal. Belum lagi ia menandatangani kontrak dengan biaya yang memecahkan rekor klub.
Selain itu, Chelsea malah memboyong Danny Drinkwater dan Tiemoue Bakayoko dengan total nilai £75 juta,
Chelsea (2022)
Entah bagaimana, Chelsea berhasil melampaui nominal transfer 2017 setelah lima tahun lagi. Todd Boehly mengumumkan dirinya sebagai bos baru dengan aksi transfer yang benar-benar aneh dan semakin memburuk dari tahun ke tahun.
Wesley Fofana, Marc Cucurella, Raheem Sterling, Kalidou Koulibaly, Carney Chukwuemeka, Pierre-Emerick Aubameyang, Gabriel Slonina, dan Denis Zakaria direkrut dengan nilai hampir £300 juta.
Cucurella memang membutuhkan waktu untuk beradaptasi, tetapi ia telah memainkan perannya dalam kebangkitan klub pasca-Abramovich.
Fofana masih bisa menjadi pembelian yang layak jika bisa melupakan cederanya. Semakin sedikit yang dibicarakan tentang yang lain, semakin baik.
Trofi Piala Dunia Antarklub menjadi penanda Chelsea kembali ke jalur yang benar. Namun, bayangan 2022 masih menghantui.
Sumber: Planet Football