8 Manuver Bursa Transfer Klub Top Liga Inggris yang Paling Bikin Syok: Liverpool, Chelsea, hingga MU Apes Banget!

Berikut ini delapan jendela transfer terburuk yang pernah terjadi dari klub-klub besar Premier League.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 02 Agustus 2025, 08:30 WIB
Striker Italia yang kini berusia 34 tahun dan berstatus tanpa klub, Mario Balotelli pernah didatangkan Liverpool dari klub Serie A, AC Milan pada awal musim 2014/2015 dengan nilai transfer 20 juta euro. Sempat dipinjamkan kembali ke AC Milan selama semusim pada 2015/2016, ia akhirnya dilepas permanen ke OGC Nice pada awal musim 2016/2017 dengan status bebas transfer. Bersama Liverpool ia total tampil dalam 28 laga di semua kompetisi dengan torehan 4 gol. (AFP/Paul Ellis)

Bola.com, Jakarta - Fans klub-klub raksasa Liga Inggris seperti Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea pasti selalu menunggu penuh rasa penasaran pada setiap bursa transfer pemain

Kadangkala, klub bermanuver sangat cerdas sehingga bisa memboyong pemain-pemain top berkulitas dan akhirnya berimbas pada performa klub di musim selanjutnya. 

Advertisement

Namun, terkadang klub juga gagal total di bursa transfer. Fans hanya bisa terkaget-kaget melihat kegagalan klub. 

Newcastle United saat ini sedang mengalami bursa transfer musim panas yang buruk. Bintang mereka, Alexander Isak, telah menegaskan niatnya untuk hengkang, sementara sang manajer Eddie Howe kesulitan mendapatkan target favoritnya.

Berikut ini delapan jendela transfer terburuk yang pernah terjadi dari klub-klub besar Premier League.


Manchester United (2009)

Gabriel Obertan di plot oleh Manchester United untuk menggantikan Ronaldo yang hengkang ke Madrid. Obertan gagal menunjukkan performa yang mengesankan selama berada di Old Trafford. Dia hanya mencetak sembilan gol dalam dua musim. (AFP/Paul Ellis)

Cristiano Ronaldo, dalam periode pertamanya di Manchester United, dianggap sebagai pesepak bola Liga Inggris terbaik sepanjang masa.

Ia membawa Setan Merah yang diasuh Sir Alex Ferguson meraih tiga gelar liga berturut-turut. Ronaldo juga menjadi pemain terakhir dari Premier League yang mengangkat trofi Ballon d’Or sebelum Rodri. Saat itu, Ronaldo pindah ke Real Madrid dengan memecahkan rekor transfer dunia.

Kemudian ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa Los Blancos, dengan rata-rata lebih dari satu gol per pertandingan selama sembilan tahun. Ronaldo juga memenangkan empat Ballon d’Or serta empat medali Liga Champions.

Mame Biram Diouf, Michael Owen, dan Gabriel Obertan tidak akan pernah mengisi kekosongan seperti itu, bukan?

Hanya kedatangan Antonio Valencia, calon favorit penggemar, yang menghentikan bursa transfer 2009 menjadi bencana total bagi MU.


Liverpool (2010)

3. Joe Cole - Joe Cole merupakan pemilik nomor 10 sebelum digunakan Coutinho. Namun, sayang karir Joe Cole tidak benar-benar baik ketika berada di Liverpool akibat lebih sering berkutat dengan cedera dan sering berada di bangku cadangan. (AP Photo/Tim Hales)

"Saya pikir saya akan bertahan satu tahun lagi dan menganggapnya sebagai musim transisi. Namun, ada saatnya Anda kehilangan antusiasme, Anda melihat para pemain di Timnas Spanyol bermain di level yang berbeda," kenang Fernando Torres tentang kepindahannya senilai 50 juta poundsterling ke Chelsea pada Januari 2011.

“Lalu ketika semuanya tampak gelap, Chelsea datang dan menunjukkan ketertarikan yang nyata.”

Bayangkan beralih dari puncak karier Anda, mengangkat Piala Dunia, hingga kembali ke klub Anda, yang menjual Javier Mascherano (setelah kepergian Xabi Alonso tahun sebelumnya) dan merekrut Joe Cole, Milan Jovanovic, Christian Poulsen, dan Paul Konchesky.

Sementara itu, Liverpool juga mengganti Rafael Benitez dengan Roy Hodgson.

Tak heran segalanya tampak suram bagi Torres, yang tampaknya hanya mampu bertahan enam bulan setelah kemerosotan besar mereka. 


Manchester City (2012)

Javi Garcia. Gelandang Spanyol yang kini berusia 35 tahun dan baru saja pensiun awal Juli 2022 bersama Boavista ini pernah memperkuat Manchester City selama 2 musim mulai 2012/2013 hingga 2013/2014 sejak didatangkan dari Benfica pada awal musim 2012/2013 dengan nilai transfer 20,2 juta euro. Ia langsung mencetak 1 gol pada laga debutnya di pekan ke-4 Liga Inggris 2012/2013 (15/9/2012) menghadapi tuan rumah Stoke City yang berkesudahan imbang 1-1. Ia total tampil dalam 76 laga bersama Mancity di semua ajang dengan torehan 2 gol. (AFP/Adrian Dennis)

Manchester City mengalami jendela transfer yang buruk pada 2012. Saat itu, Man City berstatus juara bertahan. 

Sang pelatih, Roberton Mancini, diberi modal belanja senilai 50 juta poundsterling, yang saat itu masih dianggap nominal yang besar. 

Namun, kuartet ternama yang terdiri dari Javi Garcia, Matija Nastasic, Jack Rodwell, Scott Sinclair, dan Maicon kesulitan meningkatkan level City. Akhirnya mereka mengalami kegagalan yang menyedihkan untuk mempertahankan gelar.

Robin van Persie dan Eden Hazard dikabarkan memilih Manchester United dan Chelsea daripada tawaran dari City pada musim panas itu. Betapa berbedanya, ya?


Tottenham Hotspur (2013)

Pemain Tottenham, Roberto Sodaldo. (Ian Kington/AFP)

Christian Eriksen adalah rekrutan yang sensasional. Namun, Paulinho, Roberto Soldado, Etienne Capoue, Vlad Chiriches, dan Nacer Chadli sama sekali tidak masuk dalam daftar tersebut.

Erik Lamela seharusnya berada di tengah-tengah skala tersebut, setidaknya karena kontribusinya dalam permainan kotor dan mencetak gol. 


Liverpool (2014)

Mario Balotelli - Mario Balotelli termasuk pemain Liverpool yang gagal karena kegemilangannya bersama Manchester City tak muncul ketika berseragam The Reds. Selama membela Liverpool dari 2014-2016, Balotelli hanya tampil 28 kali dan mencetak 4 gol. (AFP/Paul Ellis)

Ada tema yang muncul di sini. Manchester United mengejar Cristiano Ronaldo. Tottenham mengejar Bale. Di ujung lebih jauh, Barcelona memburu Neymar.

Newcastle mungkin akan menerima rekor transfer Inggris yang sangat besar untuk Isak, tetapi menginvestasikan kembali uang itu untuk pengganti yang memadai akan jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Tanyakan saja Liverpool, yang membeli Rickie Lambert, Lazar Markovic, dan Mario Balotelli setelah menjual Luis Suarez ke Barcelona. Aduh.

Adam Lallana, Dejan Lovren, dan Emre Can cukup berguna, setidaknya. Dan Divock Origi menjadi pahlawan kultus Kop yang sesungguhnya. Jadi tidak seburuk 2010, tetapi masih cukup buruk.


Arsenal (2015)

Petr Cech. Eks kiper Republik Ceska berusia 40 tahun yang telah pensiun pada Juli 2019 bersama Arsenal ini tercatat pernah membela Chelsea selama 11 musim mulai 2004/2005 hingga 2014/2015. Selama 10 musim ia selalu menjadi andalan The Blues di semua ajang. Hingga akhirnya Chelsea mendatangkan Thibaut Courtois yang akhirnya menggeser posisinya pada 2014/2015. Pada awal musim 2015/2016 Petr Cech hengkang ke Arsenal hingga memutuskan pensiun pada akhir musim 2018/2019. (AFP/Damien Meyer)

Jika dipikir-pikir kembali, ini adalah titik krusial di hari-hari terakhir masa kepemimpinan Arsene Wenger, dan penurunan Arsenal.

Setelah pindah ke Emirates, Arsenal sudah terbiasa kehilangan pemain kunci.

Namun setelah pemain-pemain seperti Ashley Cole, Thierry Henry, dan Cesc Fabregas hengkang, musim panas 2015 Wenger mempertahankan inti skuadnya.

Melihat Alexis Sanchez dan Mesut Ozil di puncak performa, The Gunners tampak siap bersaing.

Arsenal berhasil melakukannya selama dua pertiga musim 2015/2016, ketika semua klub besar tradisional mengalami kesalahan besar dan Leicester City berhasil mewujudkan kisah dongeng.

Menengok ke belakang, mereka mungkin saja telah menghancurkan impian The Foxes seandainya bukan karena kelesuan dan kurangnya ambisi di musim panas 2015.

Petr Cech datang dengan pengalaman memenangkan gelar, tetapi di tengah penurunan performa. Hanya Cech saja yang mereka datangkan. Nasib Arsenal mungkin akan berbeda jika memboyong lebih banyak pemain lagi. 


Chelsea (2017)

Selebrasi striker Chelsea, Alvaro Morata setelah menjebol gawang Crystal Palace pada laga lanjutan Liga Inggris 2018/2019 di Stamford Bridge, London (4/11/2018). Setelah didatangkan Chelsea dari Real Madrid pada awal musim 2017/2018, Alvaro Morata dijual ke Atletico Madrid pada awal musim 2020/2021 senilai 35 juta euro atau kini setara Rp575 miliar. (AFP/Ben Stansall)

Bayangkan saja Jose Mourinho tertawa kecil saat melihat Antonio Conte memgalami sesuatu yang mirip dengan apa yang disebut pelatih asal Italia itu sebagai “musim Mourinho” pada musim 2017/2018.

Conte telah menegaskan The Blues harus menghindari terulangnya kegagalan Chelsea dalam mempertahankan gelar juara di musim 2015/2016, yang mungkin merupakan pertanda buruk bagi masa depan mereka.

Chelsea malah tidak pernah benar-benar mencapai posisi papan tengah klasemen. 

Tidak seperti kesulitan mereka di bawah Mourinho, yang tampaknya dipicu oleh krisis di balik layar, kejatuhan Conte dapat ditelusuri kembali gara-gara pengeluaran musim panas yang besar.

Mengganti Diego Costa yang menyebalkan dengan Alvaro Morata yang bak malaikat tampak seperti keputusan yang buruk sejak awal. Belum lagi ia menandatangani kontrak dengan biaya yang memecahkan rekor klub.

Selain itu, Chelsea malah memboyong Danny Drinkwater dan Tiemoue Bakayoko dengan total nilai £75 juta, 


Chelsea (2022)

Ekspresi pemain Chelsea, Pierre-Emerick Aubameyang (kanan) dan Enzo Fernandez setelah timnya dipermalukan Tottenham Hotspur 0-2 di pekan ke-25 Premier League yang berlangsung di Tottenham Hotspur Stadium, Minggu (26/2/2023) malam WIB. (AFP/Justin Tallis)

Entah bagaimana, Chelsea berhasil melampaui nominal transfer 2017 setelah lima tahun lagi. Todd Boehly mengumumkan dirinya sebagai bos baru  dengan aksi transfer yang benar-benar aneh dan semakin memburuk dari tahun ke tahun.

Wesley Fofana, Marc Cucurella, Raheem Sterling, Kalidou Koulibaly, Carney Chukwuemeka, Pierre-Emerick Aubameyang, Gabriel Slonina, dan Denis Zakaria direkrut dengan nilai hampir £300 juta.

Cucurella memang membutuhkan waktu untuk beradaptasi, tetapi ia telah memainkan perannya dalam kebangkitan klub pasca-Abramovich.

Fofana masih bisa menjadi pembelian yang layak jika bisa melupakan cederanya. Semakin sedikit yang dibicarakan tentang yang lain, semakin baik.

Trofi Piala Dunia Antarklub menjadi penanda Chelsea kembali ke jalur yang benar. Namun, bayangan 2022 masih menghantui. 

Sumber: Planet Football

Berita Terkait