Ribuan Eks Pemain Gugat FIFA, Tuntut Ganti Rugi Triliunan Rupiah Akibat Aturan Transfer

FIFA terancam gugatan triliunan Rupiah dari eks pemain akibat aturan tansfer yang dinyatakan ilegal.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 05 Agustus 2025, 12:45 WIB
Logo FIFA dari markas besarnya di Zurich, Swiss. Foto diambil pada 20 Oktober 2010 jelang biding Piala Dunia 2018 dan 2022. (AFP PHOTO/SEBASTIAN DERUNGS)

Bola.com, Jakarta - FIFA kini menghadapi ancaman gugatan hukum bernilai miliaran paun dari ribuan mantan pemain sepak bola.

Gugatan ini muncul menyusul putusan penting Pengadilan Eropa (CJEU) tahun lalu yang menyatakan aturan transfer FIFA melanggar hukum Uni Eropa.

Advertisement

Kelompok bernama Justice for Players, sebuah organisasi asal Belanda yang memiliki mantan asisten pelatih Timnas Inggris, Franco Baldini, sebagai satu di antara anggotanya, telah mengajukan pemberitahuan resmi untuk menggugat FIFA dan lima federasi sepak bola nasional, yakni Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, dan Denmark.

Gugatan ini diajukan sebagai bentuk tuntutan kompensasi atas kerugian finansial yang dialami para pemain sejak tahun 2002 akibat pemberlakuan regulasi transfer FIFA.

Diperkirakan sekitar 100.000 pemain akan terlibat dalam gugatan ini, yang rencananya akan diajukan di Pengadilan Distrik Midden Nederland.

Belanda dipilih sebagai yurisdiksi karena hukum negara tersebut memungkinkan gugatan kolektif dari siapa pun yang pernah bekerja di wilayah Uni Eropa maupun Inggris.


Efek Domino Kasus Lassana Diarra

Lassana Diarra - Pemain asal Prancis ini pernah menjadi pembelian sia-sia PSG lantaran gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya seperti saat membela Real Madrid. Hanya satu musim berkarier di PSG, Lassana Diara memutuskan gantung sepatu. (AFP/Charly Triballeau)

Akar dari sengketa hukum ini berasal dari kasus Lassana Diarra, mantan gelandang Chelsea dan Timnas Prancis, yang menuntut FIFA karena menolak menerbitkan International Transfer Certificate (ITC) agar ia bisa bergabung dengan klub Belgia, Charleroi, pada 2016.

FIFA menolak karena Diarra dianggap melanggar kontraknya dengan Lokomotiv Moscow dua tahun sebelumnya. Ia kemudian dijatuhi denda sebesar 10,5 juta euro dan skors 15 bulan, keputusan yang dikukuhkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Namun, Diarra melakukan gugatan balik yang berujung pada kemenangan di CJEU. Dalam putusannya pada Oktober tahun lalu, pengadilan menyatakan bahwa regulasi FIFA melanggar hukum persaingan Uni Eropa serta prinsip kebebasan mobilitas pekerja.

Dalam detailnya, pengadilan menilai bahwa FIFA menetapkan kriteria kompensasi yang tidak sah bagi pemain yang memutus kontrak, memberi kewenangan federasi nasional untuk menahan ITC, menjadikan klub baru bertanggung jawab membayar kompensasi ke klub lama, dan bahkan mengizinkan FIFA menjatuhkan sanksi disipliner terhadap pemain dan klub barunya.


Klaim Kompensasi Bernilai Fantastis

Ilustrasi FIFA. (AFP/Sebastien Bozon)

Dalam surat resmi yang dikirim ke FIFA, Justice for Players menyebut gugatan ini bernilai miliaran paun.

Angka tersebut berasal dari analisis independen lembaga ekonomi Compass Lexecon, yang memperkirakan bahwa pemain-pemain profesional kehilangan potensi penghasilan sekitar delapan persen sepanjang karier mereka sejak 2002 akibat aturan transfer FIFA yang membatasi.

Kendati Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) tidak disebut langsung sebagai tergugat, mereka dikabarkan telah menerima salinan surat pemberitahuan gugatan dan dapat ditambahkan dalam proses hukum berikutnya.

FIFA dan kelima federasi nasional diberi tenggat waktu hingga September untuk memberikan respons.


Didampingi Pengacara Ternama

Pemain sepak bola Belgia, Jean-Marc Bosman, diapit oleh dua pengacaranya, Luc Misson (kanan) dan Jean-Louis Dupont (kiri), tersenyum ketika Mahkamah Eropa memutuskan pada 15 Desember 1995 bahwa sistem transfer pemain antarklub sepak bola adalah ilegal. (FOTO AFP BELGA FILESSTF/BELGA/AFP)

Justice for Players sendiri baru dibentuk tahun ini dengan misi utama untuk mengadvokasi hak-hak pemain melalui aksi hukum berskala besar.

Organisasi ini juga didampingi oleh Jean-Louis Dupont, pengacara yang dikenal sebagai tokoh kunci dalam kasus Bosman ruling pada 1995, yang membuka jalan bagi kebebasan perpindahan pemain tanpa kontrak antarklub Eropa.

FIFA hingga saat ini belum memberikan komentar resmi terkait gugatan tersebut.

 

Sumber: The Guardian

Berita Terkait