Profesionalisme Tak Cukup untuk Jadi Pemain Timnas Indonesia, tapi Juga Harus Punya Patriotisme Tinggi

Dali Tahir kemudian mencontohkan Korsel yang ditangani Shin Tae-yong berhasil menumbangkan juara bertahan, Jerman di laga pembuka Piala Dunia 2018 Rusia. Begitu pula yang dilakukan Arab Saudi saat mempermalukan Argentina di Piala Dunia 2022 Qatar.

"Kejutan sering dilakukan negara-negara Asia dan Afrika. Termasuk negara kecil dari Amerika Latin. Kenapa? Secara faktual skuat negara tersebut kalah kualitas, tapi mereka menutupinya dengan patriotisme tinggi untuk mengalahkan negara yang punya prestasi besar di sepak bola," ujarnya.

Timnas Indonesia bisa meniru patriotisme tersebut jika ingin bertarung di level Internasional. "Jika Indonesia ingin punya timnas bagus maka harus banyak diperkuat pemain dari bangsa sendiri. Makanya PSSI dan Pemerintah harus membina pemain sejak usia dini dengan teknik dan karakter kuat," paparnya.

Mantan pengurus PSSI ini mengaku tak setuju dengan program naturalisasi yang tiga tahun terakhir getol dilakukan Federasi. Alasan penolakan Dali Tahir berdasar informasi dari kerabat istrinya yang tinggal di Belanda.

"Istri saya punya keluarga yang tinggal dan jadi warganegara Belanda. Ketika saya tanya apakah orang Belanda mau pindah jadi warganegara lain? Jawabannya mustahil orang yang sudah punya paspor Belanda pindah kewarganegaraan. Karena warga Belanda tanpa bekerja pun dapat jaminan sosial untuk bisa hidup layak," terangnya.

Dari informasi ini, Dali Tahir yang pernah dua periode sebagai anggota Exco FIFA ini pun mengambil kesimpulan para pemain naturalisasi Timnas Indonesia juga masih memegang paspor Belanda.

"Belanda punya aturan penduduknya boleh punya dua kewarganegaraan. Nah, jika seperti itu, saya pribadi meragukan patriotisme dan nasionalisme pemain naturalisasi Timnas Indonesia. Jadi mereka bermain di Timnas Indonesia sebagai pemain profesional," ujarnya.

Apalagi, tambah Dali Tahir, pemain diaspora yang jadi WNI bukan dari kategori grade A di Liga Eropa. "Kalau pemain naturalisasi bukan dari grade A atau B, jangan harap Timnas Indonesia bisa bicara banyak di level Dunia. Jika grade mereka tinggi sudah pasti diambil Timnas Belanda," pungkasnya.