Bola.com, Jakarta - Harapan Crystal Palace untuk mempertahankan tiket mereka di Liga Europa pupus sudah. Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) resmi menolak banding klub asal London itu terkait keputusan UEFA yang menjatuhkan mereka ke Conference League akibat pelanggaran aturan kepemilikan multi-klub (MCO).
Putusan ini menguatkan hasil sidang Badan Kontrol Keuangan Klub (CFCB) UEFA bulan lalu, yang menilai Palace memiliki keterkaitan terlalu erat dengan klub Ligue 1 Prancis, Olympique Lyon.
Palace mengajukan tiga poin keberatan: menolak keputusan CFCB yang dinilai tidak adil, menentang promosi Nottingham Forest ke Liga Europa, serta memprotes keikutsertaan Lyon.
Namun, ketiganya ditolak mentah-mentah oleh CAS.
Akibat putusan tersebut, Nottingham Forest kini resmi naik kasta dari Conference League ke Liga Europa.
Sementara Palace harus memulai petualangan Eropa mereka di babak playoff Conference League akhir bulan ini, menghadapi tim yang kalah di duel Liga Europa antara Fredrikstad melawan FC Midtjylland.
Tiket Eropa yang Rumit
Crystal Palace sejatinya meraih tiket Liga Europa setelah menumbangkan Manchester City di final Piala FA, Mei lalu. Namun, sepekan kemudian, kemenangan Paris Saint-Germain di final Coupe de France membuat Lyon naik dari Conference League ke Liga Europa.
Sesuai regulasi MCO, jika dua klub melanggar aturan kepemilikan ganda, prioritas diberikan kepada tim yang finis lebih tinggi di liga domestik.
Dalam kasus ini, Lyon yang berada di peringkat enam Ligue 1 diunggulkan dibanding Palace yang finis ke-12 di Premier League, meski Palace berstatus juara Piala FA.
Kunci masalah ada pada saham John Textor, pemilik Eagle Football Holdings Limited, yang menguasai mayoritas saham Lyon sekaligus memiliki 43,9 persen saham Palace.
Palace berargumen bahwa Textor tidak terlibat langsung dalam operasional klub, tetapi aturan UEFA melarang pihak yang memiliki "pengaruh menentukan" memegang lebih dari 30 persen saham di dua klub yang berkompetisi di ajang Eropa yang sama.
Textor telah menjual sahamnya di Palace kepada pemilik New York Jets, Woody Johnson, bulan lalu. Namun, UEFA hanya melihat kondisi kepemilikan klub per 1 Maret, jauh sebelum transaksi itu selesai.
Aturan Jelas, Tidak Ada Kelonggaran
Dalam pernyataannya, CAS menyebut:
"Setelah mempertimbangkan bukti, panel menemukan bahwa John Textor, pendiri Eagle Football Holdings, memiliki saham di CPFC dan OL serta duduk di dewan dengan pengaruh menentukan terhadap kedua klub pada saat tanggal penilaian UEFA."
CAS juga menolak argumen Palace soal perlakuan tidak adil dibanding Nottingham Forest dan Lyon.
"Peraturan UEFA jelas dan tidak memberi kelonggaran bagi klub yang tidak memenuhi syarat pada tanggal penilaian," lanjut pernyataan tersebut.
Kasus Pertama di Era Aturan Ketat
Sebelum musim panas ini, belum ada klub yang dikeluarkan dari kompetisi Eropa akibat MCO.
Palace menjadi salah satu dari tiga korban penerapan regulasi baru yang menetapkan batas waktu kepatuhan pada 1 Maret, lebih awal dari tenggat sebelumnya, 3 Juni.
Selain Palace, klub Irlandia, Drogheda United, juga dicoret dari Conference League karena konflik kepemilikan dengan klub Denmark, Silkeborg IF.
Kasus serupa dialami klub Hungaria Győri ETO, yang akhirnya digantikan oleh FC DAC 1904 Dunajska Streda.
Banding Drogheda memiliki kemiripan dengan Palace, termasuk mempersoalkan tenggat 1 Maret dan dugaan perlakuan tidak setara oleh UEFA. Namun, CAS telah lebih dulu menolak banding Drogheda, menciptakan preseden yang membuat peluang Palace untuk menang makin tipis.
Beberapa pihak menilai aturan ini memberatkan klub-klub yang jarang tampil di kompetisi Eropa. Saat batas waktu Maret itu tiba, Palace bahkan belum memainkan laga putaran kelima Piala FA.
Perubahan pendekatan terhadap MCO juga terlihat di tingkat global. Awal tahun ini, klub Meksiko, Club Leon, dicoret dari Piala Dunia Antarklub 2025 karena konflik kepemilikan dengan Pachuca.
Dari Sorak Kemenangan ke Pukulan Keputusan
Ironisnya, keputusan CAS keluar hanya sehari setelah Palace meraih trofi Community Shield usai mengalahkan Liverpool lewat adu penalti 3-1 di Wembley. Kemenangan itu menjadi gelar kedua Palace dalam tiga bulan terakhir.
Chairman sekaligus pemilik bersama Palace, Steve Parish, sebelumnya sudah menegaskan akan mencari solusi alternatif jika banding mereka gagal.
"Kalau hasilnya tidak sesuai harapan, kami akan melihat langkah apa yang bisa diambil setelah itu," ujar Parish.
Sumber: ESPN