Bola.com, Jakarta - Arsenal merampungkan kesepakatan untuk mendatangkan Eberechi Eze, beberapa jam setelah Tottenham Hotspur akhirnya melayangkan tawaran yang dianggap sesuai oleh Crystal Palace.
Padahal, sebelumnya sudah ada kesepakatan verbal, namun Spurs tak kunjung mendapat jawaban pasti. Alasannya segera terungkap.
Setelah melalui negosiasi panjang antara bos Spurs, Daniel Levy, dan bos Palace, Steve Parish, Arsenal justru berhasil masuk dalam hitungan jam terakhir. Langkah itu membuat transfer ini langsung dicap sebagai salah satu pembajakan terbesar, sekaligus kemenangan lain bagi The Gunners atas rival sekota mereka di London Utara.
Namun kenyataannya, ini bukanlah pembajakan. The Independent, Jumat (22/8/2025), mengungkap Arsenal sudah mencapai kesepakatan dengan Palace sejak Minggu pagi, 10 Agustus.
Kesepakatan itu dijaga begitu rapat, hingga baru terungkap setelah pengumuman mengejutkan pada Rabu (20/8/2025) malam dan dikonfirmasi oleh berbagai sumber.
Meski begitu, dalam sembilan hari setelahnya, tak ada tanda jelas Arsenal akan benar-benar menindaklanjuti kesepakatan tersebut. Kabar yang beredar menyebutkan The Gunners lebih dulu ingin menjual pemain sebelum melakukan pembelian baru, dengan prioritas utama mendatangkan winger kiri.
Minat terhadap Eze pun berulang kali diredam. Serangkaian pesan yang saling bertentangan itu mencerminkan keseluruhan situasi transfer Palace sepanjang musim panas ini.
Sinyal Membingungkan bagi Spurs
Levy bisa dibilang mendapat banyak sinyal yang membingungkan. Situasi ini bahkan memunculkan simpati untuknya di kalangan sepak bola, meski juga diiringi rasa puas melihat Spurs kesulitan.
Negosiasi mereka untuk Eze memang penuh hambatan, seperti pertama kali dilaporkan The Independent pada Sabtu malam. Masalahnya bahkan sudah muncul lebih awal.
Pada Kamis sebelumnya, pembicaraan hampir saja batal, dengan berbagai kendala seperti tambahan klausul dan besaran uang muka. Setiap satu masalah selesai, selalu muncul masalah baru.
Selama beberapa hari terakhir, banyak yang menggambarkan situasi ini sebagai “transfer yang hampir selesai tapi selalu di ambang kegagalan”.
Kini muncul keyakinan, terutama di kubu Spurs, bahwa Palace memang sengaja menunda. Mereka menunggu Arsenal kembali masuk dalam persaingan, karena kehadiran pesaing jelas akan membuat harga naik.
Namun, pada Sabtu (16/8/2025), peluang itu tampak begitu jauh hingga Eze sudah menerima bahwa kepindahan ke Arsenal tidak akan terjadi. Ia bahkan sempat berbicara dengan Steve Parish untuk mencoba membuka jalan ke Tottenham, apalagi Levy dan chairman Crystal Palace itu bertemu pada Senin (18/8/2025) pagi.
Saat itu, Spurs terlihat punya jalur yang lebih jelas. Eze pun benar-benar antusias bergabung dengan Tottenham. Hanya saja, itu bukan klub yang ia idamkan. Mimpinya tetaplah pindah ke Arsenal.
Arsenal Kembali Bergerak
Lalu tiba-tiba, pada Rabu pagi, peluang itu kembali terbuka. Arsenal akhirnya bergerak untuk menuntaskan transfer. Langkah mendadak itu dikaitkan dengan cedera Kai Havertz, meski sebenarnya ada harapan pemain Jerman itu tak akan absen terlalu lama, mungkin kurang dari tiga bulan.
Kabar cedera Havertz hanya membuat Arsenal mempercepat segalanya agar tidak kehilangan kesempatan merekrut Eze.
Hubungan Parish dengan wakil ketua eksekutif Arsenal, Tim Lewis, juga lebih dekat dibanding dengan Levy. Keduanya sering berkomunikasi lewat WhatsApp soal regulasi dan isu-isu lain di dunia sepak bola. Itu mempercepat proses negosiasi pada Rabu, apalagi sejak Minggu, 10 Agustus, sudah ada kesepakatan awal.
Keuntungan lain bagi Arsenal adalah mereka memiliki lebih banyak pemain yang bisa ditawarkan ke Palace untuk posisi-posisi yang perlu diperkuat. Salah satu kemungkinan adalah Jakub Kiwior, mengingat tim asuhan Oliver Glasner membutuhkan bek tengah. Meski begitu, transfer tersebut tetap akan menjadi kesepakatan terpisah.
Arsenal, di sisi lain, tetap harus membayar lebih dari kesepakatan awal untuk memastikan mereka benar-benar mengalahkan Spurs dalam perebutan tanda tangan Eberechi Eze.
Jika sebelumnya Arsenal menawarkan £50 juta (Rp1,09 triliun) plus £10 juta (Rp219 miliar) dalam bentuk bonus tambahan, kini kesepakatan baru bernilai £60 juta (Rp1,3 triliun) dengan tambahan £7,5 juta (Rp164.3 miliar).
Ini hampir sama persis dengan klausul rilis Eze, yang sebenarnya telah berakhir pada bursa transfer kali ini. Tawaran itu disebut-sebut lebih baik dibandingkan proposal terakhir dari Spurs.
Alasan Pilih Arsenal
Chairman Crystal Palace, Steve Parish, memainkan perannya dengan sangat cerdik. Ia berhasil mendapatkan kesepakatan terbaik untuk klubnya, skenario paling menguntungkan jika memang harus melepas salah satu legenda terbesar klub. Eze sendiri baru saja membawa Palace meraih trofi besar pertama dalam sejarah mereka.
Queens Park Rangers (QPR) juga ikut berbahagia, karena berhak atas 15 persen dari nilai transfer tersebut. Dengan tambahan pemasukan ini, manajemen Loftus Road kini memiliki dana terbesar yang mereka miliki dalam beberapa tahun terakhir dan bersiap melakukan aktivitas transfer sendiri.
Pada akhirnya, Eberechi Eze lebih memilih Arsenal karena klub tersebut dinilai memberinya peluang lebih besar untuk meraih trofi, bukan hanya Piala FA.
Ada keterikatan emosional di sana. Eze sempat menimba ilmu di akademi Arsenal hingga usia 13 tahun. Bahkan, saat ia mengunggah perayaan keberhasilan Crystal Palace menjuarai Piala FA pada 26 Mei lalu di Instagram, foto terakhir yang ia pilih menampilkan sosok legenda Arsenal, Ian Wright.
Pelatih Crystal Palace, Oliver Glasner, pada Kamis hampir memastikan Eberechi Eze telah memainkan laga terakhirnya bersama klub. Ia mengungkapkan sang penyerang memilih mundur pada hari bersejarah kemenangan 1-0 Palace atas Fredrikstad di babak play-off UEFA Conference League.
Glasner menjelaskan menerima telepon dari Eze yang mengaku tidak cukup fit untuk bermain. “Saya bertanggung jawab penuh untuk Crystal Palace, dan saya rasa dia tidak akan bermain lagi untuk kami,” ujar Glasner ketika ditanya apakah Eze benar-benar akan bergabung dengan Arsenal.
Kegagalan Daniel Levy
Transfer ini menjadi salah satu yang terbesar, dengan nilai uang yang sangat besar di baliknya.
Chairman Tottenham, Daniel Levy, kini merasakan betapa mahalnya kegagalan ini. Ia harus menghadapi kritik lebih tajam setelah Spurs kalah dalam dua perebutan transfer besar di musim panas ini, termasuk Morgan Gibbs-White.
Protes suporter terhadap manajemen Spurs pun diperkirakan akan kembali memanas.
Di sisi lain, Arsenal justru mendapatkan pemain pembeda yang selama ini dianggap kurang bila dibandingkan dengan manuver transfer Liverpool dan Manchester City. The Gunners sukses menuntaskan salah satu kesepakatan terbesar musim panas ini, baik dari segi nilai maupun rivalitas. Kesepakatan ini bisa sangat menentukan jalannya musim mendatang. (Muhammad Keysya Yusuf Irawan)