Bola.com, Jakarta - Sir Alex Ferguson dikenal sebagai sosok genius di balik kejayaan Manchester United (MU).
Namun, di balik segudang trofi dan reputasi sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah klub, pria asal Skotlandia itu pernah mengakui ada beberapa keputusan transfer yang ia sesali.
Ferguson, yang dikenal sabar dalam memberi waktu adaptasi untuk para pemainnya, menyebut ada tiga nama yang terlalu cepat dilepas, padahal berpotensi menjadi bintang besar di Old Trafford.
"Biasanya saya memberi pemain kesempatan bertahan bahkan saat mereka kesulitan. Tapi, ada beberapa yang terlalu cepat pergi," kata Ferguson suatu ketika.
Nama-nama seperti Eric Cantona, Wayne Rooney, hingga Cristiano Ronaldo jelas masuk daftar legenda yang berhasil ditempa Ferguson menjadi bintang dunia. Namun, tiga nama lain justru menjadi kisah "andai saja".
Diego Forlan
Satu di antara penyesalan terbesar Ferguson adalah melepas Diego Forlan. Striker asal Uruguay itu didatangkan ke MU pada Januari 2002 dengan banderol 6,9 juta paun usai tampil tajam di Independiente dengan catatan 37 gol dari 86 laga.
Hanya, Forlan kesulitan beradaptasi di Premier League. Ia hanya mencatatkan 17 gol dari 98 penampilan, kalah bersaing dengan Ruud van Nistelrooy dan Ole Gunnar Solskjaer.
Ferguson pernah blak-blakan soal kendala yang dihadapi Forlan.
"Ruud ingin jadi pencetak gol utama, itu sudah sifatnya. Diego Forlan sama sekali tidak masuk dalam radarnya, jadi saat keduanya main bersama, tidak ada chemistry," ujar Ferguson, dikutip Manchester Evening News.
Meski begitu, Ferguson tetap menghargai profesionalisme Forlan.
"Diego lebih baik bermain dengan partner. Tapi, dia mencetak gol-gol penting, pemain bagus, dan seorang profesional hebat."
Forlan akhirnya dilepas ke Villarreal pada 2004 dengan harga jauh di bawah nilai aslinya. Ferguson pun menyesal.
"Satu-satunya kritik saya untuk klub adalah kami menjualnya terlalu murah. Dia sebenarnya bisa jadi pahlawan di sini," katanya.
Benar saja, Forlan kemudian bersinar di La Liga. Ia meraih dua kali Golden Boot Eropa bersama Villarreal dan Atletico Madrid, sekaligus menorehkan namanya sebagai satu di antara striker tersukses dalam sejarah sepak bola Spanyol.
Giuseppe Rossi
Nama lain yang disesalkan Ferguson adalah Giuseppe Rossi. Striker kelahiran Amerika Serikat berdarah Italia ini direkrut dari Parma saat masih berusia 17 tahun.
Ferguson menyebut Rossi sebagai "natural goalscorer" dan bahkan sempat menyebutnya sebagai "masa depan klub".
Musim 2005/06 di level junior, ia mencetak 30 gol. Namun, jalan ke tim utama MU tak pernah benar-benar terbuka.
Dipinjamkan ke Newcastle United, Rossi gagal bersinar. Barulah saat kembali ke Parma, ia mencetak sembilan gol dari 20 laga. Villarreal lalu datang dengan tawaran 6,7 juta paun pada 2007, yang akhirnya diterima MU.
"Saya pribadi tidak akan melepas Rossi. Dia punya potensi jadi bintang besar Premier League, setara David Silva, Samir Nasri, atau Juan Mata," kata Rene Meulensteen, asisten Ferguson kala itu.
Ferguson sebenarnya meminta ada klausul pembelian kembali, tetapi cedera lutut parah menghantui karier Rossi setelah itu. Meski begitu, ia tetap mencatatkan 82 gol dalam 192 pertandingan untuk Villarreal sebelum cedera menggerus performanya.
Gerard Pique
Nama terakhir jelas tak asing. Gerard Pique, yang kemudian menjelma sebagai bek andalan Barcelona, pernah merasakan masa singkat di Old Trafford.
Diboyong dari akademi La Masia pada usia 17 tahun, Pique awalnya diproyeksikan sebagai penerus Nemanja Vidic untuk berduet dengan Rio Ferdinand. Namun, ketangguhan duet Vidic-Ferdinand membuat Pique jarang mendapat menit bermain.
Ia sempat dipinjamkan ke Real Zaragoza sebelum akhirnya pulang ke Barcelona pada 2008, tepat setelah MU juara Liga Champions.
Keputusan itu jadi titik balik. Bersama Pep Guardiola, Pique tumbuh menjadi satu di antara bek terbaik dunia, memenangi Liga Champions dan Piala Dunia, serta menorehkan 616 penampilan untuk Blaugrana.
Ferguson tetap menghargai kualitas Pique.
"Saya selalu menyukai anak itu. Saya tidak menyangka dia mencapai level ini begitu cepat. Dia punya kualitas luar biasa, tekad kuat, dan seorang pemenang," ucap Ferguson setelah final Liga Champions 2009 yang dimenangkan Barca atas MU.
Sumber: Give Me Sport