Bola.com, Jakarta - Parlemen Inggris pekan ini dijadwalkan membahas rancangan undang-undang baru yang dikenal sebagai "Hillsborough law".
Aturan tersebut akan mewajibkan lembaga publik untuk berkata jujur dalam setiap investigasi terkait bencana besar. Jika melanggar, pejabat yang terlibat terancam sanksi pidana.
RUU bertajuk Public Office (Accountability) Bill itu juga mengatur agar lembaga negara menyediakan pendanaan hukum bagi para korban tragedi yang melibatkan aparat, sekaligus memaksa mereka bekerja sama penuh dengan jalannya penyelidikan.
Kabar ini disambut positif oleh kelompok kampanye yang sejak lama mendesak adanya perubahan hukum.
Pemerintah Pastikan Ada "Duty of Candour"
Pemerintah menegaskan, dalam RUU ini akan dicantumkan kewajiban profesional dan hukum berupa duty of candour, yakni sikap jujur dan berintegritas ketika menjalani investigasi.
Jika kewajiban ini dilanggar, pelanggar bisa dijerat pidana.
Pemerintah menyebut aturan tersebut akan mengakhiri "budaya tutup-tutupan" yang selama ini terjadi.
Latar belakang aturan ini tak lepas dari tragedi Hillsborough 1989, ketika 97 suporter sepak bola meninggal dunia di stadion Sheffield Wednesday.
Perdana Menteri Keir Starmer menekankan bahwa RUU ini bukan hanya untuk menghormati 97 korban, tetapi juga untuk korban bencana dan skandal lain di Inggris.
"Jangan salah, ini adalah undang-undang untuk 97 korban. Tapi, ini juga undang-undang untuk para subpostmaster yang menjadi korban skandal Horizon, korban darah terinfeksi, dan mereka yang meninggal dalam kebakaran mengerikan di Menara Grenfell," ujar Starmer.
Perjuangan Panjang Keluarga Korban
Charlotte Hennessy, yang ayahnya, Jimmy (29 tahun), menjadi korban di Hillsborough, menyebut perjuangan mendorong lahirnya RUU ini sebagai sesuatu yang sangat berat.
"Itu butuh banyak negosiasi, keringat dan air mata, begadang, rapat demi rapat, membaca draft lalu mengatakan 'tidak'. Duty of candour adalah hambatan terbesar yang kami hadapi. Perlu dicatat, hukum yang berlaku sekarang seperti sumpah palsu hanya berlaku untuk kasus pidana," tuturnya.
Charlotte mengungkapkan dirinya baru mengetahui kebenaran soal kematian ayahnya, 25 tahun setelah tragedi itu, sehingga selama sebagian besar hidupnya ia hidup dalam ketidaktahuan.
"Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayah saya sampai 25 tahun kemudian. Jadi, ketika orang berkata 'masih terus memperjuangkannya?', saya hanya tahu kebenaran selama 13 dari 36 tahun terakhir," katanya.
Elkan Abrahmson dari firma hukum Broudie Jackson menggambarkan pembahasan RUU ini sebagai langkah bersejarah yang diyakini akan mengubah wajah keadilan di Inggris.
Sumber: Give Me Sport