Stok BBM SPBU Swasta Terancam Kosong hingga Akhir Tahun, ESDM: Kalau Tak Beli dari Pertamina, Ya Habis

Stok BBM swasta bakal kosong hingga akhir tahun ini jika tak mau beli dari Pertamina.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 04 Oktober 2025, 20:20 WIB
Dalam beberapa pekan terakhir, SPBU swasta, terutama Shell Indonesia dan BP-AKR, mengalami kekosongan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi. (Kapanlagi.com/Budy Santoso)

Bola.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan potensi habisnya stok bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta menjelang akhir 2025.

Kondisi ini bisa terjadi jika operator swasta tetap menolak membeli BBM dari Pertamina.

Advertisement

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menyebut stok di SPBU non-Pertamina seperti Shell, Vivo, dan BP-AKR mulai menipis sejak Agustus lalu.

Pemerintah pun sudah menawarkan opsi agar perusahaan swasta membeli base fuel impor milik Pertamina, tetapi hingga kini belum ada kesepakatan.

"Ya ini pilihan ya, mau kosong sampai akhir tahun atau mau ada yang disepakati dengan Pertamina?" ujar Laode di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (4-10-2025).

Menurut Laode, bahan bakar dasar atau base fuel yang diimpor Pertamina tetap akan digunakan, baik dibeli oleh pihak swasta maupun tidak. Ia memastikan, stok BBM nasional aman karena pasokan Pertamina tidak akan habis.

"Kelangkaan itu tidak akan terjadi karena sebenarnya stok ada. Bedanya, yang satu belum dibeli, sementara yang di Pertamina sudah siap digunakan," tegasnya.


Etanol Jadi Sorotan

Ilustrasi BBM Pertamina. (Sumber: Pertamina)

Laode juga menyinggung soal kandungan etanol dalam BBM impor Pertamina yang menjadi alasan sejumlah perusahaan enggan membeli.

Ia menilai kekhawatiran tersebut tidak berdasar karena penggunaan etanol dalam bahan bakar sudah menjadi praktik umum di berbagai negara.

"Kalau di Amerika saja, Shell juga sudah pakai etanol. Saya bisa tunjukkan buktinya," kata Laode, saat ditemui di kantor ESDM, Jumat (3-10-2025).

Ia menjelaskan, pencampuran etanol merupakan langkah global untuk meningkatkan keberlanjutan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Negara seperti Brasil, misalnya, telah menggunakan campuran etanol di atas 20 persen dan tidak mengalami kendala dalam performa mesin.

"Negara-negara dengan industri etanol besar seperti Brasil sudah lama menerapkan ini. Jadi, sebenarnya tidak ada masalah," tegas Laode.


Vivo dan BP-AKR Batal Beli dari Pertamina

BP-AKR mengajak pengusaha lokal untuk bermitra dalam kepemilikan SPBU bp melalui skema kemitraan ‘Dealer Owned, Dealer Operated’ (DODO). (Dok bp-AKR)

Sementara itu, dua operator SPBU swasta, Vivo dan BP-AKR, dikabarkan membatalkan rencana pembelian BBM impor dari PT Pertamina Patra Niaga. Padahal, kerja sama ini sebelumnya dimaksudkan untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi sejak Agustus lalu.

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengonfirmasi pembatalan tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta.

Pembatalan ini membuat pasokan BBM di SPBU swasta makin terbatas. Pemerintah pun menilai keputusan tersebut bisa berdampak langsung pada layanan energi masyarakat, terutama jika perusahaan swasta tetap menolak skema pembelian dari Pertamina.

Laode kembali menegaskan, opsi ada di tangan badan usaha masing-masing.

"Kalau tidak mau beli, ya stoknya akan kosong. Tapi, kalau mau bekerja sama, suplai tetap ada," ujarnya.

 

Sumber: merdeka.com