Bola.com, Jakarta - Persiapan menuju Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat memasuki fase kritis ketika sejumlah isu utama mulai mencuat ke permukaan: harga tiket yang melonjak, birokrasi visa yang rumit, serta kekhawatiran terkait keamanan selama penyelenggaraan turnamen global tersebut.
Salah satu isu paling menyita perhatian publik adalah strategi harga tiket yang digunakan panitia. Menurut laporan BBC, panitia menggunakan sistem dynamic pricing, yakni harga tiket dapat naik secara signifikan tergantung permintaan dan waktu, yang berpotensi membuat tiket menjadi sangat mahal bagi sebagian penggemar.
Beberapa pengamat memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat “mengecualikan” kelompok pendukung dengan budget lebih terbatas agar tidak ikut menyaksikan langsung turnamen.
“Harga di atas US$ 500 kemungkinan akan menghilangkan sebagian besar semarak turnamen karena banyak kursi penggemar akan kosong, turnamen bisa jadi hanya acara korporasi," kata seorang pengguna forum dikutip dari BBC.
Keluhan serupa muncul dari calon penonton yang merasa bahwa perubahan harga terjadi terlalu sering dan tanpa transparansi.
Visa dan Regulasi Imigrasi: Hambatan bagi Penonton Internasional
Tidak hanya harga tiket, masalah visa menjadi salah satu batu sandungan besar. Penonton dari luar Amerika Serikat diwajibkan memiliki visa dan melewati pemeriksaan imigrasi yang ketat.
Beberapa penggemar khawatir bahwa proses visa yang lambat atau dokumen yang kurang lengkap bisa menghambat akses ke stadion ataupun zona acara sekitar.
BBC menyoroti bahwa meski panitia menyatakan akan mempermudah proses visa bagi pemegang tiket Piala Dunia, tetap ada kekhawatiran bahwa kebijakan keamanan nasional di AS akan memberlakukan kontrol ekstra terhadap pengunjung dari negara tertentu.
Keamanan dan Kenyamanan Penonton
Isu keamanan menjadi poin sensitif dalam penyelenggaraan turnamen berskala besar. Atraksi ekstensif yang menyertai Piala Dunia, seperti konser, atraksi publik, serta pergerakan massa dalam jumlah besar, memunculkan tantangan pengamanan ekstra.
Panitia bersama otoritas lokal telah mulai merancang protokol keamanan khusus dan sistem pengawalan. Namun demikian, publik terus mempertanyakan kesiapan mereka dalam mengantisipasi insiden tak terduga, terutama mengingat sejarah berbagai event olahraga global yang pernah menghadapi kerusuhan, kerumunan tak terkendali, hingga ancaman keamanan lainnya.
Respons dari FIFA dan Penyelenggara
Menanggapi kekhawatiran, FIFA dan panitia penyelenggara telah memberikan jaminan bahwa mereka akan membuka saluran komunikasi bagi penggemar, menyediakan paket tiket yang lebih terjangkau, serta mempercepat proses visa kolaborasi dengan pemerintah AS dan negara peserta.
Dalam pernyataan resminya, FIFA menyebut bahwa sistem dynamic pricing ditujukan agar tiket dapat disesuaikan dengan permintaan pasar dan kondisi lapangan, bukan untuk menolak akses bagi penggemar biasa. Sementara itu, penyelenggara menyatakan akan memperkuat sistem keamanan melalui kolaborasi dengan lembaga penegak hukum setempat dan menggunakan teknologi modern untuk memantau pergerakan penonton.
Seiring momentum persiapan memasuki fase intensif, penggemar sepakbola dunia berharap bahwa Piala Dunia 2026 tidak menjadi turnamen yang “terlalu mahal” dan eksklusif. Jika panitia gagal menjaga keseimbangan antara pendapatan dan akses publik, potensi semarak turnamen bisa menyusut.
Bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara yang memiliki basis penggemar sepakbola kuat, perhatian akan tertuju pada bagaimana peraturan tiket, visa, dan jaminan keamanan diterjemahkan ke dalam kenyataan di lapangan.