Bola.com, Jakarta - Pelatih Timnas Inggris, Thomas Tuchel, memberi respons santai terhadap nyanyian suporter yang ditujukan kepadanya saat kemenangan 5-0 atas Latvia dalam laga Grup K Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa, Rabu (15/10/2025) dini hari WIB.
Dalam laga yang memastikan Inggris lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 dengan dua laga tersisa, pendukung The Three Lions tampil luar biasa sepanjang malam, seolah ingin menjawab komentar Tuchel sebelumnya yang sempat mengkritik atmosfer pendukung Inggris.
Pekan lalu, Tuchel menilai dukungan suporter Inggris “terlalu sunyi” saat kemenangan 3-0 atas Wales dalam laga uji coba di Wembley. Bahkan Tuchel mengatakan ia hanya bisa mendengar suara fans tim tamu di beberapa momen pertandingan.
Namun, di Riga, ribuan fans yang hadir memberikan reaksi penuh humor. Mereka meneriakkan sejumah chant, seperti: “Thomas Tuchel, we’ll sing when we want!” dan “Are we loud enough for you?”
Artinya, "Thomas Tuchel, kami akan bernyanyi ketika kami menginginkannya!" dan "Apakah kami cukup keras untuk Anda?"
Beberapa suporter bahkan berteriak, “Tuchel, give us a song!” — meminta sang pelatih ikut bernyanyi.
Tanggapan Tuchel
Thomas Tuchel menanggapinya dengan senyuman dan acungan jempol di babak pertama, dan setelah laga usai, ia hanya menebar pujian.
“Saya mendapat sedikit ejekan di babak pertama, tapi itu lucu dan pantas saja,” ujar Tuchel kepada ITV Sport dengan tersenyum.
“Mereka punya selera humor yang bagus. Dukungan mereka malam ini luar biasa dari awal hingga akhir,” lanjut pelatih Timnas Inggris itu.
Penampilan Dominan dan Atmosfer Positif
Para suporter Inggris memang punya banyak alasan untuk bersorak. Gol pembuka dari Anthony Gordon, dua gol cepat dari Harry Kane, serta gol bunuh diri Maksims Tonisevs dan tambahan dari Eberechi Eze memastikan kemenangan telak 5-0.
Berbeda dengan laga melawan Wales, di mana Timnas Inggris menurunkan tempo setelah unggul tiga gol, kali ini skuad Tuchel tampil agresif hingga menit terakhir.
“Suasana di ruang ganti sangat bagus,” kata Tuchel.
“Rasanya luar biasa karena kami sudah memastikan mimpi untuk pergi ke Amerika. Kami tampil dengan performa hebat dan hasil yang fantastis. Saya sangat senang,” lanjutnya.
Pelatih asal Jerman itu juga menjelaskan filosofi permainan timnya yang sangat menekankan pressing tinggi.
“Kami bermain sangat agresif dengan tekanan tinggi. Ini permainan yang fisik, jadi semua pemain harus benar-benar berkomitmen. Tanpa itu, pressing seperti ini tidak akan mungkin,” jelasnya.
“Anak-anak berlatih di level tinggi dan grup ini luar biasa. Melatih mereka adalah kebahagiaan tersendiri. Selangkah demi selangkah, kami semakin dekat ke level tertinggi,” lanjutnya.
Rekor Bersejarah: Inggris Catat Tekanan Tertinggi Sejak 2014
Data pertandingan menunjukkan Inggris mencatat 24 high turnovers, atau perebutan bola di area lawan, jumlah tertinggi yang pernah dicatat oleh timnas putra Inggris sejak statistik semacam ini mulai direkam pasca-Piala Dunia 2014.
Dua gol, masing-masing dari Kane dan Eze, tercipta langsung dari tekanan tinggi yang sukses memaksa kesalahan pemain Latvia di wilayah mereka sendiri. Statistik ini menjadi bukti nyata dari permainan agresif yang diklaim Tuchel setelah laga.
Selain pencapaian kolektif tim, Harry Kane juga menorehkan sejarah pribadi. Dengan dua golnya di Riga, sang kapten kini melampaui torehan Gary Lineker dan Nat Lofthouse dalam daftar pencetak gol terbanyak Inggris di ajang resmi.
Dengan performa impresif di lapangan, suasana ruang ganti yang penuh semangat, dan hubungan yang semakin hangat dengan suporter, Thomas Tuchel tampaknya mulai membawa timnas Inggris ke arah baru, agresif, kompak, dan penuh percaya diri menjelang Piala Dunia 2026.
Sumber: Sportsmole