Presiden Prabowo Kaji Pembatasan Game Online usai Insiden Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta

Presiden Prabowo Subianto mulai mengkaji kebijakan pembatasan game daring setelah insiden ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 10 November 2025, 07:20 WIB
Ilustrasi anak main game online. /copyright pixabay.com

Bola.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto sedang menelaah kemungkinan diberlakukannya pembatasan terhadap permainan daring (game online). Langkah ini menjadi perhatian setelah insiden ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, umat (7-11-2025).

Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menjelaskan bahwa Presiden menaruh perhatian serius terhadap potensi dampak negatif dari game daring terhadap generasi muda.

Advertisement

Menurutnya, pemerintah kini sedang mencari solusi agar perkembangan teknologi tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi anak-anak dan remaja.

"Pemerintah berupaya menemukan jalan terbaik untuk menjaga lingkungan yang aman serta kondusif bagi tumbuh kembang anak bangsa di era digital," ujar Prasetyo.

Presiden Prabowo, kata Prasetyo, menginstruksikan kajian menyeluruh mengenai kemungkinan pembatasan game daring yang dinilai memiliki konten tidak sesuai.


Kajian Dampak Game Daring

Ilustrasi bermain game online. Credit: pexels.com/Erick

Pemerintah menilai beberapa permainan digital berpotensi memengaruhi aspek psikologis dan perilaku anak muda, terutama yang berkaitan dengan kekerasan.

Prasetyo mencontohkan permainan dengan tema pertempuran seperti PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) sebagai satu di antara yang mendapat perhatian khusus. Ia menilai, game tersebut menampilkan beragam jenis senjata dan adegan kekerasan yang dapat dengan mudah ditiru oleh pemain.

"Misalnya contoh, PUBG. Itu kan di situ, kita mungkin berpikirnya ada pembatasan-pembatasan ya. Di situ kan jenis-jenis senjata juga mudah sekali untuk dipelajari, lebih berbahaya lagi. Ini kan secara psikologis, terbiasa yang melakukan yang namanya kekerasan itu sebagai sesuatu yang mungkin menjadi biasa saja," ujar Prasetyo.

Ia menegaskan, kajian yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk mencari keseimbangan antara kebutuhan hiburan digital dengan upaya melindungi kondisi psikologis generasi muda. Pemerintah juga akan mengidentifikasi permainan yang dianggap berpotensi menimbulkan dampak buruk.

 

 


Kronologi Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta

Personel kepolisian hingga aparat TNI berjaga di lokasi ledakan SMA Negeri 72 Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Ledakan terjadi di kawasan SMA Negeri 72 Jakarta, yang berada di dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kejadian berlangsung sekitar pukul 12.15 WIB saat kegiatan Salat Jumat tengah berlangsung di masjid sekolah.

Saksi mata menyebutkan, letupan pertama terdengar ketika khotbah sedang berlangsung, disusul suara ledakan kedua dari arah berbeda. Peristiwa itu menimbulkan kepanikan di kalangan siswa, guru, dan warga sekitar.

Sejumlah korban dilaporkan mengalami luka, dari luka bakar hingga cedera akibat serpihan. Berdasarkan penyelidikan awal, pelaku diduga merupakan siswa sekolah tersebut, dengan motif yang diduga berkaitan dengan kasus perundungan (bullying) yang dialaminya.

Polisi menemukan sejumlah barang di lokasi kejadian, termasuk benda mirip airsoft gun dan revolver. Setelah diteliti lebih lanjut, kedua benda itu dipastikan hanyalah mainan.

Temuan tersebut menambah kompleksitas proses penyelidikan terhadap peristiwa tersebut.

 


Peran Dunia Pendidikan

Ilustrasi main game (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain mengkaji pembatasan game daring, pemerintah menyoroti pentingnya menghapus budaya perundungan di lingkungan sekolah.

Prasetyo Hadi mengingatkan seluruh pihak agar menghindari perilaku negatif yang dapat memicu kekerasan antarpelajar.

"Kita sebagai sesama anak bangsa ini, menghindari hal-hal yang tidak baik atau berimplikasi yang kurang baik seperti aksi-aksi bullying seperti itu," ucap Prasetyo.

Ia juga meminta para guru dan tenaga pendidik untuk lebih waspada terhadap dinamika di lingkungan sekolah. Kepedulian terhadap perilaku siswa dan tanda-tanda mencurigakan dinilai penting untuk mencegah kejadian serupa.

Langkah-langkah tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menekan potensi kekerasan di sekolah sekaligus membangun ekosistem pendidikan yang aman, sehat, dan berkarakter bagi generasi muda Indonesia.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait