Bola.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada Oktober 2025 melambat akibat permintaan kredit yang belum kuat.
Hal ini dipengaruhi pelaku usaha yang menahan ekspansi, mengandalkan pembiayaan internal, serta menghadapi suku bunga kredit yang relatif tinggi.
"Kredit perbankan pada Oktober 2025 tercatat sebesar 7,36 persen year on year (yoy), menurun dibanding 7,70 persen (yoy) pada September 2025," ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan November 2025.
BI juga mencatat fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) masih cukup besar, mencapai Rp2.450,7 triliun atau setara 22,97 persen dari total plafon kredit yang tersedia.
Dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank masih memadai, didukung oleh rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang meningkat menjadi 29,47 persen, serta pertumbuhan DPK sebesar 11,48 persen (yoy) pada Oktober 2025.
Kredit Konsumsi dan UMKM
Menurut Perry, hal ini sejalan dengan ekspansi keuangan pemerintah, termasuk penempatan dana pada beberapa bank besar, serta pelonggaran likuiditas dan insentif kebijakan makroprudensial BI.
"Secara umum, minat penyaluran kredit cukup baik, tecermin dari persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang lebih longgar," tambahnya.
Meski begitu, persyaratan kredit untuk segmen konsumsi dan UMKM justru meningkat karena bank tetap berhati-hati menghadapi risiko kredit yang lebih tinggi di kedua sektor tersebut.
Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan kredit UMKM Oktober 2025 yang tercatat turun menjadi -0,11 persen (yoy).
Untuk keseluruhan tahun, BI memproyeksikan pertumbuhan kredit 2025 berada di kisaran bawah 8-11 persen, dengan ekspektasi meningkat pada 2026.
"Ke depan, BI akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit serta memperbaiki struktur suku bunga," jelas Perry.
Ketahanan Perbankan
Dari sisi ketahanan, permodalan perbankan tetap tinggi, likuiditas memadai, dan risiko kredit relatif rendah. Rasio kecukupan modal (CAR) pada September 2025 tercatat meningkat menjadi 26,15 persen, menunjukkan kemampuan bank menyerap risiko yang lebih baik.
Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, yakni 2,24 persen (bruto) dan 0,87 persen (neto) pada September 2025.
Namun, untuk segmen UMKM, NPL (bruto) sedikit meningkat dari 4,46 persen pada September menjadi 4,51 persen pada Oktober 2025.
"Hasil stress test BI menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, didukung kemampuan bayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga," tambah Perry.
Sumber: merdeka.com