Bola.com, Jakarta - Manajer Tim Ducati MotoGP, Davide Tardozzi, menggambarkan musim 2025 sebagai kombinasi rasa bangga dan sakit hati bagi timnya.
Manajer Ducati itu menilai performa luar biasa Marc Marquez berbanding terbalik dengan kesulitan yang dialami Francesco Bagnaia sepanjang tahun, yang membuat pabrikan Italia itu merasakan dua sisi ekstrem dalam satu musim.
Marquez tampil luar biasa sejak bergabung dengan Ducati dan kembali menjadi juara dunia untuk pertama kalinya sejak 2019.
Pembalap asal Spanyol itu mengumpulkan sebelas kemenangan dari tujuh belas seri yang ia jalani, ditambah empat belas kemenangan Sprint, yang membuatnya kembali menguasai kelas premier.
Pencapaian tersebut sekaligus mengantar Ducati meraih triple crown musim ini.
Namun, di balik dominasi Marquez, Ducati juga menghadapi situasi sulit dengan Pecce Bagnaia. Juara dunia dua kali itu kesulitan menemukan performa terbaik di atas GP25.
Pecco beberapa kali terlihat tidak nyaman, gagal konsisten, dan akhirnya harus puas menutup musim di peringkat lima klasemen.
Dua Peasaan Bertolak Belakang
Tardozzi mengakui keadaan itu memunculkan dua perasaan berbeda di dalam tim. Ia bangga atas pencapaian Marquez, tetapi pada saat yang sama menyesalkan kegagalan Bagnaia tampil seperti musim-musim sebelumnya.
Menurutnya, Pecco sempat memperlihatkan potensi, terutama dengan balapan impresif di Jepang, tapi masalah teknis di beberapa putaran membuat performanya tidak stabil.
Meski demikian, secara keseluruhan Ducati tetap menganggap musim ini sukses karena gelar juara tetap berada di tangan mereka.
Tardozzi menegaskan tim akan mengevaluasi secara serius aspek-aspek yang membuat Bagnaia tidak bisa tampil maksimal, karena pembalap Italia itu merupakan sosok penting yang telah memberi Ducati dua gelar dunia dan puluhan kemenangan.
Sejarah Baru bagi Marquez
Marquez menorehkan sejarah baru dengan meraih gelar premier-class ketujuhnya. Torehan tersebut menyamai koleksi Valentino Rossi dan menempatkannya hanya satu gelar di belakang pemegang rekor sepanjang masa, Giacomo Agostini.
Tardozzi memuji tidak hanya kemampuan Marquez sebagai pembalap, tetapi juga kepribadiannya dalam bekerja bersama tim teknis Ducati.
Menurut Tardozzi, sisi manusiawi Marquez membuatnya menjadi pemimpin alami di garasi Ducati. Cara ia memotivasi mekanik, berdiskusi dengan para insinyur, hingga sikapnya ketika melakukan kesalahan dianggap sebagai kelebihan besar yang membedakannya dari banyak pembalap lain.
Ia menyebut Marquez sebagai rekrutan terbaik yang pernah Ducati dapatkan dalam beberapa tahun terakhir.
Menyakitkan
Sementara di sisi lain, Tardozzi tidak menutupi rasa frustrasinya terkait musim Bagnaia. Ia menyebut kata “menyakitkan” sebagai gambaran paling tepat karena Bagnaia adalah pembalap yang sangat penting bagi proyek Ducati.
Tardozzi mengakui tim tidak selalu bisa memberikan bantuan maksimal kepada Pecco, tetapi mereka telah berusaha keras memahami dan memperbaiki masalah performa GP25.
Bagnaia beberapa kali menunjukkan bahwa ia masih mampu tampil kompetitif, seperti di Motegi dan Sepang. Namun, secara keseluruhan, ia gagal menemukan feeling yang sama seperti musim-musim sebelumnya.
Tardozzi menegaskan Ducati sudah mulai bekerja untuk memastikan keadaan lebih baik pada musim 2026 dan memberikan dukungan penuh agar sang juara bertahan dapat kembali ke lintasan kemenangan.
Dengan satu musim penuh dinamika, Ducati kini memandang masa depan dengan dua pekerjaan besar: mempertahankan dominasi Marquez yang kembali menemukan performa terbaik dan membawa Bagnaia bangkit setelah melalui tahun yang sangat menantang.
Sumber: Crash