Bola.com, Jakarta - Manchester City kembali lolos dari situasi genting setelah menang dramatis 3-2 atas Leeds United. Namun, kemenangan itu justru menyoroti masalah serius yang kini menghantui pasukan Pep Guardiola: kehilangan kontrol pertandingan setelah unggul lebih dulu.
Jika tren ini tidak segera dihentikan, peluang Man City mempertahankan diri dalam perburuan gelar juara Premier League akan semakin menipis.
Man City tampil meyakinkan pada babak pertama dan bahkan unggul 2-0. Namun, seperti “padam” seketika, seluruh tim tampak kehilangan energi di 45 menit kedua.
Leeds United yang awalnya terlihat tertekan justru berhasil bangkit setelah Manchester City menurunkan tempo dan bermain pasif.
Dua gol balasan Leeds lahir dari kesalahan-kesalahan sederhana:
- Matheus Nunes kehilangan bola,
- Josko Gvardiol gagal mengamankan situasi,
- dan akhirnya penalti yang diberikan akibat tekel ceroboh.
Man City tidak mampu menahan arus permainan, dan Leeds bahkan mendominasi hingga menit-menit akhir. Seandainya bukan karena aksi brilian Phil Foden pada menit ke-90, melewati dua tekel dan menembak akurat di antara kerumunan pemain, Man City mungkin saja memperpanjang rekor tanpa kemenangan menjadi empat laga.
Namun gol itu lebih seperti “plester” yang menutupi problem mendasar. Lethargy, hilangnya kontrol, dan kegagalan menjaga keunggulan kini menjadi pola yang berulang.
Kebiasaan Menghilangkan Keunggulan Mulai Mengkhawatirkan
Kebiasaan Menghilangkan Keunggulan Mulai Mengkhawatirkan
Masalah ini bukan insiden tunggal. Man City telah enam kali kehilangan kendali setelah unggul lebih dulu pada musim ini, antara lain:
- Dikalahkan Brighton setelah unggul lebih dulu
- Disamakan Arsenal dengan penguasaan bola City hanya 33,2 persen, yang terendah sepanjang karier Guardiola
- Kembali terkejar Monaco, Bournemouth, dan Villarreal
- Mengalami tekanan besar bahkan saat menang 4-1 melawan Borussia Dortmund
Konsistensi mereka dalam menjaga ritme pertandingan tampak mulai memudar. Tim yang dulu dikenal dengan kontrol dominan kini tampak seperti magnet bagi situasi berbahaya.
Performa seperti ini tidak hanya menyulitkan perjalanan City, tetapi juga melemahkan aura kekuatan yang dulu membuat lawan kehilangan harapan begitu tertinggal satu gol.
Man City Gagal Merebut Kontrol Kembali dan Tanda Tanya untuk Guardiola
Yang lebih memprihatinkan, bukan hanya Man City kehilangan kendali, mereka tidak mampu merebutnya kembali. Guardiola yang biasanya sangat aktif memberi instruksi justru terlihat lebih pasif, seolah tidak menemukan solusi di bangku cadangan.
Hanya Rayan Cherki yang dimasukkan sebelum menit ke-89, mencerminkan minimnya kepercayaan Pep Guardiola terhadap pemain pelapis setelah banyak dari mereka tampil buruk melawan Leverkusen.
Leeds justru terus menekan dan beberapa kali hampir mencetak gol kelima. City tampak tanpa ide, kehilangan intensitas, dan gagal menekan bola di area tinggi.
Gol Foden bukanlah pertanda perubahan, melainkan penyelamat dari performa yang kembali menunjukkan sisi rapuh mereka.
Pada akhirnya, kemenangan itu memang membuat City tetap dalam perburuan gelar dan memberi tekanan kembali kepada Arsenal. Namun jika “hilang kendali selama 45 menit” kembali terulang, City bisa saja terpeleset keluar dari jalur juara.
Pep Guardiola dan timnya tidak bisa lagi mengandalkan momen jenius individu untuk menyelamatkan performa yang inkonsisten. Tanpa memperbaiki pola buruk ini, status mereka sebagai penantang gelar akan semakin diragukan.
Sumber: The Athletic