Hasil Survei: 81 Persen Perusahaan di Indonesia Belum Siap Mengadopsi AI, Ini Alasannya

Menurut survei, 81 persen perusahaan di Indonesia masih belum siap menerapkan kecerdasan buatan akibat kurangnya dasar teknologi yang kuat.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 04 Desember 2025, 12:20 WIB
Gambar yang menggambarkan kecerdasan buatan (AI). (Gambar oleh Freepik)

Bola.com, Jakarta - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus berperan sebagai pendorong utama dalam transformasi digital di berbagai sektor industri. Perusahaan semakin menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap teknologi ini, terutama dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional, produktivitas, serta menciptakan inovasi dalam layanan yang mereka tawarkan.

Namun, hasil dari Cisco AI Readiness Index 2025 menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antara harapan dan kesiapan perusahaan-perusahaan tersebut.

Advertisement

Dalam laporan itu, hanya 19 persen perusahaan di Indonesia yang dianggap siap untuk mengimplementasikan solusi AI secara optimal. Ini berarti sekitar 81 persen perusahaan belum memiliki infrastruktur teknologi yang cukup untuk memanfaatkan AI dengan cara yang efektif.

Kondisi ini menggambarkan bahwa penerapan AI bukan sekadar mengikuti perkembangan zaman, tetapi memerlukan kesiapan yang menyeluruh, termasuk dalam aspek infrastruktur jaringan, keamanan siber, pengelolaan data, serta sumber daya manusia yang memahami cara menerapkan teknologi tersebut.

Direktur PT Nusa Network Prakarsa, Edward, mengungkapkan banyak perusahaan yang terburu-buru dalam mengejar tren tanpa mempertimbangkan kesiapan teknologi mereka.

"Sebagian besar perusahaan ingin masuk ke AI, tetapi ekosistem dasarnya belum siap. Infrastruktur jaringan belum terintegrasi, data masih tersebar, dan standar keamanannya belum mendukung automasi berbasis AI," jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/12/2025).


Harus Perkuat Landasan Teknologi

Gambaran Kecerdasan Buatan. Sumber: intersystems.com

Edward menekankan penerapan kecerdasan buatan (AI) tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba. Perusahaan perlu terlebih dahulu memperkuat landasan teknologi mereka dari dasar. Ini mencakup pembaruan perangkat keras, pengaturan arsitektur jaringan, peningkatan keamanan data, dan memastikan bahwa tata kelola data berjalan secara konsisten dan real-time.

Ia menegaskan data adalah elemen yang paling penting dalam ekosistem AI. Jika data tidak terintegrasi dengan baik atau tidak konsisten, maka hasil yang dihasilkan oleh AI tidak akan akurat.

“Kalau fondasi ini tidak diperkuat terlebih dahulu, penerapan AI justru bisa membawa risiko baru bagi perusahaan,” ujarnya.

Sayangnya, situasi ini masih sering terlihat di banyak perusahaan di Indonesia. Adanya sistem data yang terpisah-pisah dan belum terstandarisasi membuat teknologi AI sulit untuk memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan aspek-aspek ini sebelum melangkah lebih jauh dalam implementasi AI.


Dasar Digital

Nusa Network Prakarsa, sebagai penyedia layanan integrasi sistem, berkomitmen membantu sektor industri dalam memperkuat dasar-dasar digital mereka sebelum mengadopsi teknologi AI.

Perusahaan ini menawarkan beragam solusi komprehensif, yang mencakup infrastruktur keamanan, layanan terkelola, solusi Internet of Things (IoT), serta pembangunan pusat data dan jaringan terpadu yang sesuai dengan kebutuhan bisnis masa kini.

Pendekatan menyeluruh yang diusung memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan ekosistem teknologi yang terstruktur dan aman.

Selain itu, Nusa Network Prakarsa juga menekankan pentingnya desain arsitektur yang tepat, integrasi sistem yang matang, serta pemeliharaan berkelanjutan agar seluruh infrastruktur dapat beroperasi dengan optimal. 

"Nusa Network Prakarsa berfokus pada penyediaan solusi yang tidak hanya efisien tetapi juga berkelanjutan."

 

Berita Terkait