Bola.com, Jakarta - Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra kembali menegaskan pentingnya vegetasi berkualitas dalam menjaga kestabilan lahan.
Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (6-12-2025) mencatat 914 korban meninggal dan 389 orang belum ditemukan akibat bencana tersebut.
Kehilangan nyawa dan kerusakan besar yang ditimbulkan menunjukkan betapa krusial peran pohon sebagai penyangga air hujan dan penguat tanah.
Berbeda dari tanaman komersial seperti sawit, deretan pohon keras memiliki sistem perakaran dalam, batang yang kuat, dan kemampuan menyimpan air.
Berikut enam jenis pohon konservasi yang disarankan menjadi prioritas dalam rehabilitasi lahan di Sumatra maupun kawasan rawan lainnya.
1. Beringin (Ficus benjamina)
Beringin, Penyangga Mata Air
Beringin yang bisa tumbuh setinggi 20-25 meter dengan diameter batang mencapai 150 cm dikenal sebagai penjaga ekosistem air tanah.
Mengutip lamongankab.go.id, akar tunggangnya mampu menembus area air tanah dangkal dan membantu membuka serta mempertahankan keberadaan mata air alami.
Jaringan akar yang padat menjadikan pohon ini efektif menghambat erosi dan mencegah pergerakan tanah yang bisa memicu longsor.
Akar gantung yang muncul dari batang awalnya berfungsi sebagai alat respirasi dan kemudian berubah menjadi akar tanah yang menyerap nutrisi serta menambah kekuatan ikatan tanah.
Beringin juga dikenal mampu menyerap polutan dan CO sehingga memperbaiki kualitas udara perkotaan.
2. Trembesi (Samanea saman)
Trembesi, Kanopi Raksasa Penjaga Udara
Trembesi mempunyai tajuk menyerupai payung yang melebar luas dan rapat, menjadikannya satu di antara tanaman pelindung paling efektif.
Kendati data teknis soal kedalaman akarnya tidak sedetail beringin, trembesi memiliki kemampuan besar menyerap polutan dan CO₂, lalu melepaskan oksigen sehingga menyejukkan udara sekitar.
Di berbagai negara Asia Tenggara, trembesi dikenal sebagai Ki Hujan.
Daunnya menutup sekitar 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan kembali membuka saat fajar. Daun tanaman ini juga menguncup saat hujan, respons unik yang menunjukkan adaptasinya terhadap kondisi iklim.
Keberadaannya menjadi peneduh sekaligus pelindung lingkungan.
3. Pohon Sukun
Pohon Sukun, Penahan Tanah Berkat Akar yang Sangat Lebar
Sebagai tanaman endemik Nusantara, Sukun tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga memiliki fungsi ekologis yang signifikan.
Para ahli dari BNPB dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menilai kemampuan Sukun dalam mencegah longsor sangat unggul.
"Akar pohon sukun lebarnya bisa mencapai belasan meter bahkan sampai 20 meter. Akar tersebut yang akhirnya dapat mencegah pergerakan tanah dan longsor," ujar Doni Monardo ketika menjabat sebagai Kepala BNPB.
Mengutip bnpb.go.id, akar Sukun yang menyebar luas juga sangat efektif menyerap air.
Pohon berusia 30-40 tahun bahkan sering memunculkan mata air di sekelilingnya. Hal ini membuat Sukun bukan hanya pencegah longsor dan banjir, tetapi juga penyedia cadangan air di musim kemarau.
4. Bambu
Bambu, Penguat Tanah Alami untuk DAS
Kendati termasuk keluarga rumput, bambu memiliki batang kukuh dan sistem perakaran yang rapat, menjadikannya unsur penting dalam konservasi lahan.
Rumpun bambu mampu menjaga kestabilan struktur tanah dan mengurangi risiko erosi, sekaligus memaksimalkan penyerapan air hujan ke dalam tanah.
Menurut gunungkidulkab.go.id, karakteristik tersebut membuat bambu ideal untuk penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
Bambu juga tahan kekeringan, dapat tumbuh di lereng curam hingga ketinggian 1.500 meter, serta memerlukan perawatan minimal. Karena itu, ia kerap dijadikan tanaman perintis dalam program konservasi.
5. Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni, Penyaring Polusi dan Penahan Air
Melansir perhutani.co.id, mahoni terkenal sebagai pohon pelindung sekaligus penyaring udara dengan efektivitas penurunan polusi mencapai 47-69 persen.
Daunnya menyerap polutan dan menghasilkan oksigen. Selain perannya dalam kualitas udara, mahoni memiliki daya tahan hidup tinggi dan dapat bertahan di tanah kering selama berbulan-bulan tanpa air.
Saat musim hujan, tanah di bawahnya mampu menyimpan air dengan baik, memberikan cadangan air penting bagi daerah yang rawan kekeringan.
Pohon ini juga tumbuh optimal di dataran hingga 1.500 meter.
6. Kiara Payung
Kiara Payung, Peneduh, Pemecah Angin, dan Pencegah Erosi
Kiara Payung, pohon asal kawasan tropis Asia dan Afrika, banyak ditemui di Indonesia sebagai tanaman peneduh.
Berdasarkan tanisejahtera.co.id, pohon ini memiliki fungsi ekologis penting sebagai penyerap polusi, dengan tingkat reduksi yang tinggi terhadap timbal, satu di antara polutan utama dari kendaraan bermotor.
Kiara Payung juga memiliki transpirasi rendah dan cocok ditanam dekat sumber air.
Tajuknya yang rimbun bukan hanya memberi nilai estetika, tetapi juga meredam kebisingan. Sementara struktur akarnya membantu menjaga kestabilan tanah dan mengurangi risiko erosi.
Sumber: liputan6.com