Bola.com, Jakarta - Kekalahan 1-2 saat menjamu Manchester City pada Phase League Liga Champions, Kamis (11-12-2025) dini hari WIB, biasanya cukup untuk menyalakan alarm bahaya di Real Madrid.
Namun, performa tim dinilai belum sampai menjadi pukulan terakhir yang dapat mengakhiri masa jabatan Xabi Alonso di Santiago Bernabeu, meski ia baru enam bulan duduk di kursi pelatih.
Alonso memasuki laga ini dengan sorotan tajam menyusul rentetan penampilan lesu Madrid dalam beberapa pekan terakhir. Kekalahan memalukan 0-2 dari Celta Vigo di Bernabeu, Senin dini hari WIB lalu, bahkan membuat timnya disiuli pendukung saat peluit panjang berbunyi.
Namun, atmosfer stadion berubah ketika menghadapi Man City. Madrid tampil agresif sejak awal, menekan barisan belakang lawan, memaksa kesalahan, dan berlari menutup ruang dengan energi yang dalam beberapa laga sebelumnya hampir tak terlihat.
Tekanan tersebut hampir menghasilkan penalti setelah Vinicius Junior terjatuh di kotak terlarang, meski keputusan itu dibatalkan VAR, dan kemudian disusul gol pembuka Rodrygo yang disambut sorakan menggema dari para pendukung.
Untuk sesaat, keretakan internal di tubuh Madrid seakan tersingkir oleh ancaman besar bernama Manchester City, Pep Guardiola, dan Erling Haaland.
Baca ulasan The Athletic selengkapnya, berikut ini.
Kelemahan Struktural
Akan tetapi, kelemahan struktural dalam skema Madrid kembali tampak jelang turun minum.
Kekeliruan Jude Bellingham dan Thibaut Courtois membuka jalan bagi Nico O'Reilly mencetak gol penyama kedudukan, lalu pelanggaran Antonio Rudiger terhadap Haaland membuat Man City mendapatkan penalti yang dikonversi dengan tenang oleh 'si robot'.
"Kami sebenarnya bermain bagus, semuanya berjalan baik, kami unggul 1-0," ujar Courtois kepada Movistar TV.
"Gol penyama memang sedikit kesalahan dari saya. Kalau keberuntungan berpihak, bola itu jatuh ke rekan sendiri, bukan ke lawan yang langsung memasukkannya. Lalu datang penalti. Memang situasinya sedang seperti itu," lanjut kiper kawakan itu.
Gol balasan cepat dari Man City sempat memukul kepercayaan diri Madrid. Tim tamu mendominasi babak kedua dan berpeluang mencetak lebih banyak gol andai Courtois tidak melakukan serangkaian penyelamatan.
Madrid kehilangan delapan pemain akibat cedera, termasuk sebagian besar bek utama dan mesin gol Kylian Mbappe, yang duduk di bangku cadangan tanpa bisa dimainkan.
Perubahan Ofensif
Meski begitu, Alonso tetap memilih perubahan ofensif. Ia memaksimalkan dukungan stadion dan memasukkan gelandang serta penyerang untuk mengejar hasil.
Pada menit-menit akhir, Madrid bahkan menurunkan enam pemain menyerang sekaligus, Vinicius Jr, Rodrygo, Bellingham, Arda Guler, Endrick, dan Brahim Diaz. Peluang untuk melakukan remontada kembali muncul, tetapi kesempatan dari Vinicius Jr dan Bellingham tak berbuah gol.
Sebagian penonton sempat terdengar melontarkan siulan, dengan Vinicius Jr menjadi satu di antara sasaran, tetapi suasana tidak sepekat setelah kekalahan dari Celta Vigo.
Tanda-tanda bahwa ruang ganti masih berada di belakang Alonso juga terlihat dari selebrasi Rodrygo yang langsung menghampiri pelatihnya setelah mencetak gol perdananya dalam 33 pertandingan.
"Ini masa yang sulit, bagi kami dan juga bagi dia," kata Rodrygo kepada Movistar TV.
"Banyak hal tidak berjalan baik, dan saya ingin menunjukkan bahwa kami tetap bersama pelatih. Saya memang butuh gol itu, saya tidak sedang dalam performa terbaik. Saya sedih karena kalah, tetapi saya berharap bisa kembali ke level terbaik dan membantu tim," ujarnya.
Masa Depan Alonso
Meski kalah, Madrid masih berada di posisi ketujuh klasemen Phase League Liga Champions dan tetap punya peluang besar menembus delapan besar. Dua laga terakhir menghadapi Monaco di Bernabeu dan Benfica di Lisbon dipandang sebagai kesempatan yang dapat mereka manfaatkan.
Namun, tekanan tetap besar. Madrid baru memenangkan dua dari delapan laga terakhir di semua kompetisi. Mereka juga tertinggal empat poin dari Barcelona di La Liga jelang lawatan ke markas Alaves, Senin (15-12-2025) dini hari WIB, sebuah situasi yang tidak boleh memburuk.
Pertandingan melawan Alaves justru menjadi tipe tantangan yang belakangan gagal dihadapi Madrid: lawan yang bertahan dalam-dalam dan memaksa mereka membongkar pertahanan ketat.
Usai laga melawan Man City, Alonso tidak memberi jawaban langsung ketika ditanya soal masa depannya.
"Saya memikirkan pertandingan berikutnya," ujarnya kepada Movistar TV.
"Yang penting di sini adalah Real Madrid, para pemain, dan bagaimana kami bisa membantu. Bukan tentang saya," imbuhnya.
Dalam konferensi pers, ia juga mengakui bahwa tugasnya adalah memastikan Madrid tampil dengan intensitas yang konsisten, tidak hanya saat bertemu lawan kelas dunia atau saat tekanan suporter sedang tinggi.
Krisis Belum Selesai
Permasalahan taktik dan manajemen pemain belum hilang.
Alonso datang dengan rencana mengubah Madrid agar tidak terlalu mengandalkan serangan balik seperti era Carlo Ancelotti, tetapi melawan Man City ia kembali dipaksa memainkan pendekatan yang lebih reaktif, gaya yang sebenarnya cocok bagi banyak pemainnya, termasuk Vinicius Jr dan Rodrygo.
Laga melawan Alaves nanti akan menguji apakah Madrid mampu menerapkan pola berbeda untuk meruntuhkan pertahanan rapat lawan, sesuatu yang belakangan tidak mereka kuasai.
Kendati kekalahan ini tidak dianggap fatal, krisis belum dinyatakan selesai. Dari berbagai sumber internal klub yang berbicara tanpa identitas karena tidak berwenang memberikan pernyataan, posisi Alonso disebut-sebut belum dalam ancaman langsung.
Namun, harapan untuk perbaikan hanya datang dari satu hal.
"Dengan memenangkan pertandingan," tegas Courtois.
"Dan terus bermain dengan intensitas seperti hari ini. Itu kuncinya. Kami harus menang (di Alaves), tidak ada pilihan lain," tambahnya.
Sumber: The Athletic via NY Times