Supriyono Prima Kenang PSSI Primavera yang Bermaterikan Potensi-Potensi Luar Biasa

Supriyono Prima Kenang PSSI Primavera yang Bermaterikan Potensi-Potensi Luar Biasa

BolaCom | Choki SihotangDiterbitkan 13 Desember 2025, 09:45 WIB
Mantan pemain Primavera, Supriyono Prima saat memberikan coaching klinik pada acara MILO Football Clinic Day di Lapangan Sepak Bola Pertamina Simprug, Jakarta, MInggu (24/4/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Supriyono Prima mengenang kembali masa-masa ketika dirinya masuk skuad PSSI Primavera. Selama lebih kurang tiga tahun, dari 1993 hingga 1996, sejumlah bakat muda Indonesia, termasuk Supriyono Prima, diterbangkan ke Italia.

Di sana, Supriyono Prima dkk. menimba ilmu sepak bola modern sekaligus berkompetisi di kompetisi level muda Serie A (Primavera).

Advertisement

Selain Supriyono Prima, talenta memesona lainnya yang ikut serta yang kemudian menjelma menjadi legenda adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandi, Bima Sakti, dan Yeyen Tumen.

"Potensi-potensi ketika itu kan luar biasa. Alhamdulillah kita mendapat rezeki untuk berlatih di Italia yang berkompetisi di Primavera," kata Supriyono Prima via kanal YouTube Capt Hamka.

"Itu proyek Pak Nirwan Bakrie melalui PSSI karena kebetulan beliau juga tidak hanya memiliki finansial tapi ketika itu beliau juga berada di BTN (Badan Tim Nasional) kalau nggak salah," imbuh Supriyono Prima yang kini berusia 50 tahun.


Tak Menyangka

Ilustrasi - Bambang Pamungkas, Zaenal Arif, Aji Santoso, Supriyono Prima (Bola.com/Adreanus Titus)

Menurut Supriyono Prima, semua pemain, termasuk dirinya, sama sekali tak pernah berpikir kalau akan terbang ke salah satu kiblat sepak bola dunia. Tak hanya berlatih, tapi juga berkompetisi di Negeri Spaghetti.

"Awal prosesnya itu kan kami tidak pernah berpikir untuk diberangkatkan dan berlatih di Italia. Tapi biasa, Indonesia selalu terlibat di piala pelajar. Ketika itu di Sri Lanka, Kolombo," kata eks pemain Persib Bandung.

"Setelah itu, ya mungkin rezeki kita dibawa berlatih ke Italia. Kita di sana lamanya kurang lebih tiga tahunlah. Karena dengan proses panjang itu diharapkan jangka pendeknya adalah kita menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 ketika itu," ujarnya lagi.

Lebih lanjut Supriyono Prima, pemain-pemain yang masuk Primavera otomatis mewakili tim junior kala itu yang berasal dari diklat di sejumlah daerah Indonesia.

"Kemudian setelah selesai U-19, walaupun kita gagal, dipersiapkan lagi untuk long term-nya adalah pra-Olimpiade. Waktu itu di Atalanta. Untuk U-19 kemudian U-23 itu kan kita masih usia 20, 21," ujarnya.

"Jadi, yang masuk Primavera otomatis mewakili timnas junior. Awalnya kan kita kolaborasi di Indonesia. Dulu kan ada antar diklat. Potensi-potensi itu kan dibangun, dicari bakatnya dari antar diklat," tukasnya.


Dari Diklat Salatiga

Supriyono Prima bersama dua rekannya yang lain direkrut dari Diklat Salatiga. Semua pemain muda ini kemudian dikumpulkan di GOR Ragunan Jakarta, kini bernama PPOP Ragunan.

"Kebetulan kami dari Diklat Salatiga. Saya, Kurnia Sandi, Kurniawan. Tapi dalam beberapa bulan ke depan tuh Kurniawan sudah ke Ragunan. Diklat Salatiga, Diklat Medan, Diklat Palembang, Dilat Papua, itu kan semuanya individu-individunya itu dikumpulkan menjadi satu. Mereka berlatih, mereka sekolah di Ragunan. Dan Ragunan mendapatkan porsi untuk mewakili Indonesia di timnas pelajar waktu itu," tutur Supriyono Prima.


Berbeda dengan Era Sekarang

Supriyono Prima menyayangkan karena saat ini diklat tak lagi marak seperti dulu. Padahal diklat bisa menjadi wadah bagi pemain-pemain muda.

"Kalau berbicara bakat, kemudian talent yang kita miliki luar biasa. Saya juga menyayangkan kenapa Diklat Salatiga, Diklat Medan, Diklat Papua, Diklat Palembang, semua diklat itu tidak dikembangkan lagi. WWalaupun sekarang ada PPLP ya. Tapi bagaimana kualitasnya itu yang membedakan".

"Sangat disayangkan memang. Kalau potensi ada, tapi wadahnya kurang pas juga membuat progres mereka juga akan berjalan di tempat dan tidak signifikan. Itu menjadi sangat disayangkan. Karena semua pemain-pemain alumni Ragunan, alumni diklat, itu hampir 85 persen di tim nasional," pungkas Supriyono Prima.

Berita Terkait