Pengamat: Zainuddin Amali Harus Tanggung Jawab atas Timnas Indonesia U-22 Flop dan Omong Kosong Target Emas SEA Games 2025

Kritik keras dilontarkan pengamat sepak bola, Tommy Welly alias Towel atas kegagalan Timnas Indoneia U-22 melaju ke semifinal SEA Games 2025.

BolaCom | Ario YosiaDiterbitkan 13 Desember 2025, 13:32 WIB
Raut muka kekecewaan para pemain Timnas Indonesia U-22 setelah selesai bertanding Timnas Indonesia U-22 melawan Myanmar U-22 di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai, Jumat (12/12/2025) malam WIB.

Bola.com, Jakarta - Pengamat sepakbola senior, Tommy Welly atau yang akrab disapa Towel, melontarkan kritik pedas dan keras terhadap manajemen Timnas Indonesia U-22 yang gagal lolos dari penyisihan grup di SEA Games 2025. Ia secara spesifik menyoroti peran Zainuddin Amali sebagai penanggung jawab

Dalam pernyataan di podcast NTV, Jumat (12/12) malam, Towel tidak hanya menyebut performa tim secara keseluruhan jelek, tetapi juga menuntut pertanggungjawaban penuh dari Amali atas kegagalan yang terjadi.

Advertisement

Towel mengungkapkan kekecewaannya terhadap performa Timnas U-22, yang sebelumnya digadang-gadang sebagai tim kuat dengan kehadiran empat pemain naturalisasi.

"Overall permainan jelek. Di awal banyak prediksi bahwa ini tim bagus dan kuat, apalagi bisa kalahkan Mali. Lalu mewah karena ada empat pemain naturalisasi. Saya paradoks ya, ini gagal," tegasnya.

Menurut Towel, kegagalan ini berakar pada dua masalah Utama, kepelatihan dan favoritisme dalam pemilihan tim pelatih.

Pada aspek kepelatihan, ia membandingkan durasi Training Center (TC) yang lebih lama dari tim lain, namun hasilnya justru mengecewakan.

"TC tim ini lebih lama ketimbang TC lain untuk AFF atau U23. Bahkan Sumardji, tim manajer bilang, ini suasana bagus, mirip era STY, tapi kenyataannya seperti ini. Flopnya jauh sekali," ungkap pria yang mantan wartawan tersebut.


Strategi Putus Asa

Tommy Welly secara terbuka mengkritisi taktik yang digunakan, terutama ketergantungan berlebihan pada satu strategi yang dianggapnya sebagai tanda keputusasaan.

"Saya kritisi cara main. Harus menang betul. Cuma jika selalu mengandalkan lemparan ke dalam itu tanda tidak punya akal dan cara. Berapa kali Robi Darwis lakukan itu? Saya pun tak tahu Robi Darwis main di bek kiri atau central? Ada kebingungan di Indra Syafri."

Pernyataan Zainuddin Amali yang memuji Indra Syafri sebagai pelatih bertangan dingin dan mengedepankan sports science dibantah pun dipertanyakan.

"Lalu Zainuddin Amali bilang Indra pelatih bagus, bertangan dingin, pendekatan sports science, bla.. bla sehingga target emas. Tapi itu semua hanya omong kosong. Saya pertanyakan pernyataan itu. Argumentasi Zainuddin Amali tidak ada satupun yang benar soal sepak bola."


Favoritisme?

Pemain Timnas Indonesia U-22 sesaat sebelum melawan Myanmar pada pertandingan terakhir Grup C SEA Games 2025 di The 700th Anniversary of Chiang Mai Stadium, Thailand, Jumat (12/12/2025). Timnas Indonesia U22 dipastikan angkat koper lebih awal dari SEA Games 2025 Thailand. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Towel menilai pemilihan Indra Syafri bukan didasarkan pada mekanisme yang benar atau kompetensi, melainkan karena adanya faksi dan favoritisme di tubuh Timnas SEA Games 2025.

"Timnas SEA Games 2025 itu faksinya Zainuddin Amali sementara Amali tidak punya ruang lingkup sepak bola. Dia memilih Indra Syafri karena favoritisme saja, sementara banyak pelatih lainnya yang bagus yang sudah lisensi pro. Tapi kenapa Indra Syafri terus."

Ia bahkan menyinggung perpecahan faksi pasca-kegagalan Piala Dunia dan menegaskan Timnas U-22 berada di bawah faksi Amali, yang menyebabkan keputusan pemilihan pelatih menjadi bias.

Menutup pernyataannya, Tommy Welly menegaskan bahwa sebagai untuk Timnas Indonesia U-22 SEA Games 2025 ini, Zainuddin Amali tidak bisa lepas tangan dari hasil buruk ini.

"Jadi sebagai PIC untuk timnas ini adalah Amali maka ia harus tanggung jawab," pungkasnya.

Berita Terkait