Kisah 8 Pesepak Bola yang Awet hingga Akhir Karier: Terlambat Naik Daun, Tetap Bersinar

Berikut delapan pesepak bola yang terlambat bersinar, namun tetap moncer hingga di pengujung karier.

BolaCom | Wiwig PrayugiDiterbitkan 14 Desember 2025, 09:00 WIB
Gelandang AC Milan, Luka Modric, merayakan gol timnya dalam laga Serie A antara Lecce dan AC Milan di Via del Mare, Lecce, Italia, Jumat, 29 Agustus 2025. (Giovanni Evangelista/LaPresse via AP)

Bola.com, Jakarta - Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Kylian Mbappe, hingga Erling Haaland merupakan contoh pesepak bola yang mampu mencuri perhatian dunia sejak usia sangat muda. Bakat luar biasa dan konsistensi performa membuat karier mereka langsung melesat, bahkan terus bersinar hingga mendekati atau memasuki pengujung karier. Messi dan Ronaldo, khususnya, menjadi simbol dominasi panjang di sepak bola modern.

Tidak hanya dua megabintang tersebut, publik juga memprediksi masa depan cerah bagi Mbappe dan Haaland. Meski saat ini masih berusia 24 dan 22 tahun, keduanya sudah menjadi tumpuan utama klub dan negaranya masing-masing. Dengan fisik prima, mental kuat, serta kualitas teknis tinggi, karier panjang hingga masa pensiun dinilai sangat mungkin bagi dua bintang generasi baru itu.

Advertisement

Namun, tidak semua pesepak bola langsung bersinar di usia muda. Ada pula pemain yang justru menemukan performa terbaiknya saat memasuki usia 30-an. Mereka baru benar-benar dikenal publik ketika permainan sudah matang, pengalaman bertambah, dan peran di tim semakin krusial.

Menariknya, meski terlambat tenar, karier para pemain ini justru terbilang awet. Walau sempat mengalami pasang surut performa, mereka tetap mampu menjaga level permainan hingga masa pensiun. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi figur penting dan pemimpin di tim yang dibelanya.

Berikut delapan pesepak bola yang terlambat bersinar, namun tetap moncer hingga di pengujung karier.


Jamie Vardy

Pemain Leicester City Jamie Vardy melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Leeds United pada pertandingan sepak bola Liga Inggris di Elland Road, Leeds, Inggris, Selasa (25/4/2023). (Mike Egerton/PA via AP)

Vardy bukan satu-satunya pemain yang berhasil merangkak dari kompetisi non-liga (amatir) Inggris menuju ke Premier League. Setelah bermain untuk Fleetwood Town pada 2012, dia pindah ke klub kasta kedua Liga Inggris alias Championship League, Leicester City.

Vardy turut mengantar Leicester promosi ke Premier League dengan menyumbang 16 gol. Setelah beradaptasi dengan Premier League di musim pertama, Vardy membantu Leicester juara dan mencetak 24 gol bagi The Foxes.

 


Luka Modric

Gelandang AC Milan asal Kroasia #14, Luka Modric (kanan), berebut bola dengan gelandang Pisa asal Nigeria #14, Ebenezer Akinsanmiro (kiri), dan bek Pisa asal Italia #04, Antonio Caracciolo, dalam pertandingan Serie A Italia antara AC Milan dan Pisa SC di Stadion San Siro di Milan, Italia utara, Sabtu (25-10-2025) dini hari WIB. (Stefano RELLANDINI/AFP)

Prestasi Luka Modric tentu saja tidak perlu dijelaskan lagi karena berlimpah gelar bersama Real Madrid hingga memenangi gelar individu yakni Ballon d'or. Sebelum ke Real Madrid, Modric bermain untuk klub asal negaranya Kroasia, Dinamo Zegreb, hingga klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur.

Setelah itu, karier Modric makin melejit bersama Real Madrid saat menjuarai La Liga hingga Liga Champions. Dia juga mengantar Kroasia hingga final Piala Dunia 2018.

Dia kini masih menjadi andalan AC Milan.


Oliver Bierhoff

4. Oliver Bierhoff (AC Milan), raja sundulan asal Jerman ini cukup produktif di Serie A. Selain Milan dirinya juga sempat merumput di Ascoli dan Udinese. (AFP/Patrick Hertzog)

Bierhoff mencetak 37 gol yang mengesankan dalam 70 pertandingan untuk Jerman. Tetapi, siapa yang menyangka Bierhoff sempat gagal membuat kesan di Bundesliga pada awal karier dan baru debut di tim nasional saat berusia 28 tahun.

Kesuksesannya datang saat memperkuat klub Italia, Udinese, hingga dipanggil ke Timnas Jerman dan mencetak kedua gol Der Panzer di final Euro 96.

Setelah itu, Bierhoff pindah ke AC Milan saat berusia 30 tahun. Pada 1998, ia menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A.

 


Marco Materazzi

Gelandang Prancis, Zinedine Zidane, menanduk bek Italia, Marco Materazzi, saat final Piala Dunia 2006 Stadion Olympic, Berlin, Jerman (9/7/2006). Tandukan tersebut menjadi salah satu momen ikonik pada ajang Piala Dunia 2006. (AFP/John Macdougall)

Materazzi sangat dihormati berkat yang diraihnya di tingkat domestik dan internasional. Namun, Materrazzi baru melakukan debut internasionalnya saat berusia 28 tahun.

Materrazi hanya bermain di sejumlah tim kecil sebelum pindah ke Inter Milan selama 10 musim. Dia memenangi Serie A, Liga Champions, dan membantu Italia menjuarai Piala Dunia 2006.

 


Andrea Pirlo

7. Andrea Pirlo, usai mengantar AC Milan juara Serie A, gelandang Italia ini kontraknya malah tidak diperpanjang. Kondisi ini membuatnya pindah ke Juve dan akhinya mampu meraih empat gelar Scudetto. (AFP/Marco Bertorello)

Pirlo tampil luar biasa selama era 2000-an, menyabet dua trofi Liga Champions bersama AC Milan dan Piala Dunia 2006 untuk Italia. Tetapi, puncak karier Pirlo justru baru dirasakan saat memasuki usia 30-an tahun. 

Sang gelandang membawa Juventus meraih serangkaian gelar Serie A. Pirlo adalah salah satu pemain terbaik dunia hingga memutuskan untuk pensiun.

 


Antonio Di Natale

Antonio Di Natale. Striker legenda Udinese yang pensiun pada Juli 2016 usai membela Udinese selama 12 musim ini total mencetak 6 kali hattrick di serie A bersama Udinese. Hattrick terakhir dicetak saat ia mencetak 3 gol kala Udinese bermain imbang 3-3 dengan Sampdoria (17/5/2014). (AFP/Anteprima)

Banyak orang kerap menngenal Di Natale sebagai pemain tim gurem dan belum pernah mencetak 20 gol dalam satu musim. Tetapi, saat usianya 32 tahun, ia mencetak 29 gol untuk Udinese pada musim 2009/2010.

Dia kemudian mencetak 28, 29, 26 dan 20 gol dalam empat musim berikutnya dan dua kali jadi top skor di Serie A dua kali serta merengkuh penghargaan Pemain Terbaik Italia 2010. Antara tahun 2009 dan 2011, hanya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang mencetak lebih banyak gol daripada Di Natale di liga top Eropa.

 


Zlatan Ibrahimovic

Selebrasi striker AC Milan Zlatan Ibrahimovic sesuai mencetak gol penutup kemenangan 4-0 dari Arsenal pada leg pertama 16 besar Liga Champions di San Siro, Milan, 15 Februari 2012. AFP PHOTO/GIUSEPPE CACACE

Zlatan akan berargumen sudah menjadi pesepak bola kelas dunia sejak lahir. Tetapi, striker Swedia itu sebenarnya baru mencetak lebih dari setengah dari seluruh golnya sejak berusia 30 tahun.

Dia pernah mengemas 50 gol dalam 51 pertandingan bagi PSG kala Ibrahimovic berusia 35 tahun pada musim 2016/2017.

Dia kemudian menuju ke Inggris untuk pertama kali dalam karirnya dan melesakkan 28 gol dalam satu musim untuk Manchester United sebelum melintasi Atlantik untuk menggoyang Liga Amerika Serikat alias MLS. Sekarang dia kembali ke AC Milan, dan belum ada tanda-tanda akan gantung sepatu.

 


Luca Toni

1. Luca Toni - Pemain asal Italia ini juga termasuk pemain yang doyan pindah klub. Total 15 klub pernah dibela penyerang jangkung ini, termasuk klub-klub besar seperti Bayern Munchen, Juventus dan AS Roma. (AFP/John Macdougall)

Luca Toni yang memiliki tinggi 193 sentimeter ini tidak bermain di Serie A sampai berusia 23 tahun dan tidak benar-benar menjadi terkenal sampai empat tahun kemudian. Pada 2004, ketika dia membantu Palermo untuk promosi ke Serie A dan mendapat panggilan ke Timnas Italia, namanya juga masih asing di telinga.

Dia membuat langkah besar pertamanya setahun kemudian, bergabung dengan Fiorentina saat berusia 28 tahun. Toni kemudian lanjut ke Bayern Munchen ketika berumur 30 tahun dan mengoleksi 39 gol dalam 46 pertandingan.

Di saat usianya 38 tahun, Toni masih produktif dan menjadi pemain tertua yang menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A kala memperkuat Hellas Verona pada 2015.

Sumber: Planet Football

Berita Terkait