Bola.com, Jakarta - Perombakan regulasi Formula 1 pada 2026 berpotensi menjadi titik balik penting dalam karier Lewis Hamilton. Bagi juara dunia tujuh kali itu, berakhirnya era mobil ground-effect justru datang pada waktu yang tepat.
Periode 2022 hingga 2025 tercatat sebagai fase paling sulit bagi Hamilton sepanjang kiprahnya di F1. Dalam rentang tersebut, ia hanya mengoleksi dua kemenangan grand prix, 20 kali finis podium, serta satu pole position.
Penurunan paling mencolok terlihat pada performanya di sesi kualifikasi.
Musim 2025 bahkan menjadi musim terburuk Hamilton sejauh ini. Untuk pertama kalinya dalam kariernya, pembalap yang direkrut Ferrari dengan nilai besar itu tak sekali pun naik podium.
Ia menutup musim dengan selisih hampir 100 poin dari rekan setimnya, Charles Leclerc, serta mencatatkan tiga kali tersingkir di Q1 secara beruntun.
Rentetan hasil mengecewakan tersebut memunculkan anggapan bahwa Hamilton mulai mengalami penurunan performa. Sebagian pengkritik bahkan menilai ia sebaiknya mempertimbangkan pensiun, terlebih usianya yang mendekati 41 tahun.
Gambaran Lebih Adil
Kendati performanya pada 2025 jauh dari standar tinggi yang biasa ia tunjukkan, menyimpulkan bahwa Hamilton telah habis dinilai terlalu dini.
Musim 2026, yang menjadi tahun keduanya bersama Ferrari, berbarengan dengan reset regulasi besar-besaran di F1, diyakini akan memberikan gambaran yang lebih adil tentang posisi Hamilton sebenarnya.
Ada sejumlah alasan yang membuat Hamilton diprediksi lebih cocok dengan generasi mobil F1 berikutnya. Satu di antara perubahan utama adalah hilangnya terowongan venturi pada lantai mobil.
Mulai 2026, desain lantai akan dibuat lebih datar dan sederhana dibandingkan konfigurasi kompleks sebelumnya.
Hamilton sejak lama diketahui tidak nyaman dengan karakter mobil ground-effect generasi terbaru. Ia tak menutupi hal tersebut dan hanya menjawab singkat "ya" ketika ditanya apakah ia senang melihat era mobil saat ini segera berakhir, dalam sebuah kesempatan awal tahun ini.
Hal Kunci Lain
Selain itu, perubahan regulasi tersebut diperkirakan membuat mobil F1 2026 tidak terlalu sensitif terhadap tinggi-rendahnya suspensi.
Faktor ini menjadi masalah besar bagi Hamilton di tahun-tahun terakhirnya bersama Mercedes, sekaligus turut menghambat performa Ferrari SF-25.
"Ada satu hal kunci lainnya, dan saya pikir Lewis Hamilton akan menyukainya, pembeda performa tidak lagi berasal dari lantai mobil," ujar Craig Slater, reporter Sky Sports News, dalam sebuah video yang menjelaskan regulasi baru 2026.
"Dampak dari era ground-effect yang baru saja kita lewati adalah pembalap dengan gaya late-braking seperti Hamilton berada dalam posisi kurang menguntungkan karena mobil justru lebih efektif jika membawa kecepatan minimum tinggi saat masuk tikungan, dan itu sama sekali bukan gaya balapnya."
"Jadi, menurut saya, ada alasan kuat bagi para penggemar Lewis Hamilton untuk percaya bahwa ia akan tampil lebih baik dengan mobil 2026 dibandingkan performanya sejak 2021," lanjut Slater.
Jadi Titik Balik?
Pandangan tersebut sejalan dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya dari bos Mercedes, Toto Wolff, yang juga menilai gaya mengemudi Hamilton tidak sepenuhnya cocok dengan mobil F1 pasca-2022.
Hamilton dikenal memiliki gaya balap agresif, dengan ciri khas pengereman terlambat dan masuk tikungan secara keras. Sebaliknya, mobil ground-effect menuntut input yang lebih halus, sesuatu yang terbukti sulit diadaptasi Hamilton, terlebih ketika ia harus mengendarai mobil yang kerap tidak kompetitif dan sulit diprediksi.
"Untuk Lewis, generasi mobil ini tidak selalu sesuai dengan gaya mengemudinya. Ia suka agresif saat masuk tikungan dan, sayangnya, mobil saat ini belum sepenuhnya mampu mengakomodasi hal tersebut, terutama saat kualifikasi ketika mobil berada di batas maksimal," kata Wolff pada Grand Prix Qatar 2024.
Dengan perubahan besar yang menanti di 2026, pertanyaan pun mengemuka: Apakah regulasi 2026 akan menjadi titik balik yang dibutuhkan Lewis Hamilton untuk kembali menemukan performa terbaiknya?
Sumber: Crash