Mantan Ahli Gizi Real Madrid Bongkar Pelecehan di Klub: Saya Bekerja dalam Ketakutan Konstan

Seorang mantan ahli gizi Real Madrid telah membuka diri tentang budaya pelecehan di klub raksasa Spanyol tersebut, yang membuatnya trauma.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 21 Desember 2025, 05:45 WIB
Ilustrasi Logo Real Madrid (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Mantan ahli gizi Real Madrid, Itziar Gonzalez de Arriba, buka suara mengenai pengalaman traumatisnya menghadapi budaya pelecehan di klub raksasa Spanyol tersebut.

Dalam wawancara eksklusif dengan media olahraga Spanyol, Marca, Gonzalez de Arriba mengisahkan pengalamannya bekerja di Los Blancos antara 2021 hingga 2025.

Advertisement

Ia mengaku sering bersinggungan dengan staf medis dan teknis yang berusaha mengintimidasi dan menyingkirkannya dari posisi tersebut.

Gonzalez de Arriba direkrut oleh Presiden klub, Florentino Perez, pada 2021 setelah menangani bintang tim utama seperti Dani Carvajal dan Rodrygo Goes. Ia menjadi ahli gizi pertama untuk tim utama, posisi yang sebelumnya belum pernah ada di Real Madrid.

Namun, sejak hari pertama di fasilitas klub di Valdebebas, ia merasa tidak diterima.

"Staf medis menciptakan lingkungan yang bermusuhan sejak awal. Pada hari pertama, mereka mengatakan saya di sini karena kehendak presiden, tapi mereka tahu cara memanipulasinya dan bahwa dia akan melakukan apa pun yang mereka inginkan, termasuk membuatnya berpikir saya gila dan memecat saya. Mereka tidak memperkenalkan diri, menyapa, atau berbicara dengan saya. Mereka tidak pernah bertemu dengan saya, meski saya berulang kali meminta; email dan pesan saya juga tidak dijawab," buka de Arriba.

Dihalang-Halangi Staf Dapur

Presiden Real Madrid, Florentino Perez, mengucapkan selamat kepada penyerang Prancis Kylian Mbappe (kiri) atas penghargaan Sepatu Emas Eropa 2024-25 yang diberikan kepada pencetak gol terbanyak tahun ini dalam sebuah upacara di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, pada 31 Oktober 2024. (Oscar DEL POZO/AFP)

Gonzalez de Arriba seharusnya bekerja sama dengan staf dapur untuk memastikan pemain mendapat asupan sesuai kebutuhan atlet profesional.

Namun, ia justru menemui pengabaian dan penolakan terhadap saran profesionalnya.

"Mereka menghadang setiap langkah saya untuk menjalankan pekerjaan: di buffet, mereka menyajikan makanan yang saya larang; pelayan menertawakan saya dan menyuruh pemain mengabaikan saya; juru masak menyajikan makanan sesuka hati, termasuk kue pra-pertandingan; manajer tim tidak membeli apa yang saya rekomendasikan. Orang yang menyiapkan suplemen memberikan yang berbeda dari yang saya tentukan; dokter dan fisioterapis menyuruh pemain mengabaikan instruksi saya dan tidak memberi informasi terkait kondisi pemain atau obat, vitamin, dan suplemen, meski saya menegaskan pentingnya hal itu agar tidak berinteraksi dengan suplemen dan membahayakan mereka..."

Pelecehan dan Tuduhan Palsu

Ia mengaku mengalami intimidasi sejak awal, dengan berbagai taktik penghinaan dan sabotase.

"Mereka hanya berbicara saat bertemu di lorong untuk bilang saya melakukan semua hal salah, bahwa presiden mengatakan saya tidak boleh berbicara dengan siapa pun, tidak boleh keluar dari ruang sempit yang mereka berikan, tidak boleh bicara dengan pemain, dan bahwa pemain jijik dengan saya. Minggu pertama, mereka menuduh saya mencuri satu batch suplemen, saya berhasil membuktikan tidak bersalah, tapi saya ketakutan, dan sejak itu saya selalu berkomunikasi tertulis agar tidak terjadi lagi," ungkap de Arriba.

Setelah beberapa tuduhan palsu, ia dilarang ikut perjalanan tim.

"Dokter dan pelayan buffet menuduh saya secara salah ke manajemen; saya punya alibi dan membuktikan tuduhan itu palsu. Setelah itu ada tuduhan lain yang juga saya buktikan bohong. Karena situasi bermusuhan ini, manajemen menyuruh saya pulang dan tidak membiarkan saya ikut pertandingan melawan Espanyol," tuturnya.

De Arriba bahkan dilarang memasuki Valdebebas sementara klub melakukan penyelidikan internal.

"Manajemen melarang saya masuk Valdebebas, katanya demi keselamatan fisik saya. Mereka bilang akan melakukan investigasi internal dan saya jangan khawatir, tetap tenang. Saya dipanggil ke pertemuan dengan sponsor yang bilang dia teman dokter, bahwa presiden sudah diarahkan untuk memecat saya, tapi mereka akan mencoba menghina saya selama sisa waktu di sana. Saya bekerja dalam ketakutan konstan, tanpa istirahat, dan sangat frustrasi karena merasa apa yang saya lakukan tidak dihargai," kenangnya.

Dukungan dari Perez dan Pemain

Meski mendapat perlakuan buruk dari staf, Gonzalez de Arriba menegaskan bahwa Presiden Florentino Perez tidak bersalah.

"Presiden sendiri memberi tahu apa yang dia ingin saya lakukan, berbeda dengan perintah yang dikatakan 'atas nama presiden.' Saya mengikuti arahan presiden: mengimplementasikan metode saya, mengatur buffet, diet perjalanan dan hotel, suplemen tim, serta membuat diet personal bagi pemain yang menginginkannya," kata de Arriba.

Walau staf bertindak sebaliknya, sebagian besar pemain tetap mengikuti saran dan pedomannya secara pribadi.

"Mereka sering menertawakan saya, mengejek di grup WhatsApp, dan menyuruh pemain mengambil hal berbeda dari rekomendasi saya. Meski sulit, banyak pemain tetap ingin mengikuti pedoman dan melakukannya di rumah karena tidak memungkinkan di Valdebebas," ucapnya.

 


Hadapi Ancaman

Saat memutuskan meninggalkan klub, ia mengajukan laporan hukum terhadap Real Madrid karena perlakuan buruk yang dialaminya.

De Arriba mengaku sempat mendapat ancaman dari klub.

"Saya mengajukan laporan, meski mereka 'menasihati' saya untuk tidak melakukannya, bilang saya tidak akan menang, dan mereka akan merusak hidup saya. Saya bilang ini bukan soal menang atau kalah, tapi agar presiden, pemain, dan orang yang saya pedulikan tahu kebenarannya," ujarnya.

Ia berharap pengalaman ini bisa memutus siklus trauma dan mengungkap budaya toksik di satu di antara klub sepak bola terbesar dunia.

"Semua orang, orang dalam, orang yang tidak tahu apa-apa, keluarga, teman, jurnalis, bilang Real Madrid punya banyak kekuatan dan akan memutarbalikkan informasi terhadap saya, bahkan merugikan secara fisik dan reputasi. Tapi, saya masih sering mimpi buruk setiap malam. Saya ingin menutup bab ini selamanya, dan merasa baru bisa setelah menceritakan kisah saya," kata de Arriba.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait