Bola.com, Jakarta - Kepemilikan rumah masih menjadi persoalan besar bagi generasi Z. Di tengah maraknya narasi kebebasan finansial dan investasi yang ramai dibicarakan di media sosial, realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang tidak ringan.
Harga properti terus menanjak, sementara kenaikan pendapatan dinilai tidak sebanding dengan laju biaya hidup.
Sejumlah kajian menunjukkan generasi Z menghadapi kesulitan untuk membeli rumah.
Namun, persoalan tersebut tidak semata-mata berkaitan dengan kemampuan finansial. Ada pula faktor pilihan dan perubahan cara pandang yang ikut memengaruhi sikap mereka terhadap kepemilikan hunian.
Mengacu pada informasi dari laman Semen Merah Putih, Minggu (28-12-2025), persoalan rumah bagi generasi Z berada di persimpangan antara tidak mampu dan tidak mau.
Kenaikan harga rumah yang melampaui pertumbuhan penghasilan menjadi satu di antara penyebab utama mengapa kepemilikan hunian terasa makin jauh dibandingkan generasi sebelumnya, seperti baby boomer.
Sudut Pandang Gen Z
Meski begitu, jika dilihat dari sudut pandang generasi Z yang lebih adaptif dan dinamis, porsi ketidakinginan membeli rumah dinilai lebih dominan dibandingkan ketidakmampuan.
Pilihan hidup yang lebih fleksibel membuat rumah tidak selalu ditempatkan sebagai prioritas utama.
Dari sisi pasar, tren harga properti di Indonesia masih bergerak naik. Kenaikan tersebut diperkirakan berlanjut seiring waktu.
Data Bank Indonesia mencatat Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal II berada di level 110,13 atau meningkat sekitar 0,9 persen secara tahunan.
Kondisi ini membuat sebagian generasi Z memilih opsi lain, seperti menyewa hunian atau menggunakan skema rent-to-own, ketimbang membeli rumah secara langsung. Dengan penghasilan yang relatif stagnan, pilihan tersebut dianggap lebih realistis dan tidak membebani dalam jangka panjang.
Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup juga memainkan peran penting. Generasi Z tumbuh di era digital dengan mobilitas tinggi dan beragam pilihan. Cara mereka bekerja, berbelanja, hingga memaknai konsep "rumah" berbeda dari generasi sebelumnya.
Jika dulu rumah identik dengan stabilitas dan simbol keberhasilan, kini makna tersebut mulai bergeser.
Bagi banyak Gen Z, ukuran kesuksesan tidak lagi terpaku pada kepemilikan aset properti. Kebebasan finansial, pengalaman hidup, perjalanan, pendidikan, hingga membangun usaha dinilai lebih relevan.
Komitmen jangka panjang seperti cicilan rumah hingga 20 tahun sering kali dianggap membatasi ruang gerak.
Selain itu, faktor administratif menjadi kendala. Proses pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dinilai rumit dan memakan waktu. Skor kredit yang belum terbentuk atau rendah membuat sebagian Gen Z kesulitan memperoleh persetujuan pembiayaan.
Digital Nomad
Tren kerja jarak jauh dan munculnya gaya hidup digital nomad turut memperkuat pergeseran ini. Banyak generasi Z kini dapat bekerja dari berbagai lokasi tanpa harus menetap di kota tertentu.
Kondisi tersebut mendorong pilihan tinggal di apartemen sewaan, co-living space, atau berpindah-pindah kota sesuai kebutuhan pekerjaan.
Di luar faktor ekonomi dan gaya hidup, aspek budaya juga memengaruhi keputusan Gen Z terkait kepemilikan rumah. Fenomena generasi sandwich menjadi satu di antara tantangan nyata.
Tidak sedikit Gen Z yang harus menanggung kebutuhan finansial orang tua sekaligus membantu pendidikan atau kebutuhan saudara.
Tujuan Jangka Panjang
Dalam situasi tersebut, pendapatan yang seharusnya dialokasikan untuk tabungan uang muka rumah justru digunakan untuk menopang keuangan keluarga. Kepemilikan hunian pun kerap tertunda.
Kendati banyak yang belum membeli rumah secara konvensional, hal itu tidak berarti minat terhadap hunian sepenuhnya hilang.
Sebagian generasi Z masih memandang rumah sebagai tujuan jangka panjang untuk memperoleh rasa aman dan stabilitas di masa depan. Namun, bagi sebagian lainnya, rumah bukan prioritas utama saat ini.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, persoalan kepemilikan rumah di kalangan generasi Z tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai soal mampu atau tidak mampu semata.
Sumber: merdeka.com