Sukses


Menanti Kylian Mbappe Meraih Ballon d’Or

Bola.com, Jakarta Ketika dini hari kemarin Lionel Messi ditahbiskan untuk meraih Bola Emas  untuk keenam kalinya saya tidak habis pikir: apakah ini kompetisi untuk menentukan pemain terbaik di dunia saat ini atau untuk memilih pemain yang tampil terbaik di sepanjang 2019? Jika yang dicari adalah pemain terbaik di bumi, jelas memang nama Messi dan Cristiano Ronaldo yang pantas berulang kali merenggut Ballon d’Or.

Nah, pada sisi lain bila jawabannya ajang tersebut adalah guna memilih pemain yang tampil impresif dan meraih trofi bergengsi di sepanjang 2019 saya cenderung melihat seharusnya Virgil van Dijk, yang meraih trofi Liga Champions bersama Liverpool, yang terpilih. Selisih poin keduanya sangat tipis, hanya7 (tujuh) angka saja di mana Messi mendapatkan 686 poin dan Van Dijk berada di posisi kedua.

Mungkin dalam konteks pemilihan di tahun ini, kecenderungan voters untuk lebih mengidolakan pemain depan ketimbang seorang bek menjadi faktor yang berpengaruh besar. Atau mungkin wawasan para pemilik suara tidak cukup luas untuk memberikan penilaian yang komprehensif dan updated. Ketika saya masih menjadi wartawan muda di Tabloid Bola pada 2001, saya teringat bagaimana pelatih timnas Kamboja masih memilih Roberto Baggio (Italia) ketimbang Luis Figo (Portugal) sebagai andalannya.

2 dari 3 halaman

Kedalaman Pengetahuan Voters Jadi Penentu

Dalam pemilihan FIFA World Player of the Year 2001 tersebut Baggio, yang bekibar sekitar tujuh tahun sebelumnya, menjadi pemain yang jarang muncul dalam matriks pemilihan ketimbang Figo yang sedang moncer auranya. Jelas di sini kedalaman pengetahuan pemilih soal kondisi terkini peta sepak bola dunia menjadi elemen yang krusial dalam menentukan kandidat.

Kembali ke soal pemilihan Ballon d’Or tahun ini, penulis perlu mengingatkan bahwa sejak 2016 anugerah Bola Emas ini kembali pecah kongsi dengan ajang FIFA World Player of the Year setelah keduanya sempat melakukan merger pada periode 2010 hingga 2015. Uniknya, FIFA dengan ajang The Best FIFA Men’s Player 2019 juga memilih Messi di atas Van Dijk pada September silam. Wah, payah sekali ya.

Dalam ajang FIFA tersebut seleksi pemilihan juga berdasarkan penampilan pemain selama setahun terakhir dan juga sikap mereka di luar lapangan. Pemilihan dilakukan publik, perwakilan media, pelatih timnas dan kapten timnas; dengan bobot masing-masing segmen suara tersebut adalah 25%. Hasilnya, selisih suara Messi dan Van Dijk di ajang FIFA tersebut juga tipis, hanya 8 (delapan) angka dengan Messi mendapatkan total 46 poin.

3 dari 3 halaman

Saatnya Memilih di Luar Messi dan Ronaldo

Ketimbang ajang The Best FIFA Men’s Player yang dapat mengandung bias karena melibatkan lebih banyak stake holder dengan wawasan beragam, sebenarnya penulis lebih menyukai Ballon d’Or yang dihelat majalah sepak bola terkemuka France Football dan pemilihannya dilakukan jurnalis sepak bola kawakan di Eropa. Namun, karena sejak 2007 hingga sekarang suara dari pelatih dan kapten timnas juga ikut dihitung France Football, akhirnya kemiripan hasil voting untuk kedua penghargaan itu kian merapat.

Well, jangan salah ya pembaca, bukan saya anti-Messi, tapi saya merindukan hadirnya wajah baru seperti ketika Luka Modric (Kroasia) oleh FIFA dan France Football tahun lalu terpilih sebagai pemain terbaik dunia. Modric yang tampil impresif membawa negaranya menempati posisi kedua di Piala Dunia 2018, layak jadi bintang karena punya peran sangat-sangat dominan di timnas Kroasia.

Untuk lima tahun hingga satu dekade ke depan akanlah sangat menarik buat kita semua bila nama-nama baru muncul ke permukaan sesuai dengan grafik penampilan dan sikap mereka di panggung-panggung besar lapangan hijau. Ballon d’Or 2022 misalnya, bisa jadi akan jatuh ke pangkuan penyerang andalan Prancis, Kylian Mbappe, yang tahun lalu terpilih FIFA sebagai Best Young Player Award karena dirinya jadi pilar Les Bleus saat menjadi juara dunia 2018.

Pembaca sendiri kelak menjagokan siapa untuk meraih Ballon d'Or? Sadio Mane atau Mohamed Salah? Tidak ada pilihan yang salah tentunya, semua mungkin terjadi di sepak bola dengan kadar peluang yang berbeda-beda. Tabik!

*Penulis adalah wartawan, VP Operations dan Editor in Chief untuk Bola.com serta Bola.net, kolom ini berisi wawasan pribadi yang terlepas dari sikap kolektif insitusi.

Video Populer

Foto Populer