Sukses


5 Pelatih Top Dunia yang Karier sebagai Pemain Busuk atau Bahkan Tak Pernah Sama Sekali Jadi Pesepak Bola

Bola.com, Jakarta - Sudah sewajarnya melihat mantan pesepak bola top dunia begitu pensiun banting setir menjadi pelatih. Banyak di antara mereka memiliki kinerja yang ciamik di level klub atau tim nasional.

Ambil contoh Zinedine Zidane. Gelandang serang Prancis pengoleksi gelar Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, kini jadi pelatih sukses di Real Madrid.

Zidane baru saja mengantar Real Madrid menjadi juara La Liga 2019-2020, setelah sebelumnya hattick gelar Liga Champions. Nama eks bintang dunia lainnya yang sukses di era kekinian, antara lain: Pep Guardiola (Manchester City), Antonio Conte (Inter Milan), Luis Enrique (Timnas Spanyol).

Di era sebelumnya kita mengenal sosok Kenny Dalglish, Kevin Keagan, Franz Beckenbauer, Johan Cruyff, yang banjir gelar sebagai pemain dan kemudian juga sukses memenangi banyak piala saat jadi pelatih.

Tapi, di sepak bola modern tak semua pelatih dulunya mantan pemain. Banyak juga sosok yang bukan siapa-siapa kemudian mencuat jadi nakhoda top. Atau bahkan mereka merupakan mantan pesepak bola semenjana, begitu gantung sepatu menjalani karier yang gemilang sebagai pelatih.

Bola.com merangkum sosok-sosok tersebut di bawah ini. Simak ceritanya.

Video

2 dari 6 halaman

Jurgen Klopp

Jurgen Klopp tidak pernah meninggalkan Jerman ketika masih aktif sebagai pesepak bola. Ia mulai terjun dalam dunia si kulit bundar ketika masuk akademi Ergenzingen pada Juli 1986.

Sepanjang kariernya, Klopp lebih banyak berkutat pada Bundesliga 2. Ia pernah membela Eintracht Frankfurt 2, RW Frankfurt hingga Viktoria Sinlingen.

Setelah itu, ia memutuskan bergabung dengan 1.FSV Mainz 05 pada 1990. Dua belas tahun bersama, Klopp pada akhirnya pensiun ketika kalender memasuki 1 Januari 2002.

Selain bek kanan, pria yang kini berusia 51 tahun itu juga bisa menempati posisi sebagai penyerang. Klopp mengemas 56 gol plus enam assist selama kariernya. Namun, Klopp belum pernah meraih gelar ketika masih aktif sebagai pemain.

Dalam banyak sesi wawancara Jurgen secara blak-blakan mengaku kariernya sebagai pesepak bola menyedihkan. "Permainan saya busuk. Saya tidak pernah bermain di klub besar. Itu kenyataannya. Saya sama sekali tak ingin menutupinya," ucap Klopp dalam sebuah wawancara dengan Sky Sports.

Gagal sebagai pesepak bola, Jurgen Klopp sukses sebagai pelatih. Bersama Borussia Dortmund ia sukses merusak dominasi Bayern Munchen di Bundesliga. Pindah ke Inggris ia makin bersinar.

Di Liverpool, Jurgen Klop mempersembahkan gelar Liga Champions 2018-2019, Piala Super Eropa 2019, Piala Dunia Antarklun 2019, dan terakhir Premier League 2019-2020.

3 dari 6 halaman

Andre Villas-Boas

Andre Villas-Boas, adalah pelatih muda yang dinilai begitu tinggi meski usianya baru menyentuh angka 33 tahun dalam tahun 2011 ini. Berangkat angkat nama dari asisten seorang Jose Mourinho kini dia memiliki karir gemilang tersendiri menjadi seorang pelatih.

Villas-Boas awalnya mengenyam pendidikan kepelatihan di bawah mendiang Sir Bobby Robson di Porto pada 1993, pernah bekerja untuk Mourinho di klub asal Portugal itu, kemudian mengikuti "The Special One" itu hengkang ke Chelsea dan kemudian Inter Milan, sebelum melatih Virgin Islands.

Patut dicatat: Villas-Boas tidak pernah menjadi seorang pemain sepak bola profesional.

Pelatih kelahiran kota Porto itu kemudian melatih klub Academica pada 2009 ketika klub tersebut berada di dasar klasemen Liga Portugal. Ia sukses mengangkat klub tersebut ke peringkat 11 dan lolos ke semifinal Piala Portugal.

Pada 2011, Villas-Boas bergabung dengan Porto, merebut gelar juara Piala Super Portugal meski baru satu tahun melatih dan sukses berlanjut dengan mengantar klub itu menyabet tiga gelar juara sekaligus (treble) tahun ini.

Dibawah Villas-Boas, Porto tidak terkalahkan di kompetisi domestik tahun lalu dengan 27 kemenangan dari 30 pertandingan, dan menjadi klub Portugal kedua dalam sejarah yang mengakhiri liga domestik tanpa satu pun kekalahan setelah Benfica pada musim 1972-1973.

Untuk Final Liga Europa musim 2010-2011 dirinya resmi menjadi pelatih termuda yang sanggup memenangi gelar Eropa ketika timnya mengalahkan Sporting Braga 1-0 pada final Liga Europa di Dublin Arena.

Kerap dijuluki The Next Special One karena banyaknya persamaan yang ia miliki dengan sang mentor, Jose Mourinho. Hari Rabu 22 Juni 2011 ia resmi ditunjuk sebagai pelatih baru Chelsea meneruskan kekosongan kursi yang ditinggalkan Carlo Ancelotti.

Baru sembilan bulan menangani The Blues, Villas-Boas sudah harus dipecat oleh Roman Abramovich akibat gagal membuat performa Chelsea stabil. Sempat tanpa klub hingga awal musim 2012-2013, sebelum akhirnya bergabung dengan klub London lainnya, Tottenham Hotspur.

Mulai musim ini ia menukangi Marseille, setelah sempat berkelana di Liga China bersama  Shanghai SIPG.

4 dari 6 halaman

Rafael Benitez

Benitez memulai karier sepak bolanyanya dengan bermain di akademi Real Madrid. Sayang kariernya mentok. Ia pun memilih fokus ke dunia pendidikan.

Sembari menyelesaikan kuliah di jurusan pendidikan olahraga, ia juga bermain di klub divisi bawah Liga Spanyol.

Dia bergabung dengan staf kepelatihan Real Madrid pada usia 26 tahun. Bekerja sebagai pelatih tim u-19, cadangan dan asisten manajer tim senior Real Madrid. Kemudian Benitez pindah menjadi manajer Real Valladolid dan Osasuna.

Karier kepelatihannya di dua klub ini terbilang singkat dan kurang berhasil. Benitez kemudian membawa tim divisi dua, Extremadura, kembali ke Divisi Primera di musim pertamanya pada tahun 1997, tetapi tim terdegradasi di musim berikutnya.

Dia kemudian meninggalkan klub itu, mengambil istirahat sebentar dari sepak bola sebelum akhirnya melatih Tenerife pada tahun 2000. Benítez Pada tahun 2001, Benitez ditunjuk sebagai pelatih Valencia.

Di sini dia berhasil membuktikan sebagai salah satu manajer terbaik di Liga Spanyol dengan memenangkan gelar La Liga di musim 2001-2002. Don Balon dan El Pais menobatkannya sebagai manajer terbaik 2001-2002.

Pada tahun 2004, gelar juara liga kembali diperolehnya ditambah dengan juara piala UEFA. Akan tetapi karena perbedaan pendapatnya dengan direktur klub mengenai investasi klub membuatnya memutuskan pindah menangani Liverpool. Benitez memulai kiprahnya di Liverpool dengan gemilang setalah membawa klub itu menjadi juara Liga Champions pada musim 2004-2005.

Pada tahun 2006, dia berhasil membawa Liverpool menjadi juara Piala FA dan menjadi finalis Liga Champions 2007. Tetapi dia masih belum berhasil memberikan gelar juara Liga Inggris dan yang tertinggi yaitu saat menjadi runner-up di musim 2008-2009.

Setelah itu ia berkelana ke Inter Milan, Chelsea, Newcastle United, dan kini klub Liga China, Dallian.

 

5 dari 6 halaman

Jose Mourinho

Orang mengenal sosok Jose Mourinho sebagai pelatih bertabur gelar. Tak banyak yang tahu ia mantan pesepak bola.

Pemilik tiga medali Premier League tersebut mengawali karirnya sebagai pemain di beberapa klub di Portugal. Sayangnya ketika itu karier seorang Mou tidak seperti Carlo Ancelotti ataupun Zinedine Zidane yang juga sukses di lapangan hijau.

Ketika masih muda, Mou berkarir sebagai bek tengah maupun gelandang bertahan. Ia dikenal memiliki kemampuan sprint yang cukup bagus. 

Akan tetapi ia tidak bisa memanfaatkan kelebihannya tersebut ketika masih aktif bermain.

Rekan Mou semasa belajar di Sporting Institute of Physical Education, Jose Peseiro mengungkapkan bahwa Mou memang kurang memiliki minat ketika menjadi pemain sepak bola. Ia tidak banyak berlari dan seperti enggan merebut bola.

“Dia pemain berteknik dan memiliki skill tinggi, tetapi dia tidak pernah bertarung sepenuh hati dan enggan berlari. Ketika ia bermain di laga persahabatan menghadapi para pebisnis Israel dia begitu loyo. Bahkan pemain pengganti lebih banyak melakukan tekel dibanding dirinya,” ujar Peseiro.

Menjelang usia 20 tahun, Mou bergabung dengan Rio Ave. Di sana dia diasuh oleh sang Ayah, Felix, yang merupakan pelatih klub tersebut. Akan tetapi bersama Rio Ave dia hampir tidak pernah diturunkan. Salah satu penyebabnya adalah Presiden Klub, Jose Pinho, merasa bahwa Mou tidak layak untuk bermain mengisi tim utama.

“Suatu ketika, saat para pemain melakukan pemanasan, bek tengah kami, Figueiredo mengalami cedera. Felix kemudian menyiapkan anaknya sebagai pengganti. Saya kemudian ke ruang ganti dan melarang Felix melakukan hal tersebut. Saya tidak merasa dia meraih puncak karier sebagai bek tengah,” ujar Pinho.

Kejadian di Rio Ave tersebut yang membuat Mou memilih berhenti menjadi pesepak bola. Ia kemudian memikirkan kembali karirnya dan merasa bahwa karir sepakbolanya tidak cocok untuk level tertinggi.

“Kejadian tersebut membuat saya menyadari bahwa saya tidak punya kemampuan menjadi pemain sepakbola professional. Permainan saya hanya cocok untuk level dua. Jadi saya memutuskan untuk mempelajari sisi teknik permainan ini,” ujar Mou kepada FourFourTwo.

Ia kemudian memfokuskan diri untuk belajar Sport Science di dua tempat yaitu Instituto Suprior de Educacao Fisica (ISEF) serta Technical University of Lisbon. Ketika berkuliah, Mou masih terlibat dalam permainan sepak bola lima lawan lima. Akan tetapi fokusnya saat itu adalah mempelajari ilmu olah raga dan taktik.

Ia juga mengikuti beberapa kuliah filosofi Manuel Sergio. Di sana ia diajari cara memainkan emosi orang. Salah satu kelebihan yang sering dia gunakan untuk mengganggu manajer lain.

The Special One rajin menghadiri kursus kepelatihan di Inggris dan Skotlandia sebelum memulai karier manajerialnya dengan melatih tim muda Vitoria Setubal pada pertengahan 90an.

Penulis London Review of Books, David Runciman mengungkapkan bahwa karir sepak bola Mou yang hanya seumur jagung membantunya menjadikan dirinya sebagai manajer hebat.

“Keuntungan non pemain dibanding mantan pemain ketika menjadi pelatih adalah dia bisa dengan mudah percaya pada bukti-bukti nyata yang terjadi di atas lapangan tanpa terganggu dengan fantasi serta kenangan-kenangannya ketika masih bermain dulu,” ujarnya.

Selepas dari Vitoria, Mou sempat beberapa kali menjadi asisten manajer di beberapa klub sebelum ditarik oleh Sir Bobby Robson sebagai penerjemah di Sporting Lisbon. Ia kemudian dimentori oleh Louis Van Gaal di Barcelona sebelum akhirnya memulai kiprah sebagai manajer utama di Benfica pada September 2000.

6 dari 6 halaman

Maurizio Sarri

Perjalanan karier pelatih Juventus, Maurizio Sarri, hingga menjadi seperti sekarang cukup berliku. Dia rela meninggalkan pekerjaan yang dianggap nyaman bagi sebagian besar orang, demi mengejar gairahnya di sepak bola. 

Ya, Maurizio Sarri dulunya seorang bankir. Dunia tersebut sangat berbeda dengan profesi yang dilakoninya saat ini. Namun, roda nasib tak pernah ada yang tahu.

Stefano Pioli Menjadi Sosok Penting Kebangkitan AC MilanFOTO: Selebrasi Emosional Cristiano Ronaldo Usai Borong Dua Gol untuk Kemenangan JuventusVIDEO Bursa Transfer: Borussia Dortmund Rekrut Wonderkid Inggris, Jude BellinghamPada awal mulanya, Sarri tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang pelatih seperti yang sekarang. Ia berhenti menjadi bankir demi mengejar apa yang disebut orang-orang sebagai 'passion'.

Bankir bukanlah profesi yang buruk, begitupula dengan pelatih sepak bola. Semuanya cuma soal preferensi saja. Sarri memiliki semangat untuk menjadi seorang pelatih ternama ketimbang bankir.

"Saya tidak berhenti karena saya berpikir akan menjadi pelatih hebat di Eropa," buka Sarri usai membantu Juventus mengalahkan Lazio di ajang Serie A, Selasa (21/7/2020), ke Sky Sport Italia.

"Saya meninggalkan bank karena bosan dan punya gairah ini, berharap bisa mendapatkan penghasilan dari passion itu."

"Kadang, di dalam karier, Anda bisa berada di tempat dan waktu yang tepat, jadi anda melakukan upaya yang lebih besar dari niatan awal. Niat awal saya adalah hidup dengan melakukan apa yang saya suka," imbuh Maurizio Sarri.

Perjalanan karier Sarri sebagai seorang pelatih sepak bola sudah berlangsung lama. Sarri memulai kariernya di Stia, dan terus melanglang buana bersama beberapa klub amatir. Ia merintis karier dari bahwa hingga menjadi pelatih Juventus.

Ia mengawali kariernya pada 1990 untuk melatih di Stia. Tahun demi tahun ia terus mengasah kemampuannya di klub-klub amatir seperti Cavriglia, Antella dan Tegoletto.

Perlahan namun pasti kariernya menanjak. Ia akhirnya bisa dipercaya menangani tim-tim seperti Hellas Verrona, Perugi, dan Empoli.

Kariernya benar-benar menarik perhatian ketika menangani Napoli selama tiga tahun sejak 2015, hingga membuat Chelsea memboyongnya pada 2018.

Kini, ia menangani Juventus dan baru saja meraih gelar scudetto perdananya.

Sumber: Berbagai sumber

Video Populer

Foto Populer