Bola.com, Jakarta - Tahun 2023 tinggal menghitung hari. Waktu memang cepat berlalu, seperti halnya kilat yang menyambar di musim penghujan seperti saat ini. Apa yang terjadi dan tersaji di 2024 tak ada yang tahu pasti. Semua menjadi misteri.
Tapi yang pasti, penggemar sepak bola di seluruh dunia sudah tak sabar menanti. Lho, ada apa ya?. Ternyata ada candu akhir drama Liga Champions 2023/2024 dan siapa kampiun Euro atawa Piala Eropa di tahun yang sama.
Baca Juga
Panas Seperti Liga Inggris, Simak Jadwal Lengkap Pekan Terakhir MPL ID Season 13 : Penentu Nasib 2 Raksasa Terluka
Ulah Kocak Kiper Manchester City Berujung Serbuan Fans Arsenal Gara-Gara Nomor Ponsel Tersebar, Ederson : Pesannya Lucu-Lucu
Berebut Satu Tiket ke Liga Italia Serie A, Klub Bek Timnas Indonesia Bisa Bersua 5 Tim : Bang Jay Menyala, Catatan Pertemuan Positif Nih
Advertisement
Berdasarkan jadwal, final Liga Champions rencananya akan berlangsung di kandang kebanggaan Real Madrid, Santiago Bernabeu, 1 Juni 2024. Sementara itu, partai puncak Euro 2024 akan mentas di Olympiastadion, Berlin, Jerman, 14 Juli 2024.
Wow! Pastinya kalian sudah tak sabar kan ya? Doakan saja tak ada aral melintang, sehingga dua perhelatan akbar tersebut bisa bergulir tanpa kendala. Smbari menanti, ada baiknya lahap dulu beragam informasi terkait dua event tersebut.
Banyak pemain yang tampil di Liga Champions dan Piala Eropa, ternyata hanya 11 orang saja yang mampu memenangkan keduanya di tahun yang sama. Penasaran siapa saja mereka, yuk simak di bawah ini :
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jorginho
Hati sang gelandang pasti akan berdebar-debar setelah Jordan Pickford menyelamatkan potensi penalti perebutan gelarnya di Euro 2020. Tapi, Gianluigi Donnarumma siap menyelamatkannya.
Jorginho terjepit di jantung tim pemenang Roberto Mancini dan setelah Thomas Tuchel tiba di Chelsea, dia juga menjadi andalan di Stamford Bridge. Dia mengangkat Piala Dunia Antarklub bersama Chelsea sebelum akhirnya pindah secara mengejutkan ke Arsenal pada tahun 2023.
Advertisement
Â
Advertisement
Emerson
Emerson hanya tampil sebagai starter di dua pertandingan dalam perjalanan Chelsea meraih kejayaan di Liga Champions. Ia memang minim merumput, tapi golnya ke gawang Atletico Madrid memastikan diri bisa meninggalkan jejak.
Cedera yang dialami Leonardo Spinazzola di perempat final, memberi Emerson ruang terbesar. Ia tampil luar biasa saat menghadapi Spanyol dan Inggris. Ia menggapai trofi Liga Champions 2020/2021 dan Piala Eropa 2020.
Advertisement
Â
Cristiano Ronaldo
Gelar pertama dari tiga Liga Champions berturut-turut yang diraih Real Madrid terjadi pada 2016. Kala itu, ia juga merasakan kesuksesan di pentas internasional.
Setelah mencetak gol penalti kemenangan melawan Atletico Madrid di San Siro dua bulan sebelumnya, ia membawa negaranya ke final Euro. Ia memantik atensi, karena sempat tertatih-tatih akibat cedera di awal pertandingan.
Advertisement
Namun setelah mengambil peran sebagai 'manajer' di pinggir lapangan, Ronaldo memacu timnya menuju kejayaan.
Â
Advertisement
Pepe
Roda penggerak penting lainnya di sisi Real Madrid dan Portugal pada tahun 2016. Bek tengah andalan ini bermain 120 menit di kedua final.
Sebelumnya, ia sempat melewatkan semifinal Euro karena cedera. Hebatnya lagi, ia hanya menerima tiga kartu kuning di kedua turnamen tersebut.
Advertisement
Â
Fernando Torres
Tahun 2012 merupakan musim yang aneh bagi Fernando Torres. Dia bukan pilihan pertama di lini serang Spanyol atau Chelsea, namun masih dipandang sebagai bagian integral dari kedua tim.
Meski begitu, dampaknya masih terasa. Gol perpisahan melawan Barcelona untuk mengamankan tempat Chelsea di final. Juga, jangan lupa gol melawan Italia di Euro 2012.
Advertisement
Meski hanya mencetak tiga gol di Polandia dan Ukraina, umpan matang untuk Juan Mata di final membuatnya mendapatkan sepatu emas.
Â
Advertisement
Juan Mata
Sang legenda hidup ini mendapatkan banyak penghargaan. Dua di antara yang paling mencolok adalah trofi Liga Champions dan Piala Eropa, yang dirayakan secara bersamaan.
Yup, Mata menjadi bagian kesuksesan Chelsea dan Timnas Spanyol pada rentang 2012. Ia berhaya bersama Didier Drogba dkk, plus membantai Italia di final Euro 2012.
Advertisement
Â
Ronald Koeman
Koeman mengangkat trofi Liga Champions seperti Piala Eropa pada tahun 1988 bersama PSV. Pada tahun yang sama, Belanda melaju jauh di Piala Eropa.
Dia mencetak gol penalti dalam kemenangan semifinal atas Jerman. Setelah itu, Marco van Basten dkk mengalahkan Uni Soviet di Munchen, sekaligus memberi catatan istimewa bagi Ronald.
Advertisement
Â
Advertisement
Hans van Breukelen
Sang penjaga gawang selalu bermain pada pertandingan kemenangan Belanda di Euro 1988. Ia juga berjaya di kancah antarklub Eropa bersama PSV.
Dia juga menjadi pahlawan dalam pertandingan terakhir mereka melawan Benfica. Caranya mudah, membuat malu Antonio Veloso dalam adu penalti. Itu tetap menjadi satu-satunya kemenangan klub dalam kompetisi hingga saat ini.
Advertisement
Â
Barry van Aerle
Anggota ketiga dari tim PSV yang menyelesaikan gelar ganda pada 1988. Van Aerle mendapat tanggung jawab beroperasi di lini tengah sepanjang kampanye Belanda di Jerman.
Uniknya, ia menjadi bagian penting dari sistem permainan Belanda. Maklum, Aerle bisa beroperasi sebagai bek kanan serta tengah.
Advertisement
Â
Advertisement
Gerald Vanenburg
Oh, ayolah, satu lagi dari tim itu! Vanenburg pindah dari Ajax ke PSV pada 1986. Langkah itu menjadi pilihan tepat.
Ia menjadi simbol kejayaan Belanda, dua tahun setelah pindah dari Ajax. Yup, kemampuannya membuat PSV dan Timnas Belanda berjaya di Eropa.
Advertisement
Â
Luis Suarez
Gelandang legendaris Spanyol ini mengangkat trofi Henri Delauney pada 1964. Momen itu tepat tahun yang sama ketika Inter Milan memenangkan kejuaraan Eropa untuk kali pertama berturut-turut.
Pada tahun yang sama, ia nyaris mencetak hat-trick gemilang, menempati posisi kedua dalam klasemen akhir Ballon d’Or. Namun, Dennis Law seolah mencurinya.
Advertisement
Sumber : Planetfootball
Advertisement