Sukses


Melihat Gol Thomas Muller, Tidakkah Bayern Munchen Merasa Bersalah?

Bayern Munchen kalah dari Inter Milan, meski Thomas Müller mencetak gol. Bagaimana perasaan mereka terhadap situasi ini?

Bola.com, Jakarta - Dalam situasi ketika Bayern Munchen kesulitan menembus pertahanan Inter Milan, justru Thomas Muller yang menjadi simbol harapan terakhir bagi Vincent Kompany dan timnya.

Dengan kabar resmi bahwa Thomas Muller akan hengkang di akhir musim, para penggemar Bayern Munchen menantikan momen perpisahan yang layak dan penuh emosi.

Harapan besar pun muncul agar sang legenda, yang telah menghabiskan seluruh kariernya bersama Die Roten, bisa tampil sebagai starter melawan Inter Milan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya selama ini.

Namun, kenyataannya, bahkan ketika tak ada pilihan lain karena Jamal Musiala mengalami cedera, Muller tetap memulai pertandingan dari bangku cadangan. Keputusan ini menimbulkan kekecewaan besar di kalangan fans. Pelatih Vincent Kompany memilih pendekatan berbeda.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Belum Usang

Alih-alih mengandalkan pengalaman Muller, Kompany mengutamakan fleksibilitas dan dinamika dengan menempatkan Raphael Guerreiro di posisi gelandang serang. Alasannya adalah untuk meningkatkan kemampuan pressing—sebuah aspek yang dinilai Kompany sulit dipenuhi oleh Muller.

Ketika akhirnya Muller masuk di 20 menit terakhir pertandingan, atmosfer di Allianz Arena, Rabu dini hari WIB (9-4-2025), langsung berubah.

Sorak sorai menggema dari seluruh penjuru stadion. Hanya dalam hitungan menit, Muller berhasil mencetak gol penyeimbang 1-1 bagi Bayern Munchen.

Penyelesaian akhir yang rapi, tajam, dan khas seorang "pencuri ruang". Ia tak butuh waktu lama—hanya satu momen gemilang untuk menegaskan bahwa nilainya belum usang.

3 dari 3 halaman

Pertanyaan Besar

Pertanyaan besar pun muncul: Seandainya Muller bermain sejak awal, apakah hasilnya akan berbeda?

Kendati tidak ada jawaban pasti, penampilan singkat tersebut cukup untuk menimbulkan keraguan terhadap keputusan taktis Vincent Kompany.

Ketika seseorang yang membawa DNA klub, memahami setiap napas dalam seragam merah Bayern, justru disisihkan dalam pertandingan ikonik seperti ini, hal tersebut tak hanya menyentuh ranah profesional, tetapi juga emosional.

Thomas Muller bukan sekadar pemain veteran. Ia adalah warisan hidup, simbol satu generasi emas Bayern Munchen.

Ketika ia duduk di bangku cadangan pada saat tim pemuncak klasemen Bundesliga sangat membutuhkan kemenangan, lalu mencetak gol saat diberi kesempatan—itu menjadi paradoks yang menyakitkan.

Ketika perpisahan ini terjadi dengan penuh penyesalan di akhir musim, mungkin para petinggi Bayern Munchen perlu merenung lebih dalam—bukan hanya soal Thomas Muller, tetapi juga tentang bagaimana mereka melepas sosok-sosok simbolik yang telah membangun nama besar klub selama bertahun-tahun.

Video Populer

Foto Populer