Sukses


Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (1)

Bola.com, Tangerang Selatan - Turnamen antarkampung jadi pilihan bagi bintang-bintang ISL untuk menyambung hidup di saat kompetisi kasta elite terhenti karena imbas konflik PSSI-Kemenpora. Risiko cedera jadi prioritas kedua, yang terpenting bagi mereka bisa tetap bermain sepak bola dengan mendapat bayaran untuk menghidupi keluarganya. Aksi mereka jadi sebuah kisah getir.

Pekan ini Bola.com pekan ini mendatangi Lapangan Latus, Ciputat, Tangerang Selatan, untuk melihat aktivitas sejumlah bintang ISL yang berlaga di turnamen tarkam Bina Jaya Cup 2015. Turnamen ini diikuti 46 tim seantero Jabodetabek dan diikuti banyak pesepak bola beken yang mentas di kompetisi ISL, Divisi Utama, maupun Liga Nusantara.

Turnamen ini sudah digelar selama 19 tahun. Di tiap edisinya selalu menghadirkan bintang tamu pemain yang namanya populer di masyarakat. "Tahun ini jumlahnya lebih banyak dibanding biasanya, karena kompetisi terhenti. Pemain top banyak menganggur setelah aktivitas klubnya terhenti. Jadilah mereka menerima tawaran dari bos-bos pemilik klub amatir untuk ikut Bina Jaya Cup," cerita Endang Surya, Ketua Panitia Bina Jaya Cup.

Namanya turnamen antarkampung, sistem aturan main penyelenggaraan turnamen tak ketat. Setiap tim yang ambil bagian bisa merekrut pemain profesional sebanyak mungkin, tanpa dibatasi."Ya tergantung kocek dari pemilik klub yang tampil. Kalau uangnya banyak, ia bisa membangun tim dengan banyak bintang. Panitia tak membatasi jumlah, karena pada prinsipnya kami ingin turnamen ini meriah," papar Ary Voller, humas Bina Jaya Cup.

M Taufik pemain Persib menanti waktu kick off di rumah warga. (Bola.com/Peksi Cahyo)

Uniknya, di tiap laga yang dijalani tim kontestan boleh melakukan pergantian pemain bintang, asal yang bersangkutan tidak pernah membela tim lain. Lantas berapa bayaran yang didapat para pemain top?

Rata-rata klub menggelontorkan duit kisaran Rp 1-3 juta untuk membayar uang tampil para bintang ISL. Angka itu relatif murah jika dibandingkan dengan penghasilan mereka di klub profesional.

Di klub-klub ISL para pesepak bola top dibanderol Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar permusim. "Kalau bicara penghasilan jelas jomplang dengan apa yang saya dapat di klub. Tapi kalau kompetisi berhenti seperti saat ini, saya tidak mendapat bayaran apa-apa dari klub. Bermain tarkam jadi terasa lumayan untuk menjaga periuk nasi," kata Ramdani Lestaluhu, pilar Timnas Indonesia dan Persija Jakarta.

Selain faktor uang, para pemain mengaku ikut ambil bagian di turnamen tarkam untuk menjaga kebugaran. "Kalau lama tak bertanding, feeling bermain bola bisa hilang. Kondisi fisik lama-lama merosot karena tidak menjalani aktivitas bertanding. Tampil di tarkam bisa jadi solusi agar saya bisa tetap fit," ujar Ahmad Jufriyanto, bek Persib Bandung.

Namun, tak bisa dimungkiri ada konsekuensi negatif yang mereka tanggung dengan bermain di turnamen kelas tarkam. Lawan-lawan yang dihadapi rata-rata adalah pesepak bola amatir. Teknik bermain bola mereka di bawah rata-rata pesepak bola profesional.

Saat bertanding aksi pemain amatir kerap membahayakan keselamatan para pesepak bola elite. Jika bintang-bintang ISL tidak hati-hati saat bertanding, mereka bisa jadi korban kekasaran lawan.

Repotnya, saat cedera klub amatir yang mengontrak pemain tidak mau bertanggung jawab. Paling banter mereka hanya memberi uang buat berobat di tukang urut pada pemain yang cedera.

"Harus pintar kontrol diri saat main di pertandingan kelas tarkam. Lawan yang dihadapi terkadang bermain buas karena termotivasi nama beken pemain yang dihadapi," papar Leonard Tupamahu, bek klub Barito Putera.

Ramdani Lestaluhu (tengah) membela tim Putra Karbitan dalam laga tersebut. (Bola.com/Peksi Cahyo)

Leonard yang membela Panser FC sempat terpancing emosinya dengan aksi kasar pemain BBC FC di laga Bina Taruna Cup yang dihelat Rabu (10/6). Saking gusarnya Aditya Harlan, kiper Barito Putera, yang tampil satu tim dengan Leonard sempat memiting pemain BBC FC yang bermain kasar ke rekannya.

"Mainnya biasa saja dong. Jangan kasar-kasar, mau tanggung jawab kalau teman saya cedera," tutur Adit.

Tak hanya itu saja, lika-liku bintang ISL bermain tarkam beraneka ragam. Walau berstatus laga ekhibisi, tekanan dari penonton terasa lebih kencang ke pemain-pemain elite yang berlaga di lapangan.

Mereka yang berduyun-duyun datang ke lapangan Latus dengan membayar tiket masuk, berharap mendapat suguhan hiburan dari pemain bintang. Jarak antara penonton dengan pemain amat dekat. Penonton bisa menyaksikan pertandingan tepat di pinggir lapangan tanpa pagar.

Mereka hanya dipisahkan garis pembatas area pertandingan. Teriakan cemooh langsung terdengar ke pemain. "Kadang-kadang telinga panas juga dengar penonton melontarkan pemain. Saya sih coba mengabaikannya, fokus ke pertandingan anggap angin lalu," ujar M. Taufik, gelandang Persib Bandung.

Baca Juga:

Tibo-Jupe Bermain Tarkam di Ciputat Diiringi Musik Dangdut

Pemain ISL Ramaikan Tarkam di Ciputat

Nova Zaenal: Bermain Tarkam Bahaya? Itu Anggapan Berlebihan

Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (2)

Kisah Getir Bintang ISL Bermain Tarkam di Ciputat (3)

Video Populer

Foto Populer