Sukses


Wali Kota Pemilukada, Persekap Tagih Match Fee ke Tim Transisi

Bola.com, Pasuruan - Persekap Pasuruan tak lepas dari tangan dingin dan kepedulian Wali Kota Pasuruan, Hasani. Sejak wali kota kelahiran Sampang, Madura, ini menjadi orang nomor satu di Kota Pasuruan pada tahun 2010, sepak bola kota yang terkenal dengan pahlawan Untung Suropati ini langsung melejit di pentas nasional.

Prestasi Pasuruan diawali dengan menjuarai Liga Remaja PSSI 2008. Ternyata tim kampiun ini jadi cikal bakal Persekap yang saat ini pentas di Piala Kemerdekaan.

Mereka juga yang mempromosikan klub yang didirikan 10 April 1926 ini dari Divisi Dua (2011) hingga Divisi Utama (2013).

Jadi bukan sekadar keberuntungan bila Maryono dkk. bisa menembus fase perempatfinal Piala Kemerdekaan. Karena sejatinya, mereka telah bersatu padu selama beberapa tahun. Sehingga permainan anak-anak Laskar Soeropati ini sangat solid.

“Sepak bola Indonesia tak bisa lepas dari peran pejabat daerah. Karena Persekap lahir dari Perserikatan, jadi dukungan wali kota sangat dibutuhkan. Meskipun tanpa bantuan APBD, pengaruh wali kota amat besar untuk membantu manajemen merangkul sponsor,” ungkap Ashari Cahyani, pelatih Persekap.

Kendati begitu, jangan bayangkan keikutsertaan Persekap di ajang garapan Tim Transisi Kemenpora ini penuh dengan kemewahan. Sebaliknya mereka lebih banyak prihatin sejak persiapan Divisi Utama 2015 yang diberhentikan PSSI, hingga sekarang.

Apa penyebabnya?

“Pak Hasani maju Pemilukada Kota Pasuruan untuk periode keduanya, tim ini seperti ayam kehilangan induk. Biasanya kami selalu kordinasi dengan beliau untuk mengurus tim ini. Tapi sekarang dia tak bisa diganggu karena sibuk Pemilukada . Di turnamen Piala Kemerdekaan, wali kota menyerahkan sepenuhnya urusan tim ke saya,” tutur Ashari Cahyani.

Makanya, soal biaya operasional Persekap mengandalkan sepenuhnya dari match fee yang disiapkan Tim Transisi Kemenpora.

“Uang tampil pertama sebesar Rp 50 juta sudah habis kami pakai membayar tunggakan katering saat persiapan lalu. Makanya, ketika kami menang di penyisihan Grup D lalu, bonus anak-anak juga kami ambil dari uang tim transisi itu. Dana itu juga kami pakai guna membayar pemain. Mereka kami bayar per pertandingan,” papar Ashari Cahyani.

Meskipun di tengah impitan dana, Ashari mengaku bersyukur pihaknya tak dibebani biaya hotel dan transportasi di turnamen ini.

“Soal hotel dan transport aman. Hal itu yang membuat kami nyaman. Tapi kami berharap semua hak uang tampil segera dibayar Tim Transisi Kemenpora, supaya kami tak berutang pada pemain,” ujarnya.

Namun, mantan pemain Petrokimia Putra dan Persebaya ini berharap nasib  Persekap tak bernasib buruk layaknya Persekabpas Pasuruan. Mereka sempat jadi tim tangguh di Liga Indonesia era 2005-2007 saat ditangani Subangkit. Namun, begitu keran APBD dicabut klub oleng.

Sungguh ironis Persekabpas  pernah melahirkan pemain hebat seperti Supriadi, Siswanto, Supaham, dan Zah Rahan. 

"Persekabpas saat itu didukung APBD. Makanya bisa prestasi. Sekarang tanpa APBD,  sepak bola sulit prestasi kalau tak ada kepedulian pejabat daerah.  Makanya, saya tak mau nasib tim ini seperti Persekabpas," ucapnya.

Baca Juga:

Takluk dari Madiun Putra, Persatu Keluhkan Kinerja Wasit

Terungkap, Alasan di Balik Performa Apik Kiper Persekap

Kontestan Grup D Piala Kemerdekaan Terlibat "Perang" Bonus

Video Populer

Foto Populer