Sukses


5 Klub Kuda Hitam yang Siap Memanaskan Persaingan Liga 1 2018

Bola.com, Jakarta - Perhelatan kompetisi kasta elite Tanah Air kerap menyajikan kejutan. Yang terkini mencuatnya Bhayangkara FC sebagai kampiun Liga 1 2017.

Tak ada pengamat sepak bola nasional yang mengunggulkan Bhayangkara FC. Selain tak punya tradisi juara, The Guardians klub yang tidak memiliki basis massa pendukung yang kuat.

Nyatanya tim asuhan Simon McMenemy sukses membuktikan mereka tidak bisa diremehkan. Bermodal kombinasi pemain belia macam Evan Dimas, Ilham Udin, Awan Setho, Putu Gede dengan bintang matang pengalaman layaknya, Ilija Spasojevic, Otavio Dutra, serta Firman Utina, Bhayangkara FC menggebrak persaingan elite.

Di persaingan juara ereka menjungkalkan PSM Makassar, Persib Bandung, Arema FC, serta Bali United, yang lebih dijagokan pundit bakal jadi jawara Liga 1 2017.

Sebelumnya klub kuda hitam, Persik Kediri, menghebohkan sepak bola Indonesia setelah sukses menjadi juara Liga Indonesia musim 2003. Padahal, Tim Macan Putih baru berstatus sebagai klub promosi.

Musim selanjutnya giliran tim promosi lainnya, Persebaya Surabaya, jadi tim terbaik.

Jauh sebelumnya dua tim pinggiran, Bandung Raya serta Petrokimia Gresik sukses memenangi persaingan Liga Indonesia pada musim 1996-1997 dan 2002. Berbekal catatan sejarah tersebut, jangan pernah meremehkan klub yang kerap dikonotasikan sebagai medioker di perhelatan Liga 1 2018 ini.

Bukan tak mungkin klub-klub underdog bisa mengulang cerita sukses Bhayangkara FC musim lalu.

Bola.com menempatkan lima tim kuda hitam di perhelatan Liga 1 2018. Mereka antara lain: Persipura Jayapura, Barito Putera, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, dan Mitra Kukar. 

Simak analisis kami, kenapa klub-klub di atas tak boleh diremehkan. Mereka bisa menggebrak jadi kekuatan menakutkan musim ini:   

2 dari 6 halaman

Persipura Jayapura

Pemain Persipura Jayapura, Ruben Sanadi (kiri) berebut bola dengan pemain PS TNI, Ahamd Noviandani pada lanjutan Liga 1 2017 di Stadion Patriot, Bekasi (4/11/2017). (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Persipura Jayapura tercatat sebagai klub paling banyak mengoleksi gelar juara kompetisi kasta tertinggi Indonesia terbanyak. Tim Mutiara Hitam tercatat lima kali jadi kampiun, yakni musim: 2005, 2008-2009, 2010-2011, 2013, dan 2016 (non resmi).

Persipura tidak Bola.com masukkan dalam daftar unggulan juara dengan alasan mereka ditinggal banyak pemain kunci.

Ferinando Pahabol, Ruben Sanadi, Osvaldo Haay, Nelson Alom hengkang ke Persebaya Surabaya. Sementara itu, Marinus Wanewar pindah ke Bhayangkara FC. Di sisi lain, kiper Yoo Jae-hoon terbang ke Mitra Kukar. 

Pemain-pemain tersebut beberapa musim terakhir jadi nadi kekuatan Persipura.

Peter Butler arsitek gres Persipura harus membangun tim baru untuk menutupi lubang yang ditinggalkan para pemain pilar.

Beruntung Persipura masih memiliki pemain-pemain senior bermental juara layaknya, Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, Ian Kabes, serta Ricardo Salampessy. Mereka sosok di balik sukses tim memenangi banyak gelar.

Faktor ini yang membuat Bola.com yakin Persipura tetap bakal jadi kekuatan yang layak diperhitungkan di perhelatan Liga 1 2018.

Patut juga diingat Tim Mutiara Hitam tak pernah kering pemain berbakat. Pemain lokal Papua dengan kualitas oke silih berganti menyesaki skuat Persipura.

Persipura U-19 baru saja juara Liga 1 U-19 2017. Pemain-pemain belia yang bersinar di tim ini banyak yang dipromosikan ke tim utama.

3 dari 6 halaman

Barito Putera

Bek Barito Putera, Hansamu Yama, duel udara dengan striker Srieijaya FC, Hilton Moreira, pada laga Piala Presiden di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali, Senin (13/2/2017). Barito Putera kalah 1-2 dari Sriwijaya FC. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Penampilan Barito Putera di Liga 1 2017  terhitung ciamik. Tak terlalu jor-joran belanja pemain, Laskar Antasari duduk di posisi tujuh besar klasemen akhir.

Menariknya, Barito jadi satu-satunya klub papan tengah yang kerap menyulitkan tim-tim papan atas.

Barito Putera adalah klub satu-satunya yang bisa menodai kandang PSM Makassar, Stadion Andi Mattalatta hingga saat ini. Tim asuhan Jacksen F. Tiago memaksakan hasil imbang 1-1 melawan Juku Eja. Selain menghadapi Barito, PSM selalu menang di kandang.

Di sisi lain Barito Putera juga sukses memutus rekor Persija yang tidak terkalahkan selama 12 pertandingan di Liga 1 2017. Itu terjadi saat Hansamu Yama cs. menang 1-0 atas Tim Macan Kemayoran di Stadion 17 Mei, Banjarmasin.

Yang paling sensasional Barito adalah klub yang dua kali mempermalukan Bhayangkara FC, yang pada akhir kompetisi jadi jawara.

Jacksen berperan besar pada pencapaian positif tersebut. Pelatih yang memenangi tiga gelar juara bersama Persipura dikenal sebagai sosok yang pintar menggali kemampuan seorang pemain. Ia sangat cocok bekerja dengan pemain muda.

Ia jadi orang yang berani melakukan regenerasi besar-besaran di Persipura. Ia berani menyingkirkan pemain tua berpengaruh seperti, Eduard Ivakdalam, Jendri Pitoy, dan Ortizan Solossa, dan menggantinya dengan pemain bau kencur.

Di Barito, Jacksen dikontrak jangka panjang selama tiga tahun. Manajemen Barito ingin arsitek asal Brasil itu membangun kultur permainan.

Berstatus sebagai tim papan tengah, jumlah pemain Barito berlabel Timnas Indonesia cukup banyak. Ada figur Gavin Kwan, Rizky Rizaldi Pora, Hansamu Yama, serta Paulo Sitanggang, yang jam terbang internasionalnya cukup tinggi.

Jacksen dipatok manajemen Barito bisa membawa klub masuk jajaran lima besar di Liga 1 2018. Bukan tugas mudah, namun bukan sesuatu hal yang mustahil untuk dicapai.

4 dari 6 halaman

PSMS Medan

Gelandang PSMS Medan, Amarzukih, saat tampil melawan Sriwijaya FC pada perebutan tempat ketiga Piala Presiden di SUGBK, Jakarta, Sabtu (17/2/2018). PSMS kalah 0-4 dari Sriwijaya FC. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Berstatus sebagai klub promosi, PSMS Medan, tampil mengejutkan di turnamen pramusim Piala Presiden 2018. Tim Ayam Kinantan menembus semifinal, sebelum ditaklukkan Persija Jakarta yang ujungnya menjadi juara.

Pencapaian ini terasa luar biasa karena PSMS mayoritas diperkuat pemain belia. Kalaupun ada pemain senior, mereka sudah berusia gaek. Sosok macam Muhammad Roby, Amarzukih, Legimin Raharjo, dipandang sudah habis, tidak lagi masuk kategori pemain elite.

Namun, di sinilah kehebatan pelatih, Djadjang Nurdjaman. Ia bisa meramu taktik tokcer dengan memaksimalkan pemain-pemain berkualitas biasa-biasa saja. PSMS kuat dari sisi kolektivitas.

Djadjang tampak relaks saat menukangi PSMS. Beda saat ia membesut Persib Bandung yang penuh tekanan.

Sang mentor dinilai menyajikan sesuatu yang baru di PSMS. Klub elite era perserikatan yang terkenal dengan permainan keras ala rap-rap menjelma menjadi tim berteknik yang juga kuat secara teknik.

PSMS sepanjang Piala Presiden 2018 jadi tim yang kuat dalam urusan counter attack. Cepat, keras, dan bertenaga. Mereka bermain amat kolektif. 

Hanya Djanur punya tantangan besar saat mengarungi Liga 1 2018. Selain urusan kedalaman skuat, pemain muda PSMS diragukan bisa tampil stabil sepanjang musim. Terutama saat menghadapi laga-laga sarat tekanan menghadapi klub elite. 

5 dari 6 halaman

Mitra Kukar

Striker Mitra Kukar, Fernando Rodriguez Ortega, saat pertandingan melawan Persija pada laga perempat final Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo, Minggu, (4/2/2018). Persija menang 3-1 atas Mitra Kukar. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mitra Kukar tidak punya tradisi juara. Namun beberapa musim terakhir Tim Naga Mekes kerap tampil mengejutkan, meramaikan persaingan papan atas.

Mitra Kukar yang ditopang dana berlimpah kerap mendatangkan pemain-pemain top dengan banderol wah.

Musim ini klub yang satu ini dibela pemain-pemain top macam: Septian David Maulana, Bayu Pradana, Ahmad Bustomi, Hendra Bayauw, Dinan Yahdian Javier, Shahar Ginanjar.

Barisan pemain asing Mitra juga kinclong. Mereka punya Fernando Rodríguez (Spanyol), Yoo Jae-hoon (Korea Selatan), Danny Guthrie (Inggris), serta Mauricio Leal (Brasil).

Mitra Kukar ditukangi pelatih asing asal Spanyol, Rafael Berges, yang pernah melatih Tenerife dan Celta Vigo.

Dengan komposisi skuat yang mumpuni tak sulit rasanya bagi Mitra Kukar buat menerobos persaingan papan atas.

6 dari 6 halaman

Persebaya Surabaya

Gelandang Persebaya Surabaya, Ferinando Pahabol, tegang saat adu penalti melawan PSMS Medan pada laga perempat final Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo, Sabtu, (3/2/2018). PSMS menang adu penalti 4-3 atas Persebaya. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Persebaya Surabaya masuk kategori tim elite Indonesia. Tim Bajul Ijo pelanggan juara di era perserikatan.

Mereka tercatat dua kali menjadi kampiun di era Liga Indonesia. Yakni pada musim 1998-1999 dan 2004.

Namun, konflik dualisme berkepanjangan membuat Persebaya menghilang dari peredaran kasta utama. Liga 1 2018 menjadi momen kebangkitan The Green Force.

Menatap musim ini Persebaya bermodalkan banyak pemain muda, jebolan kompetisi internal mereka. Persebaya selama ini terkenal jadi lumbung pencetak pesepak bola andal.

Subangkit, Anang Ma'ruf, Bejo Sugiantoro, Musryid Effendy, serta terakhir Andik Vermansah dan Evan Dimas pemain cetakan kompetisi internal Persebaya. CEO klub, Azrul Ananda, punya ambisi besar melanggengkan tradisi tersebut.

Persebaya yang berstatus sebagai juara Liga 2 2017 layak ditempatkan dalam daftar tim kuda hitam di Liga 1 musim ini.

Ditukangi Alfredo Vera, Persebaya punya skuat kompetitif buat berprestasi. Mereka punya banyak pemain belia kelas Timnas Indonesia. Sebut saja Rachmat Irianto, Irfan Jaya, Osvado Haay, serta Ferinando Pahabol.

Dua nama terakhir disebut merupakan rekrutan dari Persipura.

Persebaya kental aroma Tim Mutiara Hitam musim ini. Selain dua tim di atas ada sosok Ricky Kayame, Nelson Alom, dan Ruben Sanadi.

Kekuatan Persebaya kian mentereng dengan kehadiran legiun asing matang pengalaman di sepak bola Indonesia, Robertino Pugliara dan Otavio Dutra.

Mereka terlihat cepat beradaptasi dengan gaya main khas Persebaya: cepat, ulet, dan bertenaga. Didukung fanatisme Bonek, Persebaya punya peluang besar masuk ke persaingan papan atas. Tinggal bagaimana Alfredo pintar-pintar menjaga harmonisasi tim.

Video Populer

Foto Populer