Sukses


Kontradiksi Bhayangkara FC dan PS Tira, Tim Tanpa Keriuhan Suporter

Bola.com, Jakarta - Dibandingkan mayoritas klub lain di Indonesia, Bhayangkara FC hanya memiliki basis suporter minim. Namun, the Guardians tak layak dipandang sebelah mata, terutama dari sisi penampilan. Nyatanya, tim asuhan pelatih Simon McMenemy itu mampu menjadi juara Liga 1 2017 sekaligus penantang gelar musim ini.

Bhayangkara FC menjadi satu di antara klub yang namanya, sebenarnya baru terngiang dalam dua musim terakhir. Setelah diambil alih Kepolisian Republik Indonesia pada 2016, klub yang pernah bernama Surabaya United ini  akhirnya mantap berganti nama menjadi Bhayangkara FC.

The Guardians merupakan akhir dari perpaduan Surabaya United (Persebaya 1927) dengan PS Polri. Beberapa reformasi dilakukan di tubuh klub yang saham mayoritasnya dimiliki koperasi Kepolisian Republik Indonesia itu. Termasuk mendatangkan pemain sekelas Ilija Spasojevic pada paruh kedua Liga 1 2017.

Upaya tersebut membuahkan hasil. Bhayangkara FC berhasil menyabet gelar Liga 1 2017. Namun, atmosfer juara tak sebesar klub-klub lainnya. Maklum, mayoritas masyarakat yang menjadi Bhara Mania (sebutan suporter Bhayangkara FC) merupakan anggota aktif kepolisian.

Pemain Bhayangkara FC merayakan gol Alsan Sanda saat melawan Persebaya Surabaya pada laga Gojek Liga 1 bersama Bukalapak di Stadion PTIK, Jakarta, Rabu (11/7/2018). Bhayangkara FC bermain imbang 3-3. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Musim ini Bhayangkara FC memasukkan nama-nama baru untuk mempertahankan gelar Liga 1 2018. Sebut saja Marinus Wanewar, Herman Dzumafo, Verdy Mofu, Muhammad Hargianto, hingga Vladimir Vujovic.

Amunisi-amunisi anyar tersebut nyatanya mampu membuat Bhayangkara FC sebagai tim superior. Meski tanpa dibanjiri suporter, pada kenyataannya Bhayangkara FC menjadi satu di antara tim yang belum kalah dalam laga kandang.

Bhayangkara FC meraih lima kali menang dan lima kali imbang. Adapun mayoritas kekalahan Bhayangkara FC didapat dalam laga tandang, yakni enam kekalahan.

Bhayangkara FC saat ini bertengger di peringkat ketiga dengan raihan 35 poin. Klub yang bermarkas di Stadion PTIK itu hanya tertinggal tiga poin dari Persib Bandung di puncak klasemen.

2 dari 2 halaman

Beda Nasib

PS Tira jelang melawan Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa (11/9/2018). (Bola.com/Aditya Wany)

Sama seperti Bhayangkara FC, PS Tira merupakan klub tanpa basis banyak suporter. Klub berjulukan The Army itu merupakan hasil merger antara Persiram Samarinda pada 2016.

Awalnya, klub ini bernama PS TNI yang memulai debut di Liga 1 2017. Musim lalu, PS TNI finis di papan tengah, yakni peringkat ke-12.

Pada awal musim ini, PS TNI berganti nama menjadi PS Tira yang merupakan kepanjangan dari PS TNI dan Rakyat. Alasan pergantian nama tersebut karena materi pemain yang dimiliki PS Tira tak semuanya berasal dari militer.

Meski demikian, PS Tira tetap tak bisa dipisahkan dari TNI. Bahkan, mayoritas suporter mereka merupakan kalangan taruna-taruna Angkatan Darat.

Para pemain PS Tira merayakan gol Berriex saat melawan Bhayangkara FC pada lanjutan Liga 1 2018 di Stadion PTIK, Jakarta, Jumat (4/5/2018). Bhayangkara bermain imbang 1-1 dengan PS Tira. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Musim ini PS Tira belum mampu menemukan performa terbaiknya. The Army tertahan di peringkat ke-15 dengan raihan 24 poin. Pasukan asuhan Nilmaizar itu hanya unggul satu poin dari zona merah.

Padahal, PS Tira dihuni pemain sekaliber Aleksandar Rakic, yang saat ini bersaing di papan atas pencetak gol terbanyak sementara Liga 1. Pemain asal Serbia itu mencetak 11 gol dalam 21 pertandingan musim ini.

Memang terlalu dini untuk menerka nasib PS Tira musim ini. Namun, di sisa-sisa pertandingan musim ini PS Tira diyakini masih mampu menjadi klub yang memberikan kejutan, meski tanpa keriuhan suporter.

Video Populer

Foto Populer