Sukses


Gelandang Pengangkut Air Lokal Paling Vital di Shopee Liga 1

Bola.com, Jakarta - Pemain lokal dengan posisi gelandang bertahan masih mendapatkan panggung di Shopee Liga 1 2020. Bayu Pradana menjadi contoh paling nyata.

Sejak bergabung pada 2019, Bayu Pradana tidak tergantikan di lini tengah Barito Putera. Ketika dia absen, tim berjulukan Laskar Antasari itu kelimpungan.

Pada musim lalu, Bayu sempat menepi selama dua bulan akibat cedera lutur kiri. Akibatnya, lini tengah Barito Putera tidak lagi segarang kala pemain berusia 28 tahun ini bermain. Saat Bayu absen, Barito Putera langsung terseok-seok di papan bawah.

"Tak seharusnya Barito Putera di papan bawah. Kami punya materi pemain mumpuni. Inilah sepak bola. Tapi, saya yakin Barito Putera pasti bangkit. Sinyal itu sudah terlihat pada tiga pertandingan terakhir," ucap Bayu, medio Juli 2019.

Bicara soal Shopee Liga 1, Bayu baru bermain satu kali ketika Barito Putera menghadapi PSM Makassar pada pekan ketiga. Pada dua laga sebelumnya, dia absen karena menderita cedera sepulang dari pemusatan latihan (training centre) Timnas Indonesia.

Ketika Bayu tidak bermain, Barito Putera menelan dua kekalahan. Kala dirinya merumput, Laskar Antasari mampu menahan imbang PSM di kandang lawan.

Peran penting Bayu sebagai gelandang pengangkut air diakui oleh pelatih Djadjang Nurdjaman. Dia bahkan sampai meradang ketika pemainnya itu kembali dalam kondisi cedera dari TC Timnas Indonesia.

"Ini kerugian bagi kami. Jujur saja, saya kesal sekali sebagai pelatih. Kami sudah mempersiapkan dia, tapi cedera. Kesal sekali pokoknya," imbuh Djanur, panggilan Djadjang pada Februari 2020.

"Walaupun sepak bola bukan permainan satu pemain, tapi absennya Bayu tetap merupakan kerugian besar bagi kami," kata pelatih yang karib dipanggil Djanur itu.

Djanur tidak sedang berbohong saat itu. Bayu adalah pemain andalan Timnas Indonesia. Beberapa tahun belakangan, eks Mitra Kukar ini sering dipercaya mengisi pos gelandang bertahan, siapa pun pelatihnya.

Sebagai gelandang bertahan, Bayu dikenal sebagai pemain tanpa pandang bulu. Setiap bola yang mendekatinya, jangan kaget jika langsung ditebasnya.

Video

2 dari 3 halaman

Peran Krusial Gelandang Veteran

Dominasi para pemain asing di lini tengah juga tidak berefek kepada Hendro Siswanto dan Asep Berlian. Keduanya masih menjadi andalan di Arema FC serta Madura United.

Sejak bergabung dari Persela Lamongan pada 2011, Hendro langsung mengunci posisi starter di lini tengah Arema FC. Perannya dalam tiga musim terakhir bahkan begitu vital.

Bermain di Shopee Liga 1 2020, pemain berusia 30 tahun ini selalu bermain penuh dalam tiga pertandingan awal Arema FC.

Hendro adalah tipikal pemain serbabisa. Selain menjadi gelandang pengangkut air, sesekali dia diplot sebagai bek sayap kanan maupun bek tengah.

Beredar di bawah radar, itulah Asep Berlian. Wajar, karena pemain asal Bogor, Jawa Barat, ini kerap berada di bawah bayang-bayang gelandang asing Madura United.

Tipe permainan Asep hampir mirip dengan Bayu. Namun, dia lebih keras. Beberapa kali aksinya saat menebas bola dari kaki lawan menjadi bahan pembicaraan warganet di media sosial.

Penampilan konsisten Asep bersama Madura United berbuah panggilan Timnas Indonesia dalam TC Februari lalu. Bersama timnya di musim ini, mantan pemain Persik Kediri itu selalu bermain dalam tiga laga awal.

Bukti permainan keras Asep adalah ketika dia mencederai Firman Utina saat Madura United berhadapan dengan Sriwijaya FC pada Piala Gubernur Kaltim 2016. Akibatnya, mantan pemain Persib Bandung itu didera cedera engkel kaki kiri.

"Saya menyesal telah membuat bang Firman cedera. Saya tak sengaja mencederainya. Saya juga tak menyangka kalau akibat insiden itu dia sampai harus istirahat cukup lama," jelas Asep medio Maret 2016.

"Setelah kejadian saya langsung minta maaf di lapangan. Ketika jeda babak pertama pun, saya datangi Firman untuk minta maaf lagi. Dari awal jatuh sampai dibawa keluar lapangan, saya berulang kali mengucapkan kata maaf karena semuanya bukan unsur kesengajaan," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Muhammad Tahir Melejit

Tidak begitu banyak orang tahu siapa Muhammad Tahir sebelum dia mencatatkan 23 penampilan bersama Persipura Jayapura pada musim 2017. Ya, saat itu, pemain berusia 26 tahun ini disebut sebagai gelandang potensial yang layak diberikan kesempatan menghuni Timnas Indonesia.

Pelan-pelan, Tahir mulai mengunci lini tengah Persipura menggeser gelandang veteran, Imannuel Wanggai. Beruntung buat dia, Nelson Alom yang menjadi pilihan pertama ketika itu, memilih untuk hengkang ke Persebaya Surabaya pada 2018.

Sebagai gelandang bertahan, Tahir tak hanya mahir merebut bola dari pemain lawan. Pemain asli Jayapura, Papua itu juga lancar dalam mengalirkan bola ke depan.

Berkat performa apiknya bersama Persipura, Tahir mendapatkan panggilan pertama ke Timnas Indonesia pada 11 November 2019. Sayang, dia gagal mencatatkan debut karena bermasalah dengan paspornya.

"Tahir mendapatkan panggilan ke Timnas Indonesia itu adalah sebuah prestasi yang luar biasa dan tak lepas dari peran dia di tim," ujar Jacksen Tiago, pelatih Persipura mengomentari pemanggilan pemainnya itu pada November tahun lalu.

Tahir kembali dilirik oleh Timnas Indonesia untuk TC pada Februari 2020. Bersama Persipura di musim ini, dia tidak tergantikan dengan membukukan tiga penampilan dan mencetak satu gol.

Video Populer

Foto Populer