Sukses


M. Basri dan Syamsuddin Umar, Pahlawan PSM Makassar yang Sukses Berjaya di Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - PSM Makassar merupakan klub tradisional di Indonesia yang belakangan gemar menggunakan pelatih asing. Namun, sejak era Liga Indonesia dimulai pada 1994 silam, prestasi terbaik tim berjulukan Ayam Jantan dari Timur itu terbilang jauh lebih baik ketika diasuh oleh pelatih lokal.

Pelatih asing lebih dominan melatih PSM. Tercatat 14 pelatih Juku Eja, sebagian adalah 'servis internasional', mulai dari Miroslav Janu (Republik Ceko) pada 2003 sampai kini Bojan Hodak (Kroasia) pelatih PSM di Shopee Liga 1 2020.

Sementara jumlah pelatih lokal yang pernah membesut PSM hanya 7 orang. Dari mereka, ada dua pelatih yang menonjol dari sisi pencapaian prestasi bersama PSM yakni M. Basri dan Syamsuddin Umar.

Ketika ditangani Basri pada periode 1995-1997, PSM menjadi runner-up Liga Indonesia 1995/1996 serta peringkat dua Piala Bangabandhu Bangladesh 1997.

Syamsuddin setingkat lebih baik dengan membawa PSM juara Liga Indonesia 1999/2000 serta juara Piala Ho Chi Minh City 2001, Vietnam. Sebelumnya, di era Perserikatan, Syamsuddin juga menjadi pelatih ketika PSM meraih trofi juara Piala Perserikatan 1992 dan runner-up diajang sama dua tahun kemudian.

Menariknya, pencapaian sukses Basri dan Syamsuddin di era Liga Indonesia sama-sama tak lepas dari manajemen PSM yang dikelola duet bersaudara, Nurdin Halid dan Kadir Halid.

Basri dan Syamsuddin adalah putra asli Makassar yang sama-sama mengawali karier sebagai pemain di Juku Eja pada era berbeda. Basri mulai memperkuat PSM di awal 1960-an sebelum hengkang ke Pardedetex Medan pada 1968. Sedang Syamsuddin bergabung di PSM pada awal 1970-an dan mengakhiri karir sebagai pemain di klub Galatama, Makassar Utama pada pengujung 1980-an.

Dalam menangani tim, Basri dan Syamsuddin sama-sama berkarakter kharismatik. Meski dikenal tegas dan keras dalam melatih, keduanya adalah motivator yang ulung. Mereka juga adalah pelatih yang aktif mengajak pemainnya berdiskusi. Baik secara tim atau personal.

Berikut sepakterjang Basri dan Syamsuddin bersama PSM berdasarkan penelurusan Bola.com pada berbagai sumber dan kesempatan bertemu langsung dengan dengan kedua pelatih kharismatik ini.

 

 

Video

2 dari 3 halaman

M. Basri (1995-1997)

Basri adalah putra asli Makassar yang mengawali kariernya sebagai pemain dengan bergabung dengan klub amatir MOS Makassar pada 1961. Unjuk kemampuan di kompetisi internal PSM, Ia kemudian terpilih memperkuat Juku Eja.

Setahun kemudian, Basri masuk skuat tim nasional pada Asian Games 1962. Setelah itu, Basri secara reguler berkostum merah-putih pada berbagai ajang internasional sebelum pensiun sebagai pemain dan berkarier jadi pelatih pada pertengahan 1970-an.

Bersama PSM, Basri meraih trofi juara pada kompetisi Perserikatan 1964-1965 dan 1965-1966. Pada 1968, Basri menerima tawaran Pardedetex Medan yang dimiliki oleh pengusaha gila bola, TD. Pardede. Meski berstatus klub amatir, Pardedetex dikenal royal pada pemainnya. Tak ayal, klub asal Medan itu jadi miniatur timnas Indonesia.

Berkarier sebagai pelatih, Basri juga mendulang berbagai trofi. Diantaranya membawa Persebaya Surabaya, juara Piala Perserikatan 1977 dan menjadi bagian sukses Niac Mitra juara Galatama pada 1981, 1982 dan 1986. Kiprahnya bersama Niac Mitra ini mengantar Basri menangani tim nasional senior pada dua periode yakni 1983 dan 1989 di ajang Pra Olimpiade dan Sea Games. Pasca jadi pelatih timnas, Basri kembali berkutat di level klub dengan menangani Arema Malang (1991-1993) dan Mitra Surabaya (1994).

Setelah berkarier di luar Makassar, Basri akhirnya kembali ke PSM pada 1995. Ia menerima tawaran manajemen PSM yang dikendalikan oleh Nurdin Halid menghadapi persaingan di Liga Indonesia 1995/1996. Target yang dibebankan ke Basri saat itu adalah mengembalikan pamor PSM yang sempat memudar pada Liga Indonesia edisi perdana.

Racikan taktik Basri dan dukungan dana besar dari Nurdin membuat PSM kembali menjadi klub disegani. Dimotori trio Brasil, Marcio Novo, Luciano Leandro dan Jacksen Tiago, PSM menembus final dengan mulus. Sayang di partai puncak, penampilan PSM mengalami antklimaks sehingga takluk 0-2 ditangan Mastrans Bandung Raya di Stadion Gelora Bung Karno.

3 dari 3 halaman

Syamsuddin Umar (1991-1995 dan 1999-2002)

Syamsuddin Umar adalah pelatih yang paling sukses di PSM. Dia menjadi satu-satunya pelatih yang membawa Juku Eja meraih prestasi pada era berbeda yakni juara Piala Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999/2000.

Setelah belasan tahun membela PSM dan Makassar Utama Galatama, Syamsuddin memutuskan pensiun sebagai pemain dan berkarier sebagai pelatih. Ia termasuk beruntung dengan langsung mendapatkan kesempatan menimba ilmu kepelatihan di Brasil bersama Rusdy Bahalwan pada 1989. Syamsuddin pertama kali menangani PSM pada musim kompetisi 1991/1992.

Kiprah awal Syamsuddin bersama PSM sempat menuai sorotan menyusul penampilan minor Juku Eja pada putaran pertama penyisihan wilayah. Namun, perlahan tapi pasti, penampilan Juku Eja membaik. Dukungan total dari Walikota Makassar saat itu, Suwahyo dan pengusaha Ande Latief membuat PSM mampu lolos ke enam besar.

Di Stadion Gelora Bung Karno, PSM melenggang mulus ke semifinal. Di empat besar, PSM mengalahkan musuh bebuyutan mereka, Persib Bandung 2-1. Dan di partai puncak, PSM akhirnya menghapus dahaga gelar sejak 1996 dengan menekuk PSMS Medan 2-1. Dua tahun kemudian, bersama Syamsuddin, PSM menembus final sebelum takluk dari Persib 0-2.

Syamsuddin kembali meraih prestasi bersama PSM pada Liga Indonesia 1999/2000. Dukungan total dari dua bersaudara, Nurdin Halid dan Kadir Halid yang royal dalam belanja pemain membuat PSM diprediksi juara sebelum kompetisi dimulai. Terbukti PSM akhirnya meraih trofi juara setelah mengalahkan PKT Bontang 3-1 di partai puncak.

Selain di level nasional, Syamsuddin juga membawa PSM meraih prestasi pada 2001 yakni juara Piala Piala Ho Chi Minh City, Vietnam dan menembus 8 Besar Liga Champions Asia.

Video Populer

Foto Populer