Sukses


Awaydays Suporter PSM Era Perserikatan: Berlayar dari Gerbang Indonesia Timur

Bola.com, Makassar - Sebagai tim besar era Perserikatan, PSM Makassar adalah langganan putaran final di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.

Bertanding di stadion terbaik tanah air adalah kebanggaan. Begitu pun dengan suporter Juku Eja yang menjadikan ajang dua tahunan ini sebagai kesempatan terbaik untuk berkunjung ke ibukota negara.

Letak geografis Makassar yang berbeda pulau dengan Jakarta membuat suporter PSM tak punya jalan lain selain memakai moda tranportasi pesawat terbang atau kapal laut.

Moda transportasi yang terakhir jadi favorit suporter kala itu. Selain harga tiketnya jauh lebih murah dibandingkan pesawat, dengan kapal laut mereka bisa berangkat bersama dengan jumlah besar ke Jakarta.

"Jumlahnya antara 2.500-3.000 orang yang berangkat ke Jakarta dengan kapal laut sama. Itulah mengapa kami selalu menjalin kerja sama dengan PT Pelni selaku operator," ujar Karaeng Iskandar, pentolan suporter PSM era Perserikatan kepada Bola.com, Kamis (16/4/2020).

Menurut Karaeng, rata-rata suporter menyiapkan dana Rp300 ribu sebagai modal mendukung PSM di Stadion GBK. Dana itu diperuntukkan untuk tiket kapal laut pulang-pergi, transportasi lokal dan akomodasi di Jakarta.

"Kalau tiket nonton PSM Makassar di GBK, biasanya kami mendapat sponsor dari warga Sulawesi Selatan di Jakarta," terang Iskandar.

Video

2 dari 3 halaman

Dibantu Pengusaha

Karaeng menambahkan, dana itu jelas tak memadai untuk bertahan hidup di Jakarta. Apapun hasil yang digapai PSM, mereka harus tinggal minimal 10 hari di ibu kota karena jadwal kapal laut ke Makassar per 10 hari.

Beruntung, ada sejumlah pengusaha atau orang kaya asal Sulsel memberikan bantuan, di antaranya Ande Latief dan Arifuddin Pangka.

"Ada juga dari pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan yang memberikan perhatian. Intinya, kami jarang mendapatkan masalah berarti saat mendukung PSM di Jakarta," timpal Arifin Majid, suporter PSM lainnya yang kini menjadi pejabat di Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.

Karaeng dan Arifin menegaskan, kebersamaan antar suporter betul-betul terjalin saat itu. "Kami satu bendera yakni suporter PSM Makassar. Saling membantu tanpa melihat latar belakang masing-masing," tutur Arifin.

3 dari 3 halaman

Tak Ada Gesekan

Makassar sebagai gerbang Indonesia Timur sedikit mempermudah suporter mendapatkan moda transportasi. Khususnya saat mendukung PSM Makassar pada penyisihan grup.

Juku Eja kerap berada satu grup dengan tim Jawa Timur seperti Persebaya Surabaya, Persegres Gresik dan Persema Malang. Juga PSIS Semarang dan Balikpapan.

"Biasanya jadwal pertandingannya satu paket. Jadi kalau bermain di Jawa Timur, PSM minimal bermain dua kali. Jadi, kami sedikit berhemat dalam pengeluaran. Begitupun kalau PSM dijamu PSIS, kami naik bus atau kereta api ke Semarang dari Surabaya," ungkap Fredy, pentolan suporter lainnya.

Jumlah suporter PSM yang ikut mendukung tak sebanyak kalau berlaga di putaran final. Meski begitu, jumlah suporter PSM tetap besar karena banyak warga asal Sulsel yang berdomisili di sekitar lokasi pertandingan.

"Dulu gesekan antar suporter tidak ada. Kami selalu berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi setempat," ucapnya.

Khusus pada laga penyisihan melawan tuan ruman Persiba Balikpapan, suporter PSM sesekali menggunakan kendaraan mobil. Mereka bertolak dari Makassar ke Mamuju (Sulawesi Barat) dengan waktu perjalanan 10-12 jam. Di Mamuju, mereka menyeberang ke Banjarmasin (Kalimantan Selatan) via kapal feri. Dari Banjarmasin, menggunakan jalur darat ke Balikpapan.

"Total waktu yang dibutuhkan hampir dua hari. Tapi, dengan kebersamaan kami tetap menikmati perjalanan. Apalagi kalau PSM memenangkan pertandingan," pungkas Karaeng mengakhiri pembicaraan.

Video Populer

Foto Populer