Sukses


Aryn Williams, Gelandang Magis Persebaya Jebolan Klub Inggris dan Kekagumannya terhadap Bonek

Bola.com, Jakarta - Gelandang bertahan Persebaya, Aryn Williams, menceritakan perjalanan kariernya sebelum bergabung dengan Persebaya Surabaya. Ia juga bercerita betapa Bonek membuatnya sulit untuk menjawab tidak ketika ditawari seragam tim berjulukan Bajul Ijo tersebut.

Jauh sebelumnya, Williams merupakan pemain merasakan tempaan klub Inggris, Burnley. Hal ini tidak terlepas dari faktor keluarganya. Ayahnya, Eric Williams, adalah pelatih berkewarganegaraan Inggris.

Karier junior dijalaninya bersama klub tersebut pada 2010-2012. Pemain kelahiran 28 Oktober 1993 tersebut mendapat promosi ke tim senior pada musim 2012-2013, namun tak mendapat kesempatan tampil.

Situasi itu lantas membuat Aryn Williams pulang ke kota kelahirannya, Perth, Australia, pada 2013. Dia bergabung dengan Floreat Athena, yang merupakan kontestan kompetisi regional Australia Barat, pada 2013-2015.

Floreat Athena bisa dibilang merupakan klub semi profesional. Namun, bersama klub inilah Aryn mulai menapaki kariernya di lapangan hijau. Dia tampil dalam 40 pertandingan dan menyumbang empat gol selama dua setengah musim.

Dari situlah, kariernya meningkat dan berkesempatan tampil A-League, kompetisi kasta tertinggi Australia. Aryn Williams masih membela klub Perth, kali adalah Perth Glory. Namun, hanya semusim saja pada 2016 di bertahan di A-League.

Musim berikutnya dilewati oleh Williams bersama tim junior Perth Glory yang menjadi kontetsan kompetisi regional Australia Barat. Dia belum menembus A-League lagi karena pada 2017 bergabung Preston Lions, klub kontestan kompetisi regional Victoria.

Rekam jejak Aryn Williams di Australia seolah kurang menunjukkan bahwa dirinya merupakan pemain jebolan klub Inggris. Meski, Burnley termasuk klub semenjana yang banyak mentas di kasta kedua, dan hanya beberapa musim di Premier League.

 

Video

2 dari 5 halaman

Bonek yang Membuat Jantungnya Berdesir

Pemain berpostur 176 itu kemudian memutuskan hijrah dari Australia dengan membela klub I-League India, yaitu NEROCA. Dua musim di sana performanya lumayan apik.

Dia tampil dalam 36 pertandingan bersama NEROCA pada 2017-2019. Dalam periode itu dia sempat dipinjamkan ke Hume City, lagi-lagi merupakan klub peserta kompetisi regional Victoria di Australia.

Pertengahan 2019 menjadi momen yang membuka jalannya berkarier di Indonesia. Persebaya mengontraknya selama separuh musim saat tiba menjelang putaran kedua Shopee Liga 1 2019.

"Agen saya mengirim video di YouTube tentang Bonek (supoter Persebaya). Setelah saya tonton, saya pikir itu ‘gila’. Itu membuat jantung saya berdesir, saya sampai merinding. Sekarang, saya tidak sabar menyaksikan mereka di stadion dan bertanding," ungkap Williams saat ditanya Bola.com (28/8/2019).

"Saya mendengar soal Persebaya sebelumnya. Ketika Persebaya menawari kontrak, saya sulit menolaknya. Sekarang, saya memulai hari ini sebagai awal untuk menjalani hari-hari berikutnya di sini," imbuh pemain berusia 25 tahun itu.

 

3 dari 5 halaman

Keluarga Sepak Bola dan Tak Asing dengan Indonesia

Nama Aryn Williams masih terdengar asing bagi publik sepak bola Indonesia lantaran belum pernah berkarier di Indonesia.Tapi, jangan dikiran Aryn Williams tidak memiliki relasi dengan Indonesia.

Saat pertama kali menjalani latihan, dia unjuk kebolehan berbahasa Indonesia. Selain bahasa Indonesia juga diajarkan dalam kurikulum pendidikan di Australia, Aryn rupanya memiliki ayah yang pernah berkarier sebagai pelatih di Indonesia yang tak lain adalah Eric Williams, mantan pelatih PSMS Medan dan Perseman Manokwari.

"Ayah saya dari Inggris, namanya Eric. Dia bertahun-tahun tinggal di Indonesia dan sangat lancar berbahasa Indonesia. Dia pernah melatih PSMS Medan. Dia yang mengajari saya berbahasa Indonesia," ujar Aryn Williams kepada Bola.com (30/8/2019).

Meski sang ayah berasal dari Inggris, Aryn lebih memilih kewarganegaraan Australia karena memang lahir di negara itu, tepatnya Perth. Keluarga Williams ini juga dikenal berkecimpung di dunia sepak bola.

Aryn memiliki kakak bernama Rhys yang kini membela klub kasta tertinggi Arab Saudi, yaitu Al Qadsia. Aryn memiliki saudara kembar bernama Ryan yang pada awal musim ini mulai berseragam Portsmouth, klub kasta ketiga Inggris.

"Keluarga saya berasal dari Inggris. Ibu saya, Audrey, lahir di India yang kemudian berpaspor Australia. Makanya, saya dan saudara bertiga memilih paspor Australia. Kami semua mengikuti jejak ayah jadi pesepak bola," imbuh Aryn.

Dari tiga bersaudara itu, Aryn jadi yang pertama mengikuti jejak sang ayah berkarier di Indonesia. Selain itu, Rhys dan Ryan tercatat pernah membela Timnas Australia, sementara Aryn belum mencatatkan kariernya di level timnas.

Berkat sang ayah, Aryn merasa penasaran dengan atmosfer sepak bola Indonesia. Pemain yang memilih nomor punggung 28 di Persebaya itu merasa akan mudah beradaptasi karena pernah berkarier di India.

“Saya sangat antusias bisa berkarier di Indonesia. Pelan-pelan, saya berusaha belajar bahasa Indonesia. Saya juga mencicipi makanan Indonesia. Saya pikir tidak sulit beradaptasi di sini,” ucap mantan pemain Perth Glory itu.

 

4 dari 5 halaman

Idola: Lucas Torreira dan Gennaro Gattuso

Aryn Williams menyebut terdapat pemain idola yang dijadikan sebagai rujukan, atau malah cukup memengaruhinya dalam gaya bermain. Ada dua pemain yang disebutnya. Satu di antaranya masih berkarier saat ini, sedangkan satu lagu sudah pensiun dan kini telah menjadi pelatih.

"Saya merasa mengikuti Lucas Torreira atau (Gennaro) Gattuso," kata Williams.

Lucas Torreira adalah gelandang bertahan asal Uruguay yang membela Arsenal sejak musim lalu. Dia dikenal sebagai pemain yang berjuang mati-matian merebut bola dari lawan dengan kepiawaiannya dalam ball-winning.

Sementara Gattuso merupakan gelandang pertarung asal Italia yang ikut menjuarai Piala Dunia 2006. Dia kemudian dikenal sebagai pemain andalan AC Milan selama 13 tahun pada 1999-2012. Pria berusia 41 tahun itu kini menjadi pelatih Milan.

Gattuso merupakan tipe gelandang bertahan yang juga bekerja merebut bola dari kaki lawan. Semasa bermain, dia meredam upaya lawan membangun lawan sebelum akhirnya merangsek ke pertahanan timnya.

Williams sendiri mengaku memiliki gaya bermain campuran antara box-to-box midfielder dan deep-lying midfielder. Itu artinya, dia juga punya kemampuan membagi bola. Tapi, pemain berusia 25 tahun itu juga bisa diturunkan sebagai stoper.

“Saya suka mencampur keduanya. Saat dalam tekanan, saya akan ke belakang dan membantu pertahanan. Tapi, kadang harus juga harus menyilang (ikut menyerang) dengan melepas tembakan dari tepi kotak penalti,” ucap Williams.

 

5 dari 5 halaman

Kagum dengan Bonek

Dia mulai merasakan kenyamanan bersama Persebaya. Apalagi, dukungan penuh dari Bonek semakin menambah semangatnya. Satu momen yang membuatnya takjub adalah sambutan meriah Bonek di Surabaya setelah Persebaya pulang dari Jakarta pasca mengalahkan Persija 2-1 (18/12/2019).

“Ini sangat gila. Bonek adalah suporter yang luar biasa. Saya tidak tahu ada berapa banyak Bonek tadi. Tapi, sulit dipercaya melihat mereka menyambut kami sambil menyorakkan lagu-lagu seperti itu,” kata Williams kepada Bola.com.

“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Persebaya juara. Saya yakin sambutan Bonek jauh lebih meriah dari ini. Saya benar-benar merinding melihat ribuan orang memakai kaus hijau memadati bus kami,” imbuh pemain berpaspor Australia itu.

Aryn Williams sempat diragukan karena belum berpengalaman di Indonesia. Apalagi, rekam jejaknya menunjukkan bahwa dia lebih banyak membela klub semi profesional. Aryn Williams lantas membuktikan omongannya sendiri.

Sebagai gelandang bertahan, Aryn merupakan sosok tangguh yang sulit dilewati oleh pemain lawan. Dia mampu tampil dalam 15 pertandingan dan menyumbang tiga gol untuk Persebaya. Klubnya itu juga berhasil finis peringkat kedua klasemen akhir.

Video Populer

Foto Populer