Sukses


5 Dongeng Ala Cinderella yang Pernah Terjadi di Sepak Bola Indonesia

Bola.com, Jakarta - Sepak bola di Indonesia sering menghadirkan drama yang menyedihkan hingga cerita sebuah tim. Tak sekadar kualitas, ada faktor keberuntungan juga memainkan peran besar dalam cerita-cerita tersebut sehingga sering disebut seperti dongeng ala Cinderella.

Dalam dunia dongeng, Cinderella adalah seorang wanita yang tertindas karena ibu dan saudari tirinya. Hidup wanita tersebut berubah 180 derajat berkat bantuan penyihir.

Melalui sihirnya, dalam semalam Cinderella berhasil dipoles menjadi wanita cantik khas putri kerajaan. Pada akhirnya, Cinderella hidup bahagia karena menikahi pengeran kaya raya.

Dongeng Ala Cinderella juga mengiringi sejumlah cerita menarik yang terjadi dalam perjalanan liga maupun Timnas Indonesia. Contohnya adalah cerita tim kuda hitam yang tak diunggulkan, namun berhasil menaklukkan kompetisi elite dan menjadi juara.

Kemudian juga ada cerita Timnas Indonesia melawan tim tangguh. Namun, secara tak terduga, Tim Merah Putih meraih kemenangan melawan tim yang sebelumnya difavoritkan dalam pertandingan.

Bola.com mengumpulkan lima cerita bak dongeng ala Cinderella terbaik yang terjadi di sepak bola Indonesia. Cerita ini diharapkan bisa memberikan inspirasi untuk semua klub di Indonesia dan juga Timnas Indonesia di masa depan. Apa saja?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 6 halaman

Kejutan Persik Kediri

Persik Kediri sempat membuat kejutan di sepak bola Indonesia pada awal 2000an. Ketika itu, Persik berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia 2003 setelah menjadi juara di kasta kedua.

Sebagai tim promosi, tentu tak ada yang memprediksi ketangguhan Persik Kediri. Pada kenyataannya, klub berjulukan Macan Putih berhasil tampil menggebrak di bawah asuhan pelatih Jaya Hartono.

Kehadiran Bamidelle Frank Bob Manuel, Musikan, hingga Julio Lopez membuat lini serang Persik Kediri menakutkan. Ketiga pemain itu berhasil mengumpulkan 56 gol untuk Persik.

Ketajaman nama-nama di atas berdampak langsung terhadap penampilan Persik. Pada akhir musim, Persik berhasil mencetak sejarah setelah menjadi juara berkat raihan 67 poin.

Jumlah itu dikumpulkan Persik hasil 18 kemenangan, 13 kali imbang, dan tujuh kali kalah. Persik kemudian berhasil menjadi juara lagi pada edisi 2006 dan itu menjadi gelar liga terakhir yang mampu diraih Persik sampai saat ini.

3 dari 6 halaman

Back to back Persebaya

Kesuksesan Persik Kediri ketika itu ditiru oleh Persebaya Surabaya. Pada 2002, Persebaya harus turun ke kasta kedua kompetisi Indonesia.

Namun, situasi itu tak berlangsung lama setelah Persebaya berhasil menjadi juara pada 2003. Predikat tersebut membuat Persebaya kembali ke kompetisi teratas Indonesia.

Persebaya ketika itu diasuh oleh Jacksen F Tiago. Persebaya berbekal pemain-pemain berkualitas semisal Bejo Sugiantoro dan Chairil Anwar di lini belakang, Anang Ma`ruf dan Mat Halil di posisi sayap, dan Christian Carrasco dan Kurniawan Dwi Yulianto di lini depan.

Persebaya berhasil menjadi juara setelah mengumpulkan 61 poin. Jumlah tersebut sebenarnya sama dengan yang diraih PSM Makassar, namun Persebaya unggul selisih gol.

Ketatnya persaingan ketika itu sampai membuat gelar juara harus ditentukan sampai pekan terakhir. Ketika itu, PSM dan Persebaya sama-sama mengemas 58 poin sebelum melakoni laga terakhir.

Persebaya ketika itu harus berjumpa Persija, sedangkan PSM menghadapi PSMS. Persebaya sempat unggul lebih dulu melalui Danilo Fernando pada menit kelima.

Namun, Persija sukses mencetak gol penyeimbang pada menit ke-50 melalui gol bunuh diri Mat Halil. Beruntung, tiga menit berselang Luciano de Souza berhasil mencetak gol sekaligus mengantarkan Persebaya menang 2-1.

Pada pertandingan lain, PSM Makassar sukses menaklukkan PSMS dengan skor 2-1. Namun, kemenangan itu seakan tak berarti karena Persebaya didaulat sebagai juara setelah unggul selisih gol.

4 dari 6 halaman

Drama Timnas Indonesia U-19

Dongeng ala Timnas Indonesia U-19 terjadi pada Kualifikasi Piala AFC U-19 2014. Pada dua laga awal, Timnas Indonesia tak terbendung dengan memenangi dua laga dengan mudah.

Timnas Indonesia U-19 mengalahkan Laos dengan skor telak 4-0 dan Filipina dengan skor 2-0. Cerita dimulai pada pertandingan terakhir penyisihan Grup G saat dipertemukan dengan Korea Selatan.

Kedua tim ketika itu bersaing untuk lolos dengan status juara Grup G. Timnas Indonesia U-19 mendapatkan dukungan penuh suporter yang memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Publik menyambut dengan riuh gol pembuka yang dicetak Evan Dimas pada menit ke-30. Namun, seluruh penjuru SUGBK terdiam setelah Korea Selatan mencetak gol penyeimbang melalui tendangan penalti Seol Tae-su dua menit berselang.

Evan Dimas kemudian mencetak dua gol lagi pada babak kedua. Korea Selatan berusaha membalas dengan gol Seo Myeong-won pada menit ke-88. Namun, gol tersebut seakan tak berarti karena hingga wasit Mohd Amirul Izwan Yaacob meniup peluit panjang tak ada perubahan skor, Indonesia menang 3-2 atas Korsel.

Timnas Indonesia U-19 lolos ke Piala AFC U-19 2014 dengan status juara Grup G setelah mengoleksi sembilan poin. Namun, Ketangguhan Timnas Indonesia U-19 ketika itu tidak berlanjut di Piala AFC U-19 2014 karena angkat koper lebih awal setelah menjadi juru kunci Grup B.

5 dari 6 halaman

Final Tak Terduga

Timnas Indonesia berhasil menembus final Piala AFF 2016. Sebelumnya, tak ada yang bisa memprediksi pasukan Alfred Rield itu mampu melaju jauh karena tampil tak konsisten sejak awal penyisihan grup.

Timnas Indonesia berada di Grup A bersama Thailand, Filipina, dan Singapura. Pada laga pembuka, Boaz Solossa dkk. harus kalah 2-4 dari Thailand.

Timnas Indonesia kemudian ditahan 2-2 oleh Filipina pada laga kedua penyisihan grup. Dewi Fortuna kemudian berpihak pada Tim Merah Putih setelah mengalahkan Singapura dengan skor 2-1.

Pada laga lainnya, Thailand sukses mengalahkan Filipina dengan skor 1-0. Timnas Indonesia kemudian lolos ke semifinal dengan predikat runner-up berbekal raihan empat poin hasil sekali menang, sekali imbang, dan sekali kalah.

Keberuntungan Timnas Indonesia belum terhenti pada babak semifinal. Menjamu Vietnam, Timnas Indonesia berhasil menang 2-1 di kandang. Pada laga tandang, Timnas Indonesia menahan imbang Vietnam dengan skor 2-2 hingga berhak melaju ke final.

Timnas Indonesia kembali berjumpa dengan Thailand pada laga final. Harapan akan gelar juara sempat hadir saat Timnas Indonesia memenangi final leg pertama dengan skor 2-1.

Sayangnya, Timnas Indonesia kembali tak dinaungi keberuntungan pada final leg kedua. Gelar juara Piala AFF 2016 melayang ke tangan Thailand setelah menang dengan skor 2-0. Thailand angkat trofi berkat kemenangan agregat 3-2 atas Timnas Indonesia.

6 dari 6 halaman

Bhayangkara FC Menggebrak

Musim pertama kompetisi Indonesia menggunakan nama Liga 1, yakni pada 2017 dipenuhi kejutan. Hal itu terjadi setelah Bhayangkara FC berhasil mencetak sejarah meraih gelar juara.

Kejutan sangat terasa karena Bhayangkara FC adalah klub berlabel Kuda Hitam yang belum lama terbentuk dan meramaikan sepak bola Indonesia. Dipimpin pelatih Simon McMenemy, klub berjulukan The Guardians itu tampil menggebrak sepanjang musim.

Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 2017 dengan raihan 68 poin hasil 22 kemenangan, dua kali imbang, dan 10 kekalahan. Bhayangkara FC unggul head to head dari Bali United yang juga punya koleksi poin sama di urutan kedua.

Namun, Bhayangkara FC gagal mewakili Indonesia di kompetisi Asia. Penyebabnya adalah Bhayangkara FC gagal lolos verifikasi Club Licensing AFC.

Jatah kompetisi AFC akhirnya diberikan ke Bali United yang mewakili Indonesia. Meski demikian, Bhayangkara FC tetap berhasil mencetak sejarah sebagai klub paling muda yang berhasil menjuarai kompetisi elite di Tanah Air.

Video Populer

Foto Populer