Sukses


Momen Emas Djadjang Nurdjaman Sebagai Pemain: Membawa Persib Juara Perserikatan 1986

Bola.com, Jakarta - Ketika masih aktif sebagai pemain, Djadjang Nurdjaman kerap bermain sebagai gelandang serang dan penyerang sayap kanan. Ia memulai kiprahnya bersama Persib Bandung saat usianya masih 17 tahun.

Ia bemain dengan sejumlah pemain senior seperti Herry Kiswanto, Encas Tonif dan Max Timisela. Namun, pria yang akrab disapa Djanur meninggalkan Maung Bandung yang terdegrasi ke Divisi 1 (Liga 2) pada 1979.

Ia bergabung dengan klub Galatama, Sari Bumi Raya yang bermarkas di Bandung. Ketika Sari Bumi Raya itu pindah ke Yogyakarta, Djanur tetap bertahan sampai 1982. Setelah itu, Djanur pindah ke klub Galatama lainnya, Mercu Buana. Di klub asal Medan itu, Djanur bermain sampai 1985.

Sepulang dari Medan, Djanur yang sudah mengecap atmosfer kompetisi semi profesional kembali Persib yang ditangani Nandar Iskandar jelang musim 1986.

Pada channel Youtube Jurnal Opa, Djanur mengungkapkan membawa Persib meraih trofi juara Perserikatan 1986 adalah momen paling berkesan dalam perjalanan kariernya sebagai pemain. Apalagi, gelar itu bukan hanya mengembalikan marwah Persib sebagai tim elit Perserikatan tapi juga memupus penantian juara sejak 1961.

"Artinya, dalam durasi 25 tahun, Persib tak pernah juara. Malah dalam kurun waktu Persib pernah terdegrasi ke Divisi 1," ujar Djanur.

Langkah Persib mengarungi kompetisi Perserikatan musim itu terbilang baik. Pada penyisihan Wilayah Barat, Persib bertengger di peringkat pertama dengan raihan 7 kemenangan, 3 imbang tanpa kalah. Maung Bandung pun melenggang ke babak 6 Besar.

Di babak lanjutan itu, Persib bersaing dengan Perseman Manokwari, Persija Jakarta, PSMS Medan, PSIS Semarang dan PSM Makassar. Seluruh laga berlangsung di Stadionn Gelora Bung Karno Jakarta, 25 Februari-7 Maret 1986.

Sistem pertandingan yang dipakai grandfinal yang mempertemukan peringkat satu dan dua 6 Besar. Setelah masing-masing bermain pada 5 partai, Persib dan Perseman bersua di final pada 11 Maret.

Video

2 dari 3 halaman

Final Emosional

Laga final menjadi sangat emosional buat Djanur. Berkat gol tunggalnya pada menit ke-77, Persib akhirnya meraih trofi juara untuk kali pertama sejak 1961.

Selepas musim itu, Djanur tetap jadi pilar Persib saat bertenger di peringkat tiga Babak 6 Besar musim 1986-1987. Musim berikutnya, Persib kembali meraih hasil sama di Babak 6 Besar.

Pada musim 1989-1990, Djanur kembali meraih sukses bersama Persib. Sebelum melangkah ke final, Persib menyingkirkan seteru kuatnya, PSM Makasar dengan skor 3-1 pada pertandingan yang diwarnai perkelahian antarpemain.

Di partai puncak yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, Persib mengalahkan Persebaya Surabaya 2-0. Musim berikutnya, langkah Persib bergantian dihentikan PSM di semifinal dengan skor 1-2.

Seperti diketahui, PSM akhirnya meraih trofi juara setelah menang 2-1 atas PSMS Medan di laga final. Selepas musim itu, Djanur beralih karier sebagai asisten pelatih mendampingi Indra Thohir jelang musim 1993-1994.

Bersama Indra, Djanur kembali mempersembahkan trofi juara. Setelah itu, duet ini mencetak sejarah dengan menjadi tim pertama meraih trofi juara Liga Indonesia. Pada edisi perdana musim 1994-1995, Persib mengalahkan Petrokimia Putera 1-0 di final.

3 dari 3 halaman

Tim Impian

Sebagai pelatih kepala, Djanur akhirnya menuai sukses bersama Persib Bandung ketika meraih trofi juara pada Liga Super Indonesia 2014.

Menjadi bagian dalam tim saat juara Liga Indonesia 1994-1995 dan 2014, Djanur dengan lancar mengungkapkan nama 11 nama pilihannya yang merupakan gabungan pemain pada dua musim itu.

Menggunakan formasi 4-3-3 yang merupakan formasi kesukaannya, Djanur menunjuk Made Wirawan sebagai pilihan utama dibawah mistar.

"Musim 2014 adalah puncak penamilan Made, Ia tampil bagus saat itu. Termasuk menjadi pahlawan dalam adu penalti mengadapi Persipura pada laga final," terang Djanur.

Di lini belakang, Djanur masing-masing dua pemain dari skuat 1994-1995 dan 2014 yakni Supardi, Robby Darwis, Vladimir Jugovic dan Nandang Kurnaedi. Sementara di lini tengah, Djanur memilih tiga geladang yang berkarakter agresif yakni Firman Utina, Makan Konate dan Yusuf Bachtiar.

"Saya sangat menyukai penampilan ketiga pemain ini. Itulah mengapa saya tidak memasukkan nama pemain bertipe gelandang bertahan."

Trio lini depan, Djanur menunjuk Sutiono sebagai tombak utama tim pilihannya. "Sutiono adalah tipikal striker finisher dengan insting gol yang kuat," tegas Djanur.

Terakhir, Djanur memilih dua nama untuk penyerang sayap yakni M. Ridwan dan Ferdinand Sinaga. "Sebenarnya ada satu nama lagi di posisi sayap yakni Atep. Ia juga bermain baik pada musim itu. Terutama setelah Ferdinand menggantikan peran Djibril Coulibaly sebagai striker," pungkas Djanur.

Video Populer

Foto Populer