Sukses


Program Pelatnas Luar Negeri yang Pernah Dijalani Timnas Indonesia: Belajar Sepak Bola ke Italia hingga Argentina

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-19 akan menjalani program pelatnas di Kroasia, sebuah negara di Eropa yang banyak melahirkan bintang sepak bola dunia. Program semacam ini pernah dilakukan Tim Merah Putih dari masa ke masa, dari Eropa hingga benua Amerika. Lantas, bagaimana hasilnya?

Rencana Timnas Indonesia U-19 berangkat ke Kroasia adalah demi nama harum Merah Putih di pentas Piala AFC U-19 2020. Lebih jauh lagi, ini jadi persiapan awal menuju Piala Dunia U-20 tahun depan.

Sebanyak 30 pemain terbaik akan dibawa ke Kroasia untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-19 yang rencananya dimulai pada pengujung Agustus 2020. Pemain-pemain yang dipilih merupakan hasil seleksi pelatih Shin Tae-yong selama pemusatan latihan di Jakarta sejak Juli.

Munculnya Kroasia sebagai lokasi TC sejatinya kejutan karena sebelumnya tidak pernah disuarakan PSSI. Induk sepak bola pimpinan Mochamad Iriawan itu justru sempat memasukkan Korea Selatan, Jerman, hingga Belanda sebagai tujuan.

"Kroasia akhirnya menjadi negara pilihan tempat pemusatan latihan Timnas Indonesia U-19. Hal ini karena Federasi Sepak Bola Kroasia paling cepat merespons surat dari PSSI," kata Mochamad Iriawan (20/8/2020).

 

Video

2 dari 8 halaman

Bukan yang Pertama

Menggelar pemusatan latihan di luar negeri untuk waktu yang lama bukan menjadi hal baru buat Timnas Indonesia. Sepanjang sejarah, PSSI pernah membuat program untuk Timnas Indonesia agar melakukan pemusatan latihan di luar negeri.

Langkah itu dianggap bisa membentuk Timnas yang tangguh dan bisa bersaing dengan negara-negara kuat. Timnas Indonesia pernah dikumpulkan dalam pemusatan latihan di Italia pada medio 1990an.

Ketika itu, tim yang dijuluki PSSI Primavera disiapkan untuk tampil di Piala Asia U-19 1994 dan Kualifikasi Olimpiade Atlanta 1996. Dari program tersebut lahirlah pemain-pemain hebat masa depan Timnas Indonesia seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Kurnia Sandi, Yeyen Tumena dan lain-lain.

Timnas Indonesia juga pernah menggelar pemusatan latihan di Belanda. Ketika itu, Timnas U-23 disiapkan untuk tampil pada Asian Games 2006. Ferry Rotinsulu dkk ketika itu melakukan pemusatan latihan di fasilitas milik klub SC Heerenveen rentang Mei-Agustus 2006.

Setahun berselang, PSSI juga menggelar pemusatan latihan di luar negeri untuk Timnas Indonesia U-23. Ketika itu, Argentina dipilih sebagai tempat persiapan SEA Games 2007. Selama dua bulan di Argentina, pemain seperti Achmad Jufriyanto, Immanuel Wanggai, hingga Tony Sucipto digembleng menghadapi latih tanding dengan klub lokal.

Pada 2014, giliran Timnas Indonesia U-19 yang menempa diri di Spanyol. Ketika itu, Evan Dimas dan kawan-kawan dipersiapkan untuk tampil di Piala AFC U-19 2014.

Secara garis besar, program pelatnas dibagi menjadi dua kategori, yakni pelatnas jangka panjang dan jangka pendek. Timnas Indonesia pernah melahap dua jenis pemusatan latihan ini. Berikut ini Bola.com merangkumnya.

 

3 dari 8 halaman

Primavera

Mimpi pesepak bola muda Indonesia untuk bermain di klub elite Eropa pernah membubung tinggi pada era 1990-an. Kala itu, PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola Tanah Air mengirim tim usia muda untuk berlatih dan berkompetisi di Italia.

Di Italia, mereka bertanding di Kompetisi Primavera. Maka tim ini pun lebih dikenal dengan nama PSSI Primavera. Materi tim mayoritas berasal dari Diklat Ragunan Jakarta, kawah Chandradimuka pemain terbaik Indonesia yang masih usia sekolah.

Proyek yang didanai oleh pengusaha Nirwan Bakrie ini bekerja sama dengan Sampdoria, klub elite Italia saat itu. Lewat jalur Sampdoria, tim muda Indonesia bisa bertanding di kompetisi Primavera musim 1993-1994.

Mereka yang masuk dalam angkatan pertama adalah Kurnia Sandi, Ari Supriarso (kiper) Gusnedi Adang, Anang Maruf, Eko Purjianto, Yeyen Tumena, Dwi Prio Utomo, Fauzi Irfan, Supriono (belakang) Bima Sakti, Nurul Huda, Frido Yuwanto, Trimur Vedayanto, Dedy Umarella, Ismayana, Ilham Romadhona, Arisandi (tengah) Dian Irsandi, Ferry Taufik, Kurniawan Dwi Yulianto, Indriyanto Nugroho, Asep Dayat, Irwan Fahrezie (depan).

Pada tahap berikutnya, pelatih PSSI Primavera, Romano Matte yang didampingi Danurwindo, mendatangkan pemain tambahan seperti Aples Tecuari, Alex Pulalo (belakang), Chris Yarangga (tengah) dan Andi Iswantoro (kiper).Putaran final Piala Asia U-19 1994 merupakan ajang perdana tim ini dengan kostum merah putih.

Bima Sakti dan-kawan tergabung di Grup A bersama Qatar, Suriah, Kazakhstan dan Irak. Meski berlaga di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, PSSI Primavera gagal melangkah ke semifinal.

Dari empat laga, PSSI Primavera mencatat hasil satu kali menang, dua imbang dan satu kalah. Suriah dan Irak yang mewakili grup ini. Suriah akhirnya meraih trofi juara setelah mengalahkan Jepang 2-1 di final.

Setahun berikutnya, PSSI Primavera kembali unjuk kemampuan di Kualifikasi Olimpiade Atlanta 1996.

Indonesia berada satu grup dengan Hongkong dan Korea Selatan. Hanya juara grup yang berhak lolos. Indonesia mampu melewati Hongkong. Tapi, gagal menghadang keperkasaan Korea Selatan.

Dalam dua pertemuan, Kurniawan dan kawan-kawan kalah 1-2 dan 0-1.Meski gagal, penampilan PSSI Primavera yang mayoritas masih berusia 19 tahun tetap mendapat apresiasi.

Korea Selatan memang lebih matang dengan materi pemain berusia 21-22 tahun. Belakangan, enam pemain mereka, termasuk kiper Lee Won-jae masuk skuat tim senior Korea Selatan yang berhasil menembus semifinal Piala Dunia 2002.

Setelah Pra Olimpiade, PSSI Primavera diganti dengan juniornya dengan nama baru, PSSI Baretti. Nama ini juga sesuai nama kompetisi yang mereka ikuti di negara yang sama. Dua musim berlatih dan bertanding di Kompetisi Primavera membuat mental dan teknik pemain PSSI Primavera berkembang baik.

Hal ini jadi modal mereka menembus skuat senior. Nama-nama pemain seperti Kurnia Sandy, Aples Tecuari, Eko Purjianto, Anang Ma'ruf, Yeyen Tumena, Bima Sakti, Supriono, Bima Sakti, Alex Pulalo, Indriyanto Nugroho dan Kurniawan Dwi Yulianto, secara reguler bergantian masuk daftar panggilan tim nasional senior sejak 1996 sampai awal 2000-an.

 

4 dari 8 halaman

Baretti

Mungkin sebagian orang yang menyukai sepak bola nasional era tahun 2000-an tidak mengenal dengan istilah Timnas Baretti. Namun, bagi pecinta sepak bola nasional pertengahan tahun 1990-an nama tersebut masih terngiang di telinga mereka.

Timnas Baretti adalah progam yang dijalankan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) dengan mengirimkan Timnas U-16 ketika itu untuk berkompetisi di Italia. Progam yang dijalankan pada tahun 1995-1996 tersebut merupakan lanjutan progam Timnas Primavera bentukan PSSI sebelumnya.

Ketika itu, program tersebut digadang-gadang membentuk bakat muda pesepak bola Tanah Air demi mengisi kekuatan Timnas Indonesia dikemudian harinya. Akan tetapi, progam tersebut dibubarkan dan tidak sesukses Primavera serta hanya segelintir pesepak bola Indonesia yang menjadi bintang lapangan hijau Tanah Air.

 

 

5 dari 8 halaman

Argentina

Dari Italia, terbang ke Argentina. Pada pertengahan tahun 2007, Timnas Indonesia U-23 menjalani pelatnas di Negeri Tango dan melakoni sejumlah pertandingan ujicoba. Sayang, tak satupun dari tujuh laga berakhir dengan kemenangan.

Menariknya, Eka Ramdani dkk. mampu menahan imbang Timnas Argentina U-20 dengan skor 1-1. Padahal, saat itu sang lawan merupakan tim muda yang dihuni sejumlah pemain bertalenta kelas dunia.

Adapun program pemusatan latihan ini dilakukan untuk persiapan melakoni SEA Games Thailand 2007. Timnas Indonesia U-23 meraih empat kali hasil imbang dan tiga kekalahan.

Vs Boca Juniors U-20 (1-1)

Vs CEFAR U-23 (2-2)

Vs Independiente (2-2)

Vs Argentina U-20 (1-1)

Vs Quilmes (0-1)

Vs CEFAR A (1-5)

Vs Lujan (3-4)

 

6 dari 8 halaman

Belanda

Sama seperti Argentina, pelatnas di Belanda menerbangkan Ferry Rotinsulu bersama pasukan Timnas Indonesia U-23 untuk persiapan jangka pendek, yakni Asian Games Doha 2006.

Timnas Indonesia U-23 menggelar pelatnas ke Belanda dengan biaya yang tak murah. Kabarnya, PSSI menggelontorkan dana mencapai 28 miliar selama Juni hingga September 2006.

Bermarkas di Drachten, di bawah komando Foppe De Haan dan asisten pelatih Bambang Nurdiansyah, Timnas Indonesia U-23 digembleng dengan menu latihan yang tak ringan. Mereka juga melahap sejumlah uji coba, seperti melawan Timnas U-20 Belanda dan Heerenveen B.

Sayang, hasilnya di luar ekspektasi. Bertanding di Asian Games 2006, Timnas Indonesia U-23 dihajar 0-6 dari Irak, 1-4 dari Suriah, dan ditahan imbang 1-1 dari Singapura.

 

7 dari 8 halaman

Spanyol

Pada 2014, Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri menimba ilmu di Spanyol dan menjajal kekuatan Atletico Madrid B, Barcelona B, Valencia B, dan Real Madrid C. Skuat Garuda Jaya tidak hanya melakoni ujicoba 2x45 menit melawan mereka, tetapi juga berdiskusi dengan official dan tim pelatih kelub-klub tersebut setelah match sebagai bahan masukan dan evaluasi.

Konsep TC Spanyol ini memang bukan sekedar bertanding. Tetapi bagaimana Timnas U-19 mendapatkan added value dari sisi teknikal. Salah satunya adalah sesi diskusi after match dengan tim pelatih masing-masing lawan.

"Badan Tim Nasional (BTN) mengutus Direktur HPU Demis Djamaoeddin untuk bertemu lebih dulu dengan klub-klub tersebut untuk berbicara dari sisi teknikal agar Timnas U-19 mendapat manfaat lebih dari TC Spanyol ini," ungkap Sekretaris BTN Sefdin Syaifudin, Kamis (11/9/2014).

Mundur beberapa bulan, masih pada 2014, Timnas Indonesia U-23 juga terbang ke Spanyol. Laga uji coba jadi rujukan utama, satu di antararnya menghadapi Timnas Andorra.

"Sebelum itu, Timnas Indonesia senior akan melakukan TC pada Rabu (19/3). Tujuannya, tim pelatih ingin melihat kondisi terakhir dari beberapa pemain. Terutama, bagi yang masih mengalami cedera. Kami juga ingin supaya para pemain bisa beradaptasi dengan sistem permainan yang ditetapkan Pelatih Kepala (Alfred Riedl)," kata Widodo C Putro, asisten pelatih Timnas Indonesia.

 

8 dari 8 halaman

Australia

Mundur satu tahun, PSSI memberangkatkan Timnas Indonesia ke Australia dalam rangka pemusatan latihan. Saat itu, Skuat Merah Putih masih dilatih Simon McMenemy.

“Pemain menikmati tempat latihan di sini. Selain itu, cuaca dan makanan di sini sangat cocok dengan kami. Ini merupakan tempat yang membuat pemain rileks, enjoy, dan tenang. Tentu ini bisa membuat kami fokus pada apa yang kami lakukan,” kata McMenemy dilansir laman PSSI.

“Saya bisa melihat semangat mereka, dan saya sangat menantikan laga uji coba nanti. Hari ketiga di Australia, saya senang dengan jalannya latihan. Setelah latihan dua kali pada hari kedua, bisa dilihat pemain cukup letih. Hari ini [kemarin] kami sedikit mengasah organisasi taktik.”

“Pemain mulai memahami apa yang kami inginkan, sangat senang melihat bagaimana mereka bergerak, dan mengalirkan bola. Mental di tim cukup bagus dan saya akan melakukan evaluasi setelah game pertama. Yang pasti saya senang dengan progres yang ada di sini.”

Sumber: Berbagai sumber

Video Populer

Foto Populer