Sukses


Cerita Andi Ansar Abdullah di PSM: Mengidolakan Syamsuddin Umar dan Mendirikan SSB

Bola.com, Makassar - Ketika berstatus sebagai pemain, Andi Ansar Abdullah tercatat dua kali membawa PSM Makassar meraih trofi juara pada era berbeda, masing-masing pada era Perserikatan 1991-1992 dan Liga Indonesia 1999-2000. Satu persamaan dalam dua pencapaiannya itu, Ansar berkostum Juku Eja dengan Syamsuddin Umar sebagai pelatih kepala.

Itulah mengapa Ansar tanpa sungkan menunjuk Syamuddin sebagai sosok idola dan panutannya. Padahal, ketika masih aktif sebagai pemain, Syamsuddin berposisi sebagai gelandang serang, bukan kiper.

"Sikap dan karakter Pak Syam yang keras tapi mengayomi pemain sangat membekas dalam benak saya," kenang Ansar Abdullah kepada Bola.com yang menemuinya di Makassar, Senin (8/11/2020) siang.

Menurut Ansar, Syamsuddin bukan hanya piawai dalam membuat strategi. Tapi, juga motivator ulung.

"Pak Syam selalu menanamkan semangat pantang kalah sebelum bertanding. Beliau juga kerap memanggil secara khusus pemain yang dinilainya mengalami masalah yang berdampak kepada penurunan performa," ujar Ansar.

Selain berkolaborasi di PSM Makassar sebagai pemain dan pelatih, Ansar dan Syamsuddin kemudian menjadi tim kepelatihan kesebelasan Sulawesi Selatan pada PON 2016 Jawa Barat. Ansar bertindak sebagai pelatih kiper dan Syamsuddin jadi nakhoda tim.

Hasilnya terbilang lumayan. Tim Sulsel berhasil menembus final sebelum kalah dari Jawa Barat lewat adu penalti. Sukses ini merupakan pencapaian terbaik Sulsel pada ajang multi-event tebesar di Tanah Air ini.

Selain Syamsuddin, Ansar juga menunjuk Henk Wullems sebagai sosok yang membuatnya banyak belajar soal sepak bola. Meski selalu mendapat teguran dari Henk saat latihan, Ansar justru merasa kemampuannya sebagai kiper kian baik.

"Saya termasuk pemain yang paling sering mendapat teriakan dari almarhum. Tapi, anehnya saya selalu menjadi pemain pilihannya untuk dimainkan sebagai starter," kata Ansar yang mendapat pelajaran dari Henk yang pada Liga Indonesia 1999-2000 menjadi Direktur Teknik PSM.

Henk pula yang merekomendasi Ansar untuk bergabung di Arema jelang musim 2003. Saat itu, Ansar sempat memutuskan istirahat dari sepak bola setelah PSM Makassar gagal lolos ke final Liga Indonesia 2002.

"Tapi, Henk menghubungi dan mengajak saya ke Malang," ungkap Ansar yang diganjar kontrak Rp150 juta dan gaji Rp15 juta perbulan saat bersama Arema.

Nilai yang lumayan besar saat itu. Pendapatan yang kemudian ia investasikan dengan membeli sejumlah tanah dan sawah.

"Alhamdulillah, berkat penghasilan dari sepak bola, saya sudah menyiapkan rumah buat keempat anak saya," ungkap suami Eny Hartati serta ayah dari Andi Syasya Annisa, Andi Amalia Dwinisya, Andi Devy Aisyah, dan Andi Eisya Azzahrha ini.

Video

2 dari 2 halaman

Membina Pemain Muda Lewat SSB

Sebagai mantan pemain, Ansar tentu ingin melahirkan penerusnya di PSM Makassar. Sejatinya, Ansar sangat berharap ketika sang istri melahirkan anak kelima yang berjenis kelamin laki-laki. Tapi, impian Ansar kandas setelah putra kesayangan yag diberi nama Andi Imam Abdurrahman itu meninggal pada usia sembilan bulan.

Tak lama setelah kepergian sang putera, Ansar kemudian mendirikan sekolah sepak bola dengan nama Junior Imam Putera (JIP) pada 2010.

"Selain untuk mengenang almarhum, saya ingin lewat SSB ini, ada pemain yang bisa berkiprah di PSM," tutur Ansar.

Pada usianya yang sudah 52 tahun, Ansar lebih banyak menghabiskan waktunya membina pemain muda di SSB miliknya itu. Ia juga membuka bisnis pemasaran alat olahraga dan jual beli tanah untuk mengisi waktunya.

"Alhamdullilah, semua anak saya kuliah di universitas negeri. Dua di antaranya sudah bekerja. Istri saya juga tengah fokus menyelesaikan program doktornya," terang Ansar yang kini berstatus sebagai pelatih kiper tim Sulsel di PON Papua yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.

Video Populer

Foto Populer