Sukses


Serdy Ephy dan 6 Pemain yang Pernah Seenak Jidat di Timnas Indonesia: Dari Dugem hingga Konsumsi Miras

Bola.com, Jakarta - Bagai keledai, Serdy Ephy Fano jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Penyerang berusia 17 tahun ini tidak kapok melakukan tindakan bodoh yang membuatnya terlempar dari skuatĀ Timnas Indonesia U-19.

Flashback ke Agustus 2020, Serdy Ephy dicoret dari skuad Timnas Indonesia U-19 untuk pemusatan latihan ke Kroasia.

Serdy Ephy bersama rekan sekamarnya, Ahmad Afhridrizal, telat bangun untuk mengikuti latihan pagi Timnas Indonesia U-19. Gara-gara keteledoran itu, keduanya dicoret hanya beberapa jam menjelang keberangkatan ke Kroasia.

Untungnya, pintu Timnas Indonesia U-19 belum tertutup bagi Serdy Ephy. Dia masih diberikan kesempatan oleh Shin Tae-yong pada pemusatan latihan di Jakarta pada bulan ini.

Bukannya memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, Serdy Ephy malah makin ngelunjak. Dia bersama rekan setimnya, Yudha Febrian, ketahuan keluyuran tengah malam dan baru pulang ke hotel tempat menginap pada pukul 03.00 WIB, Senin (24/11/2020).

Shin Tae-yong lantas murka. Dia mencoret Serdy Ephy dan Yudha Febrian dari pemusatan latihan. Asisten pelatih Timnas Indonesia U-19, Nova Arianto, menceritakan bagaimana pihaknya mengetahui keduanya pulang menjelang subuh.

"Kami sudah memulangkan dua pemain ini karena indisipliner. Mereka tidak melakukan timbang badan, terlambat saat latihan pada Senin, 23 November 2020, dan pulang pukul 03.00 WIB," kata Nova ketika dihubungi Bola.com, Selasa (24/11/2020).

"Keduanya kembali ke hotel pukul 3 pagi. Tapi, saya tidak menelusuri mengapa mereka pulang jam segitu. Saya hanya melihat di CCTV, karena kami mencurigai mengapa mereka bangun kesiangan. Akhirnya kami mencoba menghubungi pihak hotel untuk mengecek CCTV."

"Lalu, diperlihatkan oleh pihak hotel bahwa mereka kembali ke hotel pukul 3 pagi. Kalau mereka pergi ke mananya, saya belum tahu. Setelah mengetahui dari CCTV bahwa mereka pulang jam 3 pagi, tidak melakukan timbang badan, dan telat latihan pagi, saya lapor ke coach Shin Tae-yong dan akhirnya diputuskan mereka berdua dipulangkan," imbuhnya.

Nova menganggap Serdy Ephy, yang melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, dan Yudha Febrian, telah main-main dan berperilaku seenak jidat di Timnas Indonesia U-19.

"Saya sangat kecewa karena ini kesempatan yang mungkin tidak didapat oleh pemain lain. Apalagi ini yang kedua kalinya bagi Serdy Ephy," ujar Nova.

"Ini yang benar-benar buat saya kecewa karena mereka seperti bermain-main di Timnas Indonesia U-19. Mereka tidak bertanggung jawab dengan program latihan, rekan-rekannya, dan pelatih. Dibikin seenaknya saja oleh Serdy Ephy," ucap Nova.

Selain Serdy Ephy, masih ada sejumlah pemain lainnya yang seenak jidat ketika dipanggil ke Timnas Indonesia. Dari mulai era 1990-an sampai sekarang. Berikut enam di antaranya:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 7 halaman

Jaya Hartono

Anatoli Polosin dikenal sebagai pelatih yang punya program latihan berat kala menukangi Timnas IndonesiaĀ di SEA Games 1991. Arsitek asal Rusia tersebut menggeber latihan tiga kali sehari, dengan menu utama pemantapan kondisi fisik.

Banyak pemain bertumbangan saat menjalani pelatnas jangka panjang. Karena merasa tak kuat beberapa di antaranya memilih jalan pintas kabur dari sesi latihan. Jaya Hartono, salah satu penggawa timnas yang menyerah kalah menghadapi pola latihan fisik berat ala Polosin.

Ia melakukan tindakan tidak terpuji pergi tanpa izin dari pelatnas. Pria kelahiran 20 Oktober 1963 itu merupakan pemain senior yang dipanggil Tim Merah-Putih. Saat itu Polosin dengan berani melakukan peremajaan skuat Tim Garuda secara ekstrem. Ia memberdayakan mayoritas pemain kisaran usia 17-20 tahun.

Jaya Hartono memulai debutnya di Timnas Indonesia pada 1986 ketika berlaga di Asian Games. Pada saat itu, Tim Merah Putih berhasil masuk ke semifinal. Jaya juga pernah merasakan kemenangan dengan Timnas Indonesia ketika berhasil meraih medali emas di SEA Games 1987.

Kasus larinya Jaya dan sejumlah pemain lainnya, yaitu Ansyari Lubis dan Fakhri Husaini dari Timnas Indonesia sempat menjadi perhatian dari PSSI. Ia sempat dipanggil untuk dimintai keterangannya.

Tak ada hukuman yang dijatuhkan kepadanya, hanya namanya dicoret dari daftar pemain Timnas Indonesia saja.

Tanpa Jaya, Timnas Indonesia sukses jadi yang terbaik di SEA Games 1991. Cerita soal tindakan insipliner Jaya Hartono dkk. jadi kenangan di antara para mantan pemain yang terlibat dalam sesi pelatnas kala itu.

3 dari 7 halaman

Mursyid Effendi

Jika biasanya seorang pemainĀ indisipliner di luar lapangan, Mursyid Effendi justru sebaliknya. Dia sengaja melakukan kesalahan besar ketika bermain untuk Timnas Indonesia.

Tujuannya untuk menghindari tuan rumah Vietnam di laga semifinal PialaĀ AFF 1998.Ā Pertandingan itu akhirnya dimenangi oleh Tim Negeri Gajah Putih dengan skor 3-2.

Mursyid dengan sengaja mencetak gol bunuh diri ketika melawan Thailand di Piala AFF 1998. Akibatnya, mantan bek yang dibesarkan Persebaya Surabaya tersebut dihukum FIFAĀ larangan bertanding seumur hidup. Vonis itu diterima saat masih di usia emas, yakni 26 tahun. Saat itu, penampilannya juga tengah berada di puncak.

Gol bunuh diri Mursyid bikin geger dunia karena sampai membuat FIFA turun tangan.Ā Untungnya, hukuman itu hanya berlaku di level internasional. Di dalam negeri, ia cuma dicekal selama satu tahun. Ketua PSSI kala itu, Azwar Anas, merasa ikut menanggung malu dan meletakkan jabatannya.

4 dari 7 halaman

Zaenal Arif

Zaenal Arif dicoretĀ sehari menjelang pertandingan Timnas Indonesia melawan Korea Selatan pada laga akhir penyisihan Grup D Piala Asia 2007 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Sang pemain tertangkap tangan keluyuran ke diskotik oleh tim pelatih Timnas Indonesia. Pelatih Ivan Kolev, yang dikenal tegas tak ingin sang striker jadi bagian dari skuatnya. Zaenal sempat berkilah bahwa dirinya tidakĀ menikmati dunia gemerlap alias dugem, melainkan mengunjungi rumah orang tuanya di Tangerang.

Namun, pengakuan tersebut diragukan Komisi Disiplin PSSI, karena dalam sidang berbeda dengan manajemenĀ Timnas Indonesia, Zaenal mengaku pergi nonton bioskop.

Zaenal diskorsing Komdis PSSI selama enam bulan dengan denda Rp50 juta, sebelum belakangan direvisi oleh Komisi Banding PSSI. Dia dibebaskan dari hukuman secara bersyarat karena mengaku bersalah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

Striker yang satu angkatan dengan Bambang Pamungkas itu tidak punya rekam jejak buruk pelanggaran disiplin sebelumnya.Ā Mantan pemain kelahiran Garut, 3 Januari 1981 tersebut, kali pertama membela Timnas Indonesia di Piala Pelajar Asia U-19 pada 2000.

Namanya langganan terpilih di Tim Garuda. Semenjak kasus pencoretan di Piala Asia 2007, Zaenal tak pernah lagi dipanggil ke Timnas Indonesia.

5 dari 7 halaman

Oktovianus Maniani

Nama Oktovianus Maniani dieluk-elukan publik Tanah Air setelah permainan impresifnya bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Namun, belum juga mekar, penampilannya malah menurun sejak saat itu.

Ketika itu, usia Okto, panggilannya, masih 20 tahun. Namun, pemain asal Jayapura, Papua, ini seolah terkena star syndrome. Dia mulai berulah.

Pada 2013, Okto dipecat dari Timnas Indonesia oleh pelatih Luis Manuel Blanco. Mantan pemain Sriwijaya FC ini dianggap indisipliner mangkir dari latihan.

"Okto tidak disiplin dalam mengikuti latihan. Pemain Timnas Indonesia yang lain selalu mengikuti latihan dua kali sehari. Namun, dia tidak disiplin," ujar Blanco.

Didepak dari Timnas Indonesia, Okto mengakui kesalahannya. Dia memaklumi pencoretan tersebut. Hanya saja, sang pemain beralasan bahwa dia mengalami sakit perut.

"Kesalahan saya hanya tidak berkomunikasi saat tidak mengikuti latihan pagi karena sakit perut. Saya tidak masalah. Namun, tidak etis karena saya dikeluarkan oleh asisten pelatih Marcos Connena. Seharusnya Blanco yang menyampaikan hal ini," jelas Okto.

Makin lama karier Okto menurun. Gelandang berusia 30 tahun itu bahkan sempat beberapa kali bertindak ceroboh, seperti saat mundur dari Persiba Balikpapan pada 2016 karena ingin pensiun dan banting stir menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal, ia malah membelot ke Arema FC.

6 dari 7 halaman

Titus Bonai

Dua kali Titus Bonai berperilaku buruk ketika membela Timnas Indonesia. Pertama, saat pemain asal Jayapura, Papua ini kabur dari pemusatan latihan untuk Pra Olimpiade 2012 pada Maret 2011.

Kala itu, pelatih Alfred Riedl mencoretnya karena tidak tahan dengan perilaku Tibo, panggilannya. Mantan pemain Sriwijaya FC ini disebut kerap keluar hotel tanpa izin dan mabuk-mabukan.

"Dua kali Tibo meminum minuman keras, di Hong Kong dan Jakarta," jelas Riedl.

Kasus keduanya terjadi menjelang Piala AFF 2012. Tibo terpaksa ditinggal Timnas Indonesia untuk beruji coba melawan Vietnam di Hanoi karena tidak membawa paspor ke bandara.

"Saya sedang memiliki masalah dengan keluarga saya," ucap Tibo.

"Saya sudah stres dengan Tibo. Kami sudah berikan semua hak dia mulai dari bonus dan lain-lain. Tapi, apa yang dia lakukan? Kami akan menghukum dia dan mungkin mencoretnya untuk skuat Piala AFF 2012. Kami tidak ingin adanya Tibo malah merusak kekompakan tim," kata Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI ketika itu, Bernhard Limbong.

Akibat perilakunya itu, potensi Tibo tidak pernah keluar seutuhnya. Padahal, ketika membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011, pemain berusia 31 tahun ini digadang-gadang sebagai penerus Boaz Solossa dari Tanah Papua.

7 dari 7 halaman

Diego Michiels

Cap bad boy sangat melekat kepada diri Diego Michiels sejak dulu. Pemain berdarah Belanda ini sengaja dinaturalisasi pada 2011 untuk keperluan Timnas Indonesia.

Hanya saja, perilaku Diego Michiels di luar lapangan begitu kelewatan. Dia beberapa kali terpaksa berurusan dengan polisi karena kasus penganiayaan.

Setali tiga uang, perangai Diego Michiels bersama Timnas Indonesia pun serupa dengan perilakunya di luar lapangan. Contohnya ketika pemain berusia 29 tahun ini kabur dari pemusatan latihan Timnas Indonesia pada 2012.

"Dia bersikap indisipliner karena pergi dari pemusatan latihan tanpa pamit kepada tim pelatih. Saya tidak mencoret, tapi dia yang kabur. Saya tidak tahu apa alasannya dia kabur," ujar pelatih Timnas Indonesia kala itu, Nilmaizar.

Beberapa bulan berselang, Diego Michiels kembali berulah. Dia dilaporkan kerap melanggar jam malam. Namun, Nilmaizar hanya berani mendendanya Rp500 ribu alias uang saku selama sehari.

"Saya sanksi dia pengurangan uang saku selama sehari. Kami tidak mau menghancurkan kariernya, tapi kami juga ingin menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Diego Michiels itu salah," imbuh Nilmaizar.

"Diego sudah berbicara sama saya, dia memang keluar malam. Kami sudah buat kesepakatan dengannya untuk tidak mengulangi lagi," tuturnya.

Faktor indisipliner itulah yang membuat karier Diego Michiels di Timnas Indonesia hanya seumur jagung. Dia tidak pernah lagi berseragam logo Garuda di dada sejak 2012.

Kiprah Diego Michiels di level klub pun terbilang kurang mengilap. Mantan pemain Pelita Jaya ini tidak pernah bergabung dengan tim favorit juara selama enam tahun belakangan.

Video Populer

Foto Populer