Sukses


I Putu Gede Ceritakan Karier Sepak Bola, Momen Berkesan di Persija dan Arema

Bola.com, Makassar - Aksi I Putu Gede sebagai gelandang terbilang menonjol di pentas sepak bola tanah air pada era 1990 sampai 2000-an. Pencapaian terbaiknya di level klub adalah membawa Arema Malang dua kali secara beruntun meraih gelar juara Copa Indonesia yakni pada 2005 dan 2006.

Pria kelahiran Denpasar, 1 Desember 1973 juga pernah menghuni skuad Tim Nasional Indonesia dengan raihan dua kali runner-up Piala AFF edisi 2000 dan 2002. Melalui channel Youtube Ryan Ekky Pradipta, I Putu Gede mengungkap suka duka perjalanan karier sepak bolanya yang diawali dengan memperkuat Persebaya Surabaya sejak era Perserikatan.

"Saya menjadi pemain Persebaya sejak junior. Setelah kompetisi berubah menjadi Liga Indonesia, saya tetap berkostum Persebaya sampai 1996," kenang Putu Gede.

Selepas dari Persebaya, Putu mencoba peruntungannya dengan membela Mitra Surabaya yang berhasil menembus semifinal Liga Indonesia 1996-1997. Di babak ini, langkah Mitra dihentikan oleh juara bertahan Bandung Raya dengan skor 1-0 pada laga yang sempat diwarnai dengan insiden gas air mata.

Usai musim itu, I Putu Gede memulai petualangannya di luar Surabaya dengan menerima tawaran manajemen Bandung Raya. Tapi, Putu Gede akhirnya tak jadi berkostum Bandung Raya menyusul keputusan manajemen membubarkan tim.

Padahal, ia sudah menerima uang muka kontrak sebesar Rp20 juta dan sudah berlatih selama sepekan. "Saat itu, saya ingin mengembalikan uang muka itu, tapi Pak Tri Goestoro (manajer Bandung Raya) bilang ambil saja," papar Putu.

Pada masa transisi itu, Putu Gede sempat dipinjam PSM Makassar yang berlaga di Piala Winners Asia 1997. Di momen itulah, ia berkenalan dengan Diza Ali, wanita berdarah Makassar yang baru saja didaulat menjadi manajer Persija Jakarta. "Bu Diza mengajak saya ke Persija meski pada waktu yang sama PSM juga tertarik," ceritanya. 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 2 halaman

Momen Berkesan Di Persija dan Arema

I Putu Gede pun berkostum Persija dengan target juara pada musim 1997/1998. Selain manejemen yang solid, materi pemain pun terbilang mentereng dan bermental juara. Di antaranya Nuralim, Olinga Atangana, Budiman dan Dahiru Ibrahim yang musim sebelumnya berkostum Bandung Raya.

"Saya juga mendapat pengalaman berharga di Persija. Meski pemainnya berasal dari berbagai daerah dan negara, kami seperti berada dalam satu keluarga," ungkap I Putu Gede.

Pada musim itu juga, The Jakmania, kelompok suporter Persija resmi berdiri. Warna kostum Persija berubah dari merah jadi orange. "Desain jersey pun bagus. Ada gambar kepala macan yang besar di bagian depan," kenangnya.

Dukungan total The Jakmania dan materi yang solid membuat Persija jadi momok menakutkan buat tim lawan di Wilayah Barat. Sayang kompetisi terhenti akibat kondisi politik dan perekonomian Indonesia memburuk.

Selepas dari Persija, Putu Gede hijrah ke Arema Malang. Berkat penampilannya bersama Arema pada musim 1999/2000, nama I Putu masuk dalam daftar skuad Tim Nasional Indonesia di Piala Asia 2000.

"Saya merasa berhutang budi ke Arema. Karena saat pertama kali gabung, kondisi saya belum fit betul karena cedera kala memperkuat Persija," pungkas Putu Gede.

Video Populer

Foto Populer