Sukses


Nostalgia Bejo Sugiantoro, Berkostum Persebaya sejak 17 Tahun dan Alasan Meninggalkan Italia

Bola.com, Makassar - Bejo Sugiantoro merupakan libero terbaik yang pernah beredar di kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia. Pesepak bola kelahiran Sidoarjo, 2 April 1977 ini juga pernah berkostum Timnas Indonesia pada 1997 hingga 2004 dan meraih perak SEA Games 1997 dan perunggu SEA Games 1999. Sementara di level klub, dua kali meraih trofi bersama Persebaya Surabaya, yaitu pada 1996/1997 dan 2004.

Dalam channel youtube Omah Balbalan, Bejo mengungkapkan perjalanan kariernya di dunia sepak bola yang dimulai dengan bergabung di Indonesia Muda, klub internal Persebaya Surabaya. Pada 1994, ia membela Persebaya junior di Piala Haornas. Dalam ajang itu, Bejo tampil apik sehingga namanya terpantau masuk dalam program PSSI Primavera yang berguru di Italia.

"Tapi ini panggian kali pertama itu saya tolak karena tidak ingin meninggalkan kakek di Surabaya," kenang Bejo.

Tidak berangkat ke Italia justru menjadi jalan Bejo masuk skuat senior Persebaya pada Liga Indonesia 1994/1995, yang merupakan edisi perdana dari kompetisi yang menyatukan Galatama dan Perserikatan. Debutnya bersama Persebaya terjadi ketika menghadapi PSM Makassar pada 27 November 1994.

Bermain bagus bersama Persebaya, Bejo kembali mendapatkan panggilan kedua untuk berguru ke Italia. Kali ini Bejo tidak menolak karena ingin merasakan atmosfer sepak bola Italia. Tapi, Bejo tidak lama di sana. Ia memutuskan pulang ke Indonesia karena namanya masuk dalam tim PSSI Baretti, bukan Primavera.

"Sesampai di Italia, saya sempat berlatih bersama tim Primavera. Tapi, kata pelatih saya difokuskan ke Baretti. Saya langsung menolak dan minta pulang ke Indonesia," terang Bejo yang kemudian masuk dalam skuat Timnas Indonesia di Piala AFF dan Piala Asia.

Video

2 dari 2 halaman

Juara Bersama Persebaya

Sepulangnya dari Italia, Bejo kembali bergabung di Persebaya Surabaya dan akhirnya mendapatkan gelar pertamanya bersama Bajul Ijo. Pada final Liga Indonesia 1996/1997, Persebaya mengalahkan juara bertahan Bandung Raya dengan skor 3-1 di Stadion Gelora Bung Karno pada 28 Juli 1997.

Pada musim 1998/1999, Bejo bersama Persebaya kembali menembus final. Tapi, mereka gagal meraih juara setelah takluk di tangan PSIS Semarang dengan skor 0-1 di Stadion Klabat, Manado, 9 April 1999.

Bejo sempat meninggalkan Persebaya yang terdegradasi ke Divisi I pada 2002. Bejo memilih menerima tawaran dari manajemen PSPS Pekanbaru yang tengah membangun tim dengan mendatangkan sejumlah pemain tim nasional.

Selain Bejo, ada pula Hendro Kartiko, Aples Tecuari, Uston Nawawi, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Erol Iba. Awalnya kiprah Bejo bersama PSPS berjalan mulus. Sampai lima laga, PSPS tidak terkalahkan dengan dua kemenangan dan tiga hasil imbang.

Pada laga keenam, petaka terjadi. PSPS kalah 0-1 dari tuan rumah Persijatim Solo di Stadion Manahan. Tidak hanya itu, Bejo mendapatkan sanksi larangan bermai nselama setahun karena dianggap memukul wasit Subandi.

"Padahal saya tidak melakukannya. Belakangan, saya baru tahu kalau peristiwa itu ternyata di-setting oleh sosok yang saya hormati dan tidak suka saya meninggalkan Persebaya," ujar Bejo.

Merasa kecewa karena permohonan keringanan hukuman ditolak PSSI, Bejo pun memutuskan pensiun dari tim nasional. Padahal saat itu usianya baru 27 tahun. Selepas dari hukuman, Bejo menerima pinangan Arema Malang jelang musim 2004. Ia tidak kembali ke Persebaya karena merasa tidak berjuang bersama pemain lain untuk mengembalikan Bajul Ijo ke kasta tertinggi.

Tapi, seperti diketahui Bejo akhirnya kembali ke Persebaya setelah manajer Bajul Ijo melakukan pendekatan ke Arema dan melibatkan tokoh NU, mendiang KH. Hasyim Muzadi, sebagai mediator. Setelah melewati banyak drama dan demo suporter, Bejo kembali menjadi bagian Persebaya yang meraih trofi juara musim 2004.

Video Populer

Foto Populer